Kondisi Terumbu Karang Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam

37

4.3.1 Kondisi Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat kompleks dan produktif dengan keanekaragaman jenis biota yang sangat tinggi. Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Kecamatan Semau dengan metode transect kuadrat, tipe terumbu pada kawasan ini merupakan tipe terumbu tepi fringing reef yang berada dekat dan sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa karang di lokasi penelitian tersebar di sepanjang pantai Kecamatan Semau bagian timur, barat, selatan dan utara. Lebar hamparan karang berdasarkan lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Lebar hamparan karang di lokasi penelitian. Nama stasiun Lebar hamparan meter A1 133.70 A2 134.78 A3 118.63 A4 232.02 A5 252.16 A6 158.46 Secara umum persentase kondisi terumbu karang di bagian timur dari perairan Kecamatan Semau tergolong baik jika dibandingkan dengan bagian barat, selatan dan utara. Persentase penutupan lifeform di tiap stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Persentase penutupan lifeform di perairan Kecamatan Semau. 26 8 29 29 43 25 34 14 13 16 16 19 12 37 18 28 13 10 3 2 8 1 3 3 25 40 33 25 24 43 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A1 A2 A3 A4 A5 A6 T u tu p an k ar an g d an b io ta la in n y a Stasiun Abiotic Alga Biota lain Dead coral Hard coral 38 Berdasarkan penilaian kategori penutupan karang menurut Gomes dan Yap 1988 maka kondisi karang di stasiun A1, A3, A4, A5 dan A6 termasuk kategori sedang, sedangkan stasiun A2 termasuk kategori buruk. Hal tersebut disebabkan karena posisi perairan Kecamatan Semau khususnya bagian utara dan timur terbuka sehingga pada saat musim timur terjadi gelombang yang sangat besar yang mempengaruhi ekosistem terumbu karang. Selain itu, hal tersebut diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan potassium dan bom destructive fishing sehingga sebagian besar lokasi penelitian ditemukan persentase patahan karang atau rubble akibat bom yang cukup tinggi. Stasiun A2 yang memiliki persentase tutupan karang hidup rendah 8 diduga karena lokasi tersebut sering dijadikan sebagai tempat berlabuh sementara kapal barang yang menunggu giliran bongkar muat barang di Pelabuhan Tenau, jalur transportasi laut yang cukup ramai, tempat mencari ikan oleh masyarakat sekitarnya pada saat surut atau dikenal dengan istilah makan meting dalam bahasa Kupang, dan tempat berlindung bagi kapal pada saat badai. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ninef et al. 2002 bahwa persentase kondisi terumbu karang di sebagian besar kawasan Teluk Kupang, termasuk di Perairan Semau sangat memprihatinkan karena 71 kondisinya dalam keadaan rusak berat. Kerusakan ini terutama disebabkan oleh pemboman ikan, sedimentasi, jangkar perahu, penambangan karang, dan penangkapan ikan dengan alat-alat tangkap yang destruktif sehingga secara ekologis sumberdaya laut dan pesisir mendapat tekanan sebagai akibat dari pemanfaatannya yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Hasil penelitian Risamasu 2006 menemukan bahwa telah terjadi kerusakan yang sangat parah pada terumbu karang di perairan Pulau Semau di kedalaman 5-10 m. Kerusakan tersebut ditandai dengan banyaknya terumbu karang yang hancur terutama Acropora branching, Acropora massive, dan Acropora tabulate. Karang keras yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari acropora dan non-acropora . Karang jenis non-acropora memiliki rerata tutupan tertinggi dibandingkan dengan acropora Tabel 19. Komposisi hard coral pada masing- masing stasiun pengamatan disajikan pada Lampiran 6. 39 Tabel 19 Jenis lifeform hard coral pada masing-masing lokasi penelitian. No. Stasiun A1 A2 A3 A4 A5 A6 1. ACB CB ACB ACB ACB ACB 2. ACE CF ACE ACE ACS ACS 3. ACS CM ACD ACS ACT ACD 4. ACD CS ACT ACT CB ACT 5. CB CMR CB CB CE CB 6. CE - CE CE CM CE 7. CF - CF CF CS CF 8. CM - CM CM CMR CM 9. CMR - CS CS - CS 10. - - CMR CMR - CMR 11. - - - CME - CHL Jumlah 9 5 10 11 8 11 Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang yang ada di perairan Kecamatan Semau layak dijadikan sebagai lokasi ekowisata bahari. Beragamnya jumlah lifeform karang di lokasi penelitian menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk menikmati sumberdaya terumbu karang yang ada di perairan Kecamatan Semau. Menurut Griffiths dan Southey 1994 kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada kondisi lingkungan pesisir, kenyamanan, keindahan dan keunikan lingkungan pantai serta keberagaman biota yang ada di dalamnya.

4.3.2 Ikan Karang