Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal merupakan varian dari pelaksanaan desentralisasi yang ditempuh suatu negara. Desentralisasi fiskal ini dapat didefinisikan sebagai devolusi penyerahan tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada tingkatan pemerintahan yang ada dibawahnya, sub-national levels of government, seperti negara bagian, daerah, propinsi, distrik, dan kota. Namun demikian, sebenarnya definisi ini tidaklah cukup komprehensif. Pada kenyataannya, isu yang berkembang dan menarik dalam kajian desentralisasi fiskal atau federalisme fiskal adalah pemberian tanggung jawab fiskal yang lebih jelas pada tingkatan pemerintahan yang tepat. Syahruddin 2006 mendefinisikan desentralisasi fiskal sebagai kewenangan authority dan tanggungjawab responsibility dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran daerah APBD oleh pemerintah daerah. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari desentralisasi. Apabila pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD termasuk surcharge of taxes, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman, maupun subsidibantuan dari pemerintah pusat Lutfi 2002 menyatakan pajak daerah yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal diharapkan mampu memberikan penerimaan yang signifikan dan berdampak pada kemampuan daerah dalam membiayai tanggung jawab fiskalnya. Untuk memperoleh penerimaan pajak daerah yang cukup signifikan dalam rangka desentralisasi fiskal, daerah harus memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif pajak daerah yang tepat.

2.2. Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah

Manajemen penerimaan daerah erat berkaitan deerah dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola potensi fiskal daerah. Potensi fiskal daerah adalah kemampuan daerah dalam menghimpun sumber-sumber pendapatan daerah yang sah. Sistem manajemen pendapatan yang digunakan oleh pemerintah daerah akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya perolehan pendapatan daerah tersebut. Mahmudi 2010 menuliskan pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam membangun system manajemen penerimaan daerah, yaitu , perluasan basis penerimaan, pengendalian atas kebocoran pendapatan, peningkatan efisiensi administrasi pendapatan dan transparansi dan akuntabilitas. 2.3.Pendapatan Asli Daerah Pembiayaan atau pendanaan merupakan kunci utama keberhasilan pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, daerah dalam melaksanakan fungsinya, tidak terlepas dari kemampuan dana yang dimiliki oleh daerah untuk membiayainya baik bagi kegiatan yang bersifat rutin maupun pembangunan. Adapun sumber penerimaan daerah dalam melaksanakan desentralisasi, terdiri dari pendapatan daerah dan pembiayaan yang terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari : a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah; c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah 2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK 3. Pinjaman Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah, meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan nilai selisih tukur rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah. Selanjutnya pembiayaan daerah bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2.4 . Definisi Pajak