Matriks Kesesuaian untuk Wisata Selam Matriks Kesesuaian untuk Wisata Snorkeling

19

b. Keragaman dan Jenis Ikan karang

Analisis data ikan karang dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman, jumlah individu, dan jenis ikan per stasiun. - Indeks keanekaragaman Indeks keanekaragaman dimaksud untuk mendapatkan gambaran populasi melalui jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas. Perhitungannnya menggunakan rumus Shannon-Wiener Krebs 1972: H ′ = − p ln p Keterangan: H ′ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener s = jumlah spesies ikan karang p = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i niN ni = jumlah individu tiap jenis N = jumlah total - Jumlah jenis dan individu ikan Jumlah jenis dan individu ikan karang dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus yang diformulasikan oleh Odum 1971 sebagai berikut: Jumlah Jenis individu Ikan = juml ah jeni s individu ikan pada pengamatan ke − i l uas stasi un yang diamati

3.4.2 Analisis Matriks Kesesuaian untuk Lokasi Wisata

Kegiatan wisata bahari yang dikembangkan disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Analisis kesesuaian pemanfaatan wisata bahari berbasis konservasi mencakup penyusunan matriks kesesuaian, pembobotan dan peringkat, serta analisis indeks kesesuaian setiap kategori wisata bahari.

3.4.2.1 Matriks Kesesuaian untuk Wisata Selam

Menurut Yulianda 2007 bahwa kesesuaian ekowisata bahari dalam kategori wisata selam mempertimbangkan 6 parameter dan penilaiannya dikelompokan dalam 4 klasifikasi Tabel 4. Penentukan indeks kesesuaian untuk wisata selam dengan menggunakan rumus: IKW = N N x 100 20 Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata N = Nilai parameter ke-i bobot x skor N = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Tabel 4 Matriks kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata selam. No. Parameter Bobot Standar parameter Skor N bobot x skor 1. Kecerahan perairan 5 80 3 50 – 80 2 20 - 50 1 20 2. Tutupan komunitas karang 5 75 3 50 – 75 2 25 – 50 1 20 3. Jumlah jenis lifeform karang 3 12 3 7 -12 2 4 -7 1 4 4. Jenis ikan karang 3 50 3 30 – 50 2 10 - 30 1 10 5. Kecepatan arus cmdetik 1 0 – 15 3 15 – 30 2 30 – 50 1 50 6. Kedalaman terumbu karang m 1 6 – 15 3 15 - 20 2 20 – 30 1 30 Σ N = Σ Nmaks = 54 IKW = Sumber : Yulianda 2007

3.4.2.2 Matriks Kesesuaian untuk Wisata Snorkeling

Menurut Yulianda 2007 bahwa kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling mempertimbangkan 7 parameter dan penilaiannya dikelompokan dalam 4 klasifikasi Tabel 5. Selanjutnya penentukan indeks kesesuaian untuk wisata snorkeling menggunakan rumus: IKW = N N x 100 21 Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata N = Nilai parameter ke-i bobot x skor N = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Tabel 5 Matriks kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata snorkeling. No. Parameter Bobot Standar parameter Skor N bobot x skor 1. Kecerahan perairan 5 100 3 80 100 2 20 - 50 1 20 2. Tutupan komunitas karang 5 75 3 50 – 75 2 25 – 50 1 20 3. Jumlah jenis lifeform karang 3 12 3 7 -12 2 4 -7 1 4 4. Jenis ikan karang 3 50 3 30 – 50 2 10 - 30 1 10 5. Kecepatan arus cmdetik 1 0 – 15 3 15 – 30 2 30 – 50 1 50 6. Kedalaman terumbu karang m 1 1 – 3 3 3 – 6 2 6-10 1 10- 1 7. Lebar hamparan datar karang m 1 500 3 100 - 500 2 20 – 100 1 20 Σ N = Σ Nmaks = 57 IKW = Sumber: Yulianda 2007 Ketentuan kelas kesesuaian untuk wisata snorkeling sebagai berikut modifikasi Yulianda 2007: S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 – 100 S2 = Sesuai, dengan IKW 50 - 83 N = Tidak sesuai, dengan IKW 50 22 Kelas kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata selam dan snorkeling dibagi dalam tiga kelas yang didefenisikan sebagai berikut yang dimodifikasi oleh Yulianda 2007: 1 Kelas S1, sangat sesuai highly suitable: kawasan ekosistem terumbu karang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari selam dan snorkeling secara lestari dan mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti terhadap kondisi kawasan tersebut, dan tidak menambah masukan untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari. 2 Kelas S2, sesuai suitable: kawasan ekosistem terumbu karang sesuai untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata bahari secara lestari. Faktor pembatasnya mempengaruhi pemanfaatan kawasan tersebut, sehingga diperlukan upaya tertentu dalam membatasi pemanfaatan yakni upaya konservasi dan rehabilitasi yang melindungi ekosistem ini dari kerusakan. 3 Kelas N, tidak sesuai not suitable: kawasan ekosistem terumbu karang yang mengalami tingkat kerusakan yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Sangat disarankan untuk dilakukan perbaikan secara berkelanjutan dengan teknologi tinggi dengan tambahan biaya dan memerlukan waktu yang cukup lama memulihkannya melalui konservasi dan rehabilitasi kawasan tersebut.

3.4.3 Analisis Penzonasian Kawasan Terumbu Karang