Sebaran dan Jenis Ekosistem Terumbu Karang

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang memiliki keunikan di antara komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat CaCO 3 yang dihasilkan oleh karang filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan CaCO 3 . Terdapat dua kelompok karang yang berbeda yaitu hermatipik dan ahermatipik. Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedang ahermatipik tidak dapat menghasilkan terumbu Nybakken 1992. Perbedaan mendasar antara hermatipik dan ahermatipik adalah di dalam jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dengan alga yang disebut zooxanthellae, sedangkan dalam ahermatipik tidak bersimbiosis. Hal tersebut menyebabkan terumbu karang bisa berkembang dengan baik di daerah tropis karena zooxanthellae dapat melakukan proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari yang selalu tersedia sepanjang tahun Birkeland 1997. Komponen biota terpenting di suatu terumbu karang adalah hewan karang batu stony coral, hewan yang tergolong scleractinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur, alga berkapur, dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan CaCO 3 . Hewan karang batu umumnya merupakan koloni yang terdiri dari banyak jenis individu berupa polip yang bentuk dasarnya seperti mangkok dengan tepian berumbai-umbai tentakel. Pada umumnya berukuran sangat kecil beberapa mili meter tetapi ada pula yang besar hingga beberapa puluh sentimeter seperti pada jenis Fungia. Tiap polip tumbuh dan mengendapkan kapur yang membentuk kerangka Nybakken 1992.

2.1.1 Sebaran dan Jenis

Menurut Nybakken 1992, terdapat tiga daerah pengelompokan sebaran terumbu karang di dunia, yaitu Indonesia bagian barat Indo-Pasifik, Carribea Atlantik dan sebelah selatan Samudera Hindia Indo-Pasifik. Secara umum, jumlah species karang yang hidup di Indo-Pasifik cenderung lebih banyak 6 dibandingkan di Atlantik. Jumlah karang hermatipik yang ada di Indo-Pasifik sebanyak 88 genera dengan 700 species sedangkan di Atlantik 26 genera dan 35 species. Menurut Supriharyono 2007, mengingat binatang karang hidupnya bersimbiosis dengan zooxanthellae yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Terkait dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Menurut Kinsman 1964, secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m. Tidak sedikit spesies karang yang tidak mampu bertahan pada kedalaman hanya satu meter, disebabkan oleh karena kekeruhan air dan tingkat sedimentasi yang tinggi. Suhu perairan juga merupakan faktor pembatas pertumbuhan karang. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan biota karang polip karang dan zooxanthellae. Biota karang masih mentoleransi suhu tahunan maksimum sampai kira-kira 36-40 C dan suhu minimum sebesar 18 C Nybakken 1992. Menurut Supriharyono 2000, bahwa suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang sekitar antara 25-29 C. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dan mendatangkan makanan berupa plankton. Pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang Nybakken 1992. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35 00 , dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36 00 Kinsman 1964. Pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh dari alam seperti run-off, badai, hujan, sehingga kisaran salinitas bisa sampai dari 17.5-52.5 00 Birkeland 1997. Degradasi terumbu karang disebabkan oleh 2 penyebab utama yaitu alam dan akibat kegiatan manusia. Faktor alam umumnya disebabkan oleh gangguan alam seperti predator dan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, pemanasan global, banjir, serta bencana alam lainnya seperti el-nino sedangkan degradasi terumbu karang yang disebabkan akibat kegiatan manusia antara lain: 1 penambangan dan pengambilan karang, 2 penangkapan ikan dengan 7 menggunakan alat dan metode yang merusak, 3 penangkapan yang berlebih, 4 pencemaran perairan, 5 kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, dan 6 kegiatan pembangunan di wilayah hulu Westmacott et al. 2000.

2.1.2 Peranan dan Fungsi