Efisiensi Pajak Reklame Kabupaten Bogor Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor

NO TAHUN TARGET REALISASI Efektivitas 1 2000 450.000 538.187 1,196 2 2001 1.100.000 1.104.999 1,005 3 2002 1.750.000 1.811.173 1,035 4 2003 2.500.000 2.644.285 1,058 5 2004 3.500.000 3.739.755 1,069 6 2005 6.000.111 6.018.259 1,003 7 2006 6.500.111 6.324.186 0,973 8 2007 7.087.950 7.669.278 1,082 9 2008 7.650.000 10.016.285 1,309 10 2009 8.250.000 8.260.254 1,001 11 2010 7.814.400 8.015.331 1,026 12 2011 8.500.000 8.558.040 1,007 13 2012 9.500.000 10.045.280 1,057 Sumber : Data Sekunder diolah Terlihat bahwa dalam merealisasikan target pendapatan untuk pajak reklame pemerintah Kabupaten Bogor selalu pencapaiannya melebihi target yang ditetapkan dari setiap tahunnya, dengan pengecualian pada tahun 2006, ketika realisasi tidak tercapai maka angka efektivitas juga mengalami penurunan. Besarnya pencapaian realisasi diatas target tersebut mungkin saja disebabkan penetapan target yang dilakukan sangat rendah sehingga target mudah tercapai.

5.2.2 Efisiensi Pajak Reklame Kabupaten Bogor

Tingkat efisiensi dinyatakan dalam presentase adalah perbandingan antara upah pungut pajak reklame dengan realisasi pajak reklame. Tingkat efisiensi akan semakin tinggi bila biaya untuk merealisasikan penerimaan ditekan serendah mungkin. Tabel 5.4. Efisiensi Pajak Reklame di Kabupaten Bogor angka dalam ribuan rupiah NO TAHUN TARGET REALISASI UPPRINSENTIF 5 DARI TARGET Efisiensi 1 2000 450.000 538.187 22.500 0,042 2 2001 1.100.000 1.104.999 55.000 0,050 3 2002 1.750.000 1.811.173 87.500 0,048 4 2003 2.500.000 2.644.285 125.000 0,047 5 2004 3.500.000 3.739.755 175.000 0,047 6 2005 6.000.111 6.018.259 300.005 0,050 7 2006 6.500.111 6.324.186 325.005 0,051 8 2007 7.087.950 7.669.278 354.397 0,046 9 2008 7.650.000 10.016.285 382.500 0,038 10 2009 8.250.000 8.260.254 412.500 0,050 11 2010 7.814.400 8.015.331 390.720 0,049 12 2011 8.500.000 8.558.040 425.000 0,050 13 2012 9.500.000 10.045.280 475.000 0,047 Sumber : Data Sekunder diolah Persentase efisiensi pajak reklame di Kabupaten Bogor pada tahun 2000- 2012 terlihat baik dan semakin kecil rasio efisiensi mengandung arti bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Bogor untuk pemungutan pajak reklame semakin baik. Jika pendapatan realisasi pajak reklame yang dikumpulkan membutuhkan dana untuk memungut juga besar, akan mengurangi dampak PAD terhadap pembangunan yang dilakukan.

