f. Dalam hal Nilai Sewa Reklame tidak diketahui danatau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan faktor-faktor sebagaimana
dimaksud pada huruf d dan huruf e. g. NJOP untuk iklan minuman beralkohol dan rokok ditambah 25.
h. NJOP untuk reklame nama atau identitas perusahaan di lokasi. i. perusahaan serta lembaga pendidikan swasta dikurangi 25.
j. NJOPR untuk reklame praktek dokterRSPoliklinikApotik swasta
dikurangi 50. k. Bagi wajib pajak yang merubah materi dan visual reklame meskipun masa
ijinpajak reklame belum habis diharuskan membayar kembali pajak reklame sesuai ketentuan yang berlaku.
l. Tarif Pajak : 25 m. Cara Perhitungan Pajak
Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame NSR adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP ditambah hasil perkalian Nilai Strategis Lokasi NSL
dengan Nilai Jual Objek Pajak NJOP atau dengan rumus sebagai berikut:
NSR = NJOP + NSL X NJOP
a. Tarif Pajak x Nilai Sewa Reklame b. Nilai Sewa Reklame = NJOPR + NSL
c. Nilai Strategis Lokasi = Nilai Strategis x NJOPR
2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Reklame
Dalam manajemen pelaksanaan penyelenggaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor, tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kebijakan yang
diterapkan. Faktor-faktor yang diduga akan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak reklame adalah Anggaran untuk penyelenggaraan Pajak, Jumlah
Pegawai penyelenggaraan pajak dan jumlah Peraturan yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pajak serta jumlah wajib pajak.
Diduga secara bersama-sama jumlah anggaran, jumlah pegawai, jumlah peraturan, dan jumlah wajib pajak mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor.
2.11.Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama oleh Riduansyah 2003, judul penelitian Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor.
Dengan menggunakan Time Series Analysis Metode Time Series data-data mengenai APBD Kota Bogor, Perolehan PAD Kota Bogor, Penerimaan
sumbangan dan bantuan yang diterima Kota Bogor dari tingkatan pemerintahan yang ada diatasnya, serta bagi hasil pajak dan bukan pajak yang diterima Kota
Bogor yang berasal dari penerimaan pajak, baik pajak pemerintah pusat seperti PBB dan BPHTB maupun pajak daerah propinsi Propinsi Jawa Barat yang
dipungut dalama wilayah yurisdiksi Pemerintah Daerah Kota Bogor. Kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya
untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 19931994-2000 rata-rata pertahunnya memberikan
kontribusi sebesar 7,81 per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89 pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah,
pada urun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 5,61 dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08 per
tahun.
Hamdani 2007, dengan metode menghitung potensi pajak, menghitung Efisiensi dan Efektivitas Pajak dan hasil penelitian mengungkapkan permasalahan
dari pihak pemerintah daerah adalah keterbatasan kemampuan dalam penentuan perencanaan target, subyek, obyek dan wajib pajak, adanya keterbatasan sarana
prasarana penunjang penyelenggaraan pajak restoran, supremasi hukum belum dapat diterapkan sepenuhnya, kurangnya kualitas dan kuantitas SDM,
keterbatasan anggaran dan masih adanya wilayah administratif yang belum tergali secara optimal. Permasalahan dari pihak pengelola restoran adalah kurangnya
sosialisasi dan penyuluhan mengenai peraturan daerah pajak restoran dan adanya persepsi masih kurang dirasakan pelayanan pajak restoran yang baikmaksimal
oleh pengelola restoran.
Yulianti 2010, Billboard dan Megatron di Kota Depok, menganalisa upaya pengumpulan pajak reklame papan, billboard dan megatron di Kota Depok selain
itu juga untuk menganalisa perkembangan pajak dan kapasitas pajak reklame papan, billboard dan megatron, Dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk
menganalisa upaya pengumpulan pajak dan pendekatan kuantitatif untuk menghitung perkembangan penerimaan, kapasitas dan upaya pengumpulan pajak.
Hasil analisa yaitu bahwa upaya pengumpulan pajak reklame sudah baik dibandingkan kota pembanding, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
Saktiani 2011, menganalisa pengaruh dari variabel jumlah ijin reklame insidentil, jumlah ijin reklame non insidentil, lokasi pemasangan, jenis reklame
dan PDRB sektor industri dan jasa secara simultan dan parsial terhadap penerimaan pajak reklame di Kabupaten Jembrana periode tahun 2000-2009.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. hasil analisis tersebut, jumlah ijin reklame insidentil, jumlah ijin reklame non insidentil, lokasi
pemasangan, jenis reklame dan PDRB sektor industri dan jasa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak reklame di Kabupaten
Jembrana dan jumlah ijin reklame insidentil dan lokasi pemasangan tidak berpengaruh, sedangkan jumlah ijin reklame non insidentil, jenis reklame dan
PDRB sektor industri dan jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak reklame di Kabupaten Jembrana.
.III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari pelaksanaan desentralisasi di Indonesia. Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan
kemandirian daerah di segala segi kehidupan, yang diukur melalui elemen Pendapatan Asli Daerah PAD. Di harapkan dengan otonomi, Kabupaten Bogor
mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah PAD yang di milikinya.
Pendapatan Daerah income tidak sama dengan pendapatan asli daerah PAD. Income adalah total dari PAD dan pendapatan masyarakat Peningkatan
pendapatan masyarakat jauh lebih penting daripada hanya sekedar peningkatan PAD dalam jangka pendek. Peningkatan pendapatan masyarakat dalam jangka
panjang pada akhirnya akan meningkatkan PAD secara otomatis. Peningkatan pendapatan masyarakat dalam jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan kemandirian daerah.
Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya untuk menggali potensi penerimaan daerah untuk meningkatkan kemampuan fiscal Kabupaten Bogor. Salah satunya
melalui pajak daerah sebagai salah satu unsur dalam PAD. Agar dapat melakukan manajemen pendapatan secara optimal, yang perlu dilakukan adalah mengenali
sumber-sumber pendapatan daerah. Berdasarkan konsep dasar dan implementasi dalam desentrasliasi fiscal ini kewenangan memungut pajak daerah dan retribusi
daerah dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas kepada rakyat lokal dan memberikan jaminan kepada rakyat bahwa pelayanan publik
akan semakin membaik dan rakyat akan lebih puas dengan pelayanan yang diberikan Mardiasmo, 2009.
Ketergantungan kepada bantuan Pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD khususnya pajak daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar,
yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan Negara.
Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Peningkatan Penerimaan
Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor
Faktor Internal Efisiensi Pajak Reklame
Efektivitas Pajak Reklame
Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame
Strengths Weakness Opportunities Threat
Faktor Eksternal
Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak
Reklame
Dasar Penggenaan Pajak Reklame
Nilai Sewa Reklame
Penerimaan Pajak Reklame
Kinerja Penyelenggaraan Pajak Reklame Reklame Wajib PajakBerizin
Reklame Non Wajib Pajaktidak
Berizin
Lost Potensi Pajak Reklame
Potensi Pajak Reklame
Keseluruhan
3.2 Lokasi dan wilayah Kajian