juga menggunakan pakaian adat. Namun saat ini, dengan melepas alas kaki saja yang dimulai dari sepasang pohon besar yang menjadi tanda “selamat datang”
bahwa kita telah memasuki Kampung Lama. Namun, saat ini pohon yang digunakan sebagai tanda selamat datang hanya ada satu pohon saja dikarenakan
satu pohon lainnya telah terbakar.
Gambar 19 Kampung Lama.
5.4.2 Aksi konservasi masyarakat
a. Kegiatan budidaya tumbuhan
Pada dasarnya, masyarakat memiliki cara pandang tentang hidup bersama dan berdampingan dengan alam. Masyarakat menyadari bahwa pentingnya
keberadaan pepohonan dalam fungsi ekologi. Menurut mereka, dengan banyaknya keberadaan pohon, secara langsung atau tidak langsung dapat memperlancar
keberlangsungan hidup, terutama dengan kesediaan air dalam memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, upaya untuk terus melestarikan keberadaan
pepohonan secara turun temurun telah dilakukan cara membudidayakannya. Cara membudidayakan tumbuhan yang biasa masyarakat lakukan adalah
dengan mencari anakan pohon atau semai di sekitar lingkungan mereka jalan, kebun, ladang, sawah, sungai, untuk selanjutnya ditanam di pekarangan, kebun,
ataupun ladang mereka, bahkan untuk dijual dengan cara anakan yang ditemukan, ditanam ke polybag terlebih dahulu Gambar 20.
Gambar 20 Anakan pohon dalam polybag.
Jenis tumbuhan yang paling sering diambil anakannya antara lain jenis cendana Santalum album, gaharu Aquilaria moluccensis, gmelina Gmelina
arborea, kayu manis Cinnamomum burmanii, dan rimpang-rimpangan seperti jahe Zingiber officinale, temulawak Curcuma xanthorrhiza, dan kencur
Kaempferia galanga .
Masyarakat juga biasa mengumpulkan buah-buah cendana yang matang dengan cara memunguti buah-buah yang jatuh dari pohon atau mengambilnya
langsung dari pohon untuk kemudian dikeringkan dan dijadikan bibit Tumbuhan cendana lebih diperhatikan dalam budidaya, karena dirasa memiliki nilai ekonomi
yang lebih dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. b.
Kegiatan gotong royong Kebiasaan masyarakat yang kekeluargaannya masih kental, tercermin dalam
kegiatan gotong royong pada beberapa kegiatan seperti kegiatan keagamaan, hari libur nasional, dan terutama pada kegiatan pertanian atau mengolah lahan.
Pada masa awal akan bercocok tanam, tetangga ataupun kerabat dekat akan membantu dalam pembersihan lahan, penggemburan tanah, hingga menanam.
Tidak ada imbalan khusus yang diberikan kepada tetangga atau kerabat yang membantu, tetapi biasanya pemilik lahan memberikan penghargaan berupa
pemberian makanan ketika proses pengerjaan, dan pemberian sedikit hasil panen kepada yang telah membantu ketika musim panen telah tiba.
c. Pahappa
Sirih dan pinang adalah dua spesies tumbuhan yang selalu ada setiap harinya di rumah. Kebiasaan masyarakat Sumba yang selalu mengunyah buah
sirih dan pinang disebut Pahappa. Pahappa merupakan kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dalam keseharian mereka Gambar 24.
Ketersediaan bahan-bahan untuk Pahappa juga dipengaruhi oleh adat istiadat masyarakat sumba yang harus memberikan suguhan berupa Pahappa jika
ada tamu yang berkunjung. Tuan rumah dianggap tidak tahu adat istiadat, apabila tamu tidak diberikan Pahappa. Pahappa disajikan dalam wadah yang terbuat dari
anyaman bambu ataupun anyaman daun lontar dengan bentuk yang berbeda-beda
a b
c Gambar 25 Suguhan Pahappa untuk tamu: a buah sirih Piper betle, b buah
pinang Areca catechu, c tempat untuk menyuguhkan Pahappa. Frekuensi setiap orang dewasa untuk Pahappa dengan cara mengunyah
buah sirih dan buah pinang yang dicampur dengan kapur bisa mencapai 10 - 20 kali dalam satu hari. Apabila seseorang yang terbiasa melakukan Pahappa terlalu
sedikit melakukannya, biasanya mulut mereka akan terasa masam. Oleh sebab itu, sirih dan pinang merupakan tumbuhan wajib yang harus ada di sekitar pekarangan
ataupun kebun mereka. Kebiasaan menyirih ini berbeda dengan kebiasaan menyirih di tempat lain yang biasanya mengunyah daun sirih, sedangkan pada
masyarakat Sumba Timur, yang dikunyah adalah bagian buahnya. Kegunaan dari Pahappa menyirih antara lain dapat meningkatkan
kapasitas bekerja, menimbulkan sensasi panas dalam tubuh, dan meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, Pahappa dapat menekan rasa lapar dan diyakini oleh
masyarakat di Asia Selatan dalam menjaga kesehatan Susilo 2010. Namun, tidak semua masyarakat yang sudah dewasa memiliki kebiasaan Pahappa. Sebagian
kecil dari mereka ada yang merasa pusing jika memakan buah pinang dan buah sirih dengan campuran kapur.