5.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor

Tabel 5.5. Jumlah anggaran, jumlah pegawai, jumlah peraturan dan jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor N O TAHUN JUMLAH PENERIMAAN PAJAK REKLAME dalam ribuan rupiah ANGGARAN dalam ribuan rupiah PEGAWAI PERATURAN WAJIB PAJAK 1 2007 7.669.278 3.255.384 38 3 1209 2 2008 10.016.285 3.324.751 38 4 12159 3 2009 8.260.254 2.680.352 70 4 964 4 2010 8.015.331 4.439.250 70 4 1015 5 2011 8.558.040 6.149.763 70 4 1872 6 2012 10.045.280 7.779.617 70 5 1444 Sumber : Data Sekunder diolah Berdasarkan data tersebut, dapat dihasilkan perhitungan regresi yang merupakan hasil output dari software minitab sebagai berikut : Tabel 5.6. Anova Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Nilai p Regresi 4 0,012465 0,003116 2769,930 0,014 Galat 1 0,000001 0,000001 Total 5 0,012466 Hipotesis H0 : H1 : Minimal ada Karena nilai p sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05 maka tolak H0. Artinya minimal ada satu peubah penjelas yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame. Tabel 5.7.Uji Parsial Sumber Keragaman Koefisien SE Koefisien T hitung Nilai p VIF Konstanta 10,121 0,035 291,190 0,002 jumlah anggaran -0,070 0,006 -11,940 0,053 4,9 jumlah pegawai -0,295 0,005 -63,720 0,010 1,8 jumlah peraturan 0,950 0,011 89,010 0,007 2,5 jumlah wajib pajak 0,143 0,008 18,580 0,034 3 Berdasarkan tabel uji parsial, anggaran, jumlah pegawai, peraturan dan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak reklame pada taraf nyata 10. Hal ini dikarenakan nilai p lebih kecil dari 0,1 sehingga tolak H0. Pada faktor jumlah anggaran memiliki nilai koefisien sebesar -0,07, artinya penurunan anggaran satu satuan akan meningkatkan penerimaan pajak 0,07 satu satuan. Besar kecilnya anggaran merupakan faktor utama yang merupakan bentuk dukungan dan komitmen pemerintah daerah dalam operasional manajemen penyelenggaraan pajak reklame. Tetapi harus juga harus diperhitungkan mengenai efisiensi penggunaan anggaran tersebut. Sehingga pengaruh anggaran terhadap penerimaan pajak reklame sesuai hasil uji memiliki pengaruh yang signifikan. Semakin efisien anggaran yang dipakai dalam operasional manajemen penyelenggaraan pajak reklame maka penerimaan pajak reklame akan semakin meningkat. Sehingga asumsi awal bahwa factor jumlah anggaran diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak reklame ternyata benar. Faktor jumlah pegawai memiliki nilai koefisien sebesar -0,295, artinya penurunan jumlah pegawai satu satuan akan meningkatkan 0,295 satu satuan penerimaan pajak reklame. Jumlah sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang selalu dipermasalahkan sejak otonomi daerah diberlakukan, Kesiapan aparat dan profesionalisme sebagai pegawai negeri daerah yang kompeten di setiap bidang terus menerus harus menjadi prioritas dalam penerimaan pegawai baru maupun memaksimalkan pegawai yang sudah ada, agar penempatan pegawai sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pegawai tersebut the right man in the right place. Dengan kata lain, diperlukan peningkatan efisiensi dan efektifitas terhadap jumlah pegawai khusus di bidang manajemen penyelenggaraan pajak reklame, walaupun ada hubungan yang signifikan antara jumlah pegawai dengan penerimaan pajak reklame. Sehingga asumsi awal bahwa factor jumlah pegawai diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak reklame ternyata benar. Sedangkan faktor jumlah peraturan memiliki nilai koefisien sebesar 0,950, artinya peningkatan jumlah peraturan satu satuan maka akan meningkatkan 0,950 satu satuan penerimaan pajak reklame. Adanya peraturan daerah tentang pajak reklame merupakan hal yang sangat penting sebagai dasar hukum pelaksanaan pajak reklame di Kabupaten Bogor. Sebagai wilayah yang masyarakatnya cukup berkembang, maka tingkat kesadaran hukum masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang berlaku semakin tinggi, masyarakat semakin berani mempertanyakan alasan dari setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah hal ini juga merupakan wujud dari kepastian hukum yang sangat didambakan oleh masyarakat, sehingga sangat jelas hasil uji terhadap jumlah peraturan terhadap penerimaan pajak reklame memiliki pengaruh yang signifikan. Sehingga asumsi awal bahwa factor jumlah peraturan diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak reklame ternyata benar. Faktor jumlah wajib pajak memiliki nilai koefisien sebesar 0,143, artinya peningkatan jumlah wajib pajak satu satuan akan meningkatkan penerimaan pajak reklame 0,143 satu satuan. Dilihat dari potensinya, seharusnya pajak reklame dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Bogor. Namun karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk membayar pajak reklame bahkan belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD, maka potensi tersebut belum menjadi potensi riil pajak reklame. Sesuai dengan hasil uji yang menyatakan jumlah wajib pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak reklame. Sehingga asumsi awal bahwa factor jumlah wajib pajak diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak reklame ternyata benar. Hasil analisis regresi berganda memiliki nilai R 2 sebesar 1,00. