Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus Keanekaragaman bagian yang digunakan

Gambar 12 Kesambi Schleichera oleosa. Teridentifikasi 26 famili yang termasuk spesies tumbuhan obat. Berdasarkan jumlah famili yang ada, famili yang paling banyak digunakan sebagai tumbuhan obat adalah famili Euphorbiaceae dan Asteraceae yang masing- masing terdiri dari 3 spesies. Famili yang paling sedikit digunakan sebagai tumbuhan obat diantaranya Verbenaceae, Tiliaceae dan famili lainnya yang hanya terdiri 1 spesies tumbuhan, keterangan selengkapnya mengenai spesies tumbuhan obat dapat dilihat pada Lampiran 4 . Spesies-spesies tumbuhan yang termasuk dalam famili yang paling banyak digunakan dalam pemanfaatan tumbuhan obat kebanyakan merupakan spesies tumbuhan yang hidup liar seperti meniran Phyllanthus niruri, damar merah Ricinus communis, damar putih Jatropha curcas, daun bau Ageratum conyzoides, dan rumbalunggi Sonchus arvensis.

5.3.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus

Habitus tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat adalah habitus pohon dengan persentase sebesar 41 atau 14 spesies tumbuhan dari total 34 spesies. Jumlah persentase masing-masing habitus tumbuhan obat tersaji pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Persentase pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan habitus No. Habitus Jumlah Spesies Persentase 1 Pohon 14 41 2 Herba 13 38 3 Perdu 4 12 4 Semak 2 6 5 Liana 1 3 Total 34 100 Habitus pohon, mendominasi dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat. Kulit kayu dan batang pohon dianggap ampuh dalam upaya pengobatan, sehinggga habitus pohon menjadi alternatif tumbuhan obat yang paling banyak. Kanjilu Ficus variegata merupakan salah satu spesies tumbuhan obat yang berhabitus pohon yang dimanfaatkan getahnya sebagai obat bisul. Pohon kanjilu memiliki keunikan ketika berbuah. Pada saat berbuah, buah- buahnya menempel pada batang pohon secara berkelompok pada ranting-ranting yang berukuran lebih pendek dibanding ranting pohon pada umumnya, panjang ranting berkisar 10 - 30 cm. Buah kanjilu yang matang berwarna merah hingga ungu kehitaman yang oleh masyarakat desa biasa dijadikan sebagai makanan babi Gambar 13. a b Gambar 13 Tumbuhan obat habitus pohon: a kanjilu Ficus variegata, b getah kulit. Spesies tumbuhan obat dengan habitus pohon perlu diperhatikan ketersediaanya. Pemanfaatan yang berlebihan, dengan sedikitnya upaya pembudidayaan dapat menyebabkan ketersediaannya semakin sedikit karena tumbuhan obat yang dimanfaatkan dengan habitus pohon memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh dari anakan hingga menjadi pohon. Habitus herba juga banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat, dengan jumlah persentase sebesar 38 atau dengan jumlah spesies tumbuhan sebanyak 13 spesies, Sedangkan tumbuhan dengan habitus liana merupakan habitus tumbuhan yang paling sedikit digunakan, yaitu hanya terdapat pada 1 spesies tumbuhan dengan persentase sebesar 3.

5.3.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan

Tidak semua bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai obat. Berdasarkan pengalaman empiris, bagian-bagian tertentu saja pada tumbuhan yang memiliki khasiat dalam mengobati suatu penyakit. Pada Tabel 19, merupakan persentase masing-masing bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat. Terdapat 8 bagian yang digunakan, yaitu: daun, kulit kayu, akar, batang, getah, tunas, rimpang, dan banir. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 19 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan No. Bagian yang digunakan Persentase 1 Daun 44 2 Kulit kayu 23 3 Akar 8 4 Batang 8 5 Getah 8 6 Tunas 5 7 Rimpang 2 8 Banir 2 Total 100 Haki Dillenia pentagyna merupakan salah satu spesies tumbuhan obat yang bagian daunnya dimanfaatkan sebagai obat kanker Gambar 14. Gambar 14 Daun haki Dillenia pentagyna sebagai obat kanker. Daun haki memiliki ukuran yang relatif besar dengan panjang daun dapat mencapai 10 – 40 cm. Menurut sebuah penelitian, famili yang termasuk Dilleniaceae mengandung golongan senyawa flavonoid yang fungsinya sebagai antioksidan alami Wulandari et al. 2010. Cendana Santalum album merupakan spesies tumbuhan penting yang digunakan oleh masyarakat Desa Katikuwai, karena selain seluruh bagian tumbuhannya dapat dijadikan obat juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Depkes 2009, potensi yang didapat pada tumbuhan cendana selain digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, dan bahan parfum, juga dapat digunakan sebagai obat pereda kejang, patah tulang, demam, pencegah mual, peluruh keringat dan penghalus kulit.

5.3.4 Keanekaragaman tipe habitat