d. Pembuatan anyaman
Peran aktif perempuan-perempuan sumba timur tidak hanya ikut berpartisipasi dalam kegiatan pertanian, tetapi dalam kesehariannya mereka suka
membuat anyaman-anyaman yang terbuat dari daun pandan, daun lontar, bahkan dari bambu. Kegiatan pembuatan anyaman tidak hanya dilakukan oleh
perempuan-perempuan Sumba yang masih muda, tetapi perempuan yang sudah lanjut usia biasanya lebih terampil dalam pembuatan anyaman Gambar 22.
a b
c
d e
f Gambar 22 Proses pembuatan anyaman: a daun lontar yang sudah kering, b
pemotongan daun dengan ukuran sama, c pemisahan daun sesuai ukuran, d pembuatan anyaman, e anyaman yang hampir jadi, f
anyaman sebagai tempat menyimpan makanan.
Pembuatan anyaman ini untuk mengisi waktu luang mereka sekaligus menambah penghasilan karena hasil anyaman yang dibuat dapat dijual kepada
penduduk setempat ataupun tamu yang datang di pasar mingguan. Anyaman yang mereka buat berupa tempat untuk menyuguhkan Pahappa, tempat penyimpan
makanan beras, jagung, dan buah-buahan, hingga hiasan rumah. e.
Pola konsumsi pangan Masyarakat Desa Katikuwai telah terbiasa mencampur nasi dan jagung
sebagai makanan pokok mereka. Pangan pokok adalah pangan yang dikonsumsi secara sehari-hari dalam jumlah besar sebagai sumber energi. Pada Tabel 25
terlampir spesies tumbuhan yang biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok dan pangan yang selalu tersedia disetiap rumah masyarakat Desa Katikuwai.
Tabel 25 Pola pangan masyarakat
No. Jenis Pangan Spesies Tumbuhan
Keterangan
1 Pangan pokok
Jagung Zea mays Padi Oryza sativa
Dikonsumsi secara tunggal hanya jagung atau padi saja, atau dikombinasikan
mencampur jagung dan beras menjadi makanan pokok. Dimasak dengan cara
ditanak.
2 Pangan pokok
alternatif Ubi kayu
Manihot utilisima Ubi jalar
Ipomoea batatas Keladi
Caladium sp. Dikonsumsi dengan mencampur
berasjagung dengan umbi-umbian yang ada. Biasanya berasjagung
dikombinasikan dengan umbi apabila persediaan makanan sudah habis atau
mulai menipis. Umbi-umbian juga biasa
No. Jenis Pangan Spesies Tumbuhan
Keterangan
dikonsumsi sebagai sarapan yang dimasak dengan cara direbus atau digoreng, dan
ditambah dengan minuman kopi sumba yang memiliki aroma yang khas.
3 Pangan cadangan
Ubi hutan Dioscorea hispida
Pengolahannya yang rumit sebelum dikonsumsi serta persediaanya tidak
terlalu banyak karena masih bersifat liar, sehingga dijadikan pangan alternatif
apabila musim paceklik datang. Namun tidak jarang dijadikan penganan seperti
keripik dan tepung karena rasanya yang gurih dan memiliki kandungan gizi yang
baik, terutama kandungan karbohidrat.
4 Makanan minuman
yang harus ada dirumah
Buah sirih Piper betle
Buah pinang Areca catechu
Kopi Coffea sp. Buah sirih dan buah pinang merupakan
salah satu bahan untuk Pahappakegiatan menyirih yang dicampur dengan kapur.
Kegiatan Pahappa merupakan adat istiadat khas Sumba Timur. Kopi merupakan
minuman yang selalu disajikan pada pagi, siang, dan sore hari. Kopi khas Sumba
Timur yang disajikan biasanya yang baru diolah disangrai lalu ditumbuk sehingga
memiliki aroma yang khas.
Menurut Suhardjo 1989, pangan pokok yang digunakan dalam suatu daerah biasanya menempati peranan yang tinggi. Penggunaan pangan tersebut
lebih luas daripada jenis pangan lainnya. Pola pangan pokok pada penduduk Nusa Tenggara Timur yang dikenal dengan pola pangan pokok jagung kini telah
mengalami pergeseran. Kebiasaan mencampur beras dan jagung sebagai pangan pokok dirasakan penduduk memiliki cita rasa yang lebih enak dan menghasilkan
energi yang lebih besar untuk bekerja dan aktivitas lainnya. Pola konsumsi pangan pokok juga sering dikombinasikan tergantung dari
selera masing-masing orang dalam mengombinasikannya dan tergantung pada persediaan makanan pokok yang ada. Menurut Suhardjo 1989, Jumlah serta
macam pangan yang termasuk dalam pola makanan penduduk di suatu negara tertentu atau daerah, biasanya berkembang dari pangan yang tersedia setempat
atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Ketersediaan pangan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat,
apabila salah satu bahan makanan tersebut tidak tersedia, maka penduduk hanya mengonsumsi satu jenis pangan pokok saja, bahkan ada yang menggantinya
dengan mengombinasikan dengan jenis umbi-umbian seperti ubi jalar Ipomoea batatas dan ubi kayu Manihot utilisima.
5.4.3 Sikap masyarakat untuk pro-konservasi