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman penerimaan pajak reklame mampu dijelaskan sebesar 100 oleh peubah penjelas yang terdapat dalam model yaitu faktor-faktor secara berurutan dari yang dominan pengaruhnya terhadap penerimaan pajak reklame, faktor jumlah peraturan, faktor jumlah wajib pajak, faktor jumlah pegawai dan faktor jumlah anggaran. Analisis regresi berganda memiliki beberapa asumsi yang harus dipenuhi, diantaranya adalah :  Sisaan menyebar normal Asumsi bahwa sisaan menyebar normal tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter regresi dan pemisahan total keragaman. Penduga dengan metode kuadrat terkecil tetap merupakan penduga takbias terbaik apabila asumsi lain terpenuhi. Kenormalan hanya diperlukan pada waktu pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter. Secara umum, pengaruh ketidaknormalan sisaan terhadap pengujian dan penyusunan selang kepercayaan adalah bahwa taraf nyata yang berkaitan dengan dua hal tersebut tidak lagi sesuai dengan yang ditentukan Rawlings, Pantula dan Dickey, 1998. Uji yang digunakan adalah kolmogorov smirnov dengan software minitab. Berikut adalah hipotesis yang digunakan H0 : sisaan menyebar normal H1 : sisaan tidak menyebar normal RESI5 P e rc e n t 0,0010 0,0005 0,0000 -0,0005 -0,0010 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0,142 -1,48030E-15 StDev 0,0004743 N 6 KS 0,281 P-Value Probability Plot of RESI5 Normal Gambar uji kolmogorov smirnov Berdasarkan gambar di atas, nilai p sebesar 0,142 lebih dari 0,05 sehingga terima H0 maka asumsi sisaan menyebar normal terpenuhi.  Sisaan saling bebas Pengaruh adanya sisaan yang saling berkorelasi ini adalah berkurangnya presisi penduga parameter regresi sehingga hasil yang diperoleh bisa tidak valid. Uji yang digunakan adalah run test dengan software minitab. Berikut adalah hipotesis yang digunakan H0 : sisaan saling bebas H1 : sisaan tidak saling bebas Hasil run test menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,361 lebih dari 0,05 maka terima H0 sehingga asumsi sisaan saling bebas terpenuhi.  Ragam sisaan homogen Asumsi ini berimplikasi bahwa setiap pengamatan pada peubah respon mengandung infomasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam metode kuadrat terkecil mendapatkan bobot yang sama besar. Dengan kata lain, ketidakhomogenan ragam heteroscedasticity mengakibatkan beberapa pengamatan mengandung informasi yang lebih dibandingkan yang lain. Oleh karena itu, diharapkan ragam sisaan dari model regresi homogen. Uji yang digunakan adalah uji glejser dengan cara meregresikan nilai absolute dari sisaan dengan peubah penjelas dalam model regresi tersebut. Berikut adalah hipotesis yang digunakan H0 : ragam sisaan homogen H1 : ragam sisaan tidak homogen Berdasarkan hasil regresi, diperoleh nilai p sebesar 0,241 lebih dari 0,05 maka terima H0 sehingga asumsi ragam sisaan homogen terpenuhi.  Multikolinearitas Akibat adanya multikolinearitas maka terdapat beberapa peubah penjelas akan dinyatakan tidak ada pengaruhnya walaupun dari bidang penerapan regresi tersebut dan data yang didapatkan mengindikasikan hal yang sebaliknya. Kriteria pengujian yaitu jika nilai VIF lebih dari 10 maka terdapat multikolinearitas. Karena nilai VIF pada tabel uji parsial tidak ada yang lebih dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas. 5.3.Analisis Manajemen Penyelenggaraan Pajak Reklame Salah satu ciri yang menunjukkan suatu daerah berhasil dan mampu berotonomi adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Manajemen penyelengaraan pajak reklame merupakan bagian dari kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola pendapatan daerah melalui penerimaan pajak reklame. Pada kuesioner dengan responden pakar yang dilakukan secara purposive sampling, berdasarkan pertimbangan bahwa responden yang bersangkutan dinilai memiliki kepentingan danatau kompetensi danatau keterlibatan dalam proses perencanaan sampai dengan evaluasi manajemen penyelenggaraan pajak reklame. Sebagai acuan penilaian keterlibatan pihak pemerintahan daerah dalam manajemen penyelenggaraan pajak reklame adalah sebagai berikut : Tabel 5.8.Range Keterlibatan Pemerintah Daerah N = 6 Range = 4,8 Tingkat = 5 Tingkatan Skala Sangat Rendah 6 – 10,8 Rendah 10,8 – 15,6 Sedang 15,6 – 20,4 Tinggi 20,4 – 25,2 Sangat Tinggi 25,2 - 30 Sumber : data primer diolah Tabel keterlibatan pemerintah daerah dari para responden yang terdiri atas keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, Sekretariat daerah Setda, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda, Badan Perizinan Terpadu BPT, Dinas Pendapatan Daerah Dipenda dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan DKP dalam manajemen penyelenggaraan pajak reklame digambarkan dalam tingkatan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi, Survey yang dilakukan juga untuk melihat persepsi responden terhadap penyelenggaraan pajak reklame yang dinyatakan dalam persepsi sangat tidak realistis, tidak realistis, realistis dan sangat realistis. Adapun Range persepsi adalah sebagai berikut : Tabel 5.9.Range Persepsi Pemerintah Daerah N = 6 Range = 4,5 Tingkat = 4 Tingkatan Skala Sangat Tidak Realistis 6 – 10,5 Tidak Realistis 10,5 – 15,0 Realistis 15,0 – 19,5 Sangat Realistis 19,5 – 24 Sumber : data primer diolah Adanya penilaian persepsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana penyelenggaraan manajemen pajak reklame yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bogor dari persepsi para pihak pemangku kebijakan di Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor.

5.3.1. Manajemen Perencanaan Pendataan Potensi Pajak Reklame