Keanekaragaman spesies Keanekaragaman Tumbuhan Obat

komoditi jagung, kedelai, ketela, sayuran, buah-buahan, dan usaha peternakan serta perikanan. Sasaran pemberdayaan diarahkan untuk masyarakat yang kurang mampu di pedesaan Solahuddin 2009.

5.3 Keanekaragaman Tumbuhan Obat

5.3.1 Keanekaragaman spesies

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapang yang dilakukan, diketahui bahwa pemanfaatan tumbuhan obat di Desa Katikuwai terdapat 34 spesies tumbuhan sebagai obat, yang terdiri dari 26 famili, 5 habitus dan 8 bagian tumbuhan yang digunakan yang tumbuh di 4 tipe habitat yaitu pekarangan, kebun, ladang, dan di sekitar jalan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat diklasifikasikan berdasarkan kelompok penyakit penggunaan yang masing-masing jumlahnya tercantum pada Tabel 17 berikut ini, dan keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 17 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi kelompok penyakit penggunaan No. Kelompok Penyakit Penggunaan Jumlah Spesies 1 Penyakit saluran pencernaan 15 2 Penyakit malaria 12 3 Penyakit otot dan persendian 12 4 Penyakit saluran pernafasan 9 5 Sakit kepala dan demam 9 6 Pengobatan luka 8 7 Tetanus 6 8 Penyakit kulit 4 9 Perawatan kehamilan dan persalinan 2 10 Penyakit gigi 2 11 Perawatan rambut 2 12 Luka dalam 2 13 Penyakit gangguan urat syaraf 1 14 Penyakit kanker atau tumor 1 15 Penyakit tulang 1 16 Penyakit diabetes 1 17 Penyakit kuning 1 18 Penyakit mata 1 19 Penawar racun 1 Berikut ini diuraikan beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan pengklasifikasian kelompok penyakit penggunaanya, yang terdiri dari 19 macam kelompok penyakit yang diurutkan berdasarkan jumlah tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan. 1. Penyakit saluran pencernaan Jenis penyakit yang paling banyak memiliki alternatif spesies tumbuhan untuk pengobatan, yaitu penyakit saluran pencernaan. Sebanyak 15 spesies tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati penyakit tersebut, contohnya s kapuk Ceiba pentandra, kayu manis Cinnamomum burmanii, Iwi Dioscorea hispida, rita Rauvolfia javanica dan spesies lainnya Lampiran 6. 2. Penyakit malaria Malaria merupakan penyakit endemik di Nusa Tenggara Timur. Terdapat 12 spesies tumbuhan yang dapat dijadikan obat malaria, diantaranya: kayu ular Strychnos lucida, kesambi Schleichera oleosa, uhu Panicum verticillatum, dan lainnya Lampiran 6. Kesambi merupakan spesies tumbuhan yang banyak ditemukan di sumba timur, serta tahan terhadap kondisi lingkungan di Sumba Timur yang kering. Pemanfaatan kesambi untuk malaria yaitu, dengan cara menumbuk kulit kayunya kira-kira sebesar telapak tangan, lalu langsung dikonsumsi. Daun, akar dan batang kesambi mengandung saponin dan tanin, di samping itu daunnya juga mengandung alkaloida. 3. Penyakit otot dan persendian Terdapat 12 spesies tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian, diantaranya cendana Santalum album, kayu manis Cinnamomum burmanii, mosa Tetrameles nudiflora dan lainnya Lampiran 6. Cendana merupakan tumbuhan khas Nusa Tenggara Timur yang juga memiliki nilai ekonomi yang bernilai bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Seluruh bagian tumbuhan cendana paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat bengkak, tertikam, dan luka dalam. Kandungan minyak atsiri yang terkandung pada cendana membuat harga kayu cendana menjadi lebih bernilai karena selain penggunaanya dapat digunakan sebagai obat, juga dapat digunakan sebagai pengharum dan industri lainnya. 4. Penyakit saluran pernafasan Terdapat 9 spesies tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan, diantaranya: bunga desember Haemanthus multiflorus, jambu mete Anacardium occidentale, cendana Santalum album, dan spesies lainnya. Daun bunga desember dapat digunakan sebagai obat flu burung. Daun jambu mete dan cendana dapat digunakan sebagai obat flu. Penggunaan daun untuk flu, biasanya berjumlah ganjil antara 5 lembar, 7 lembar, dan seterusnya. 5. Sakit kepala dan demam Terdapat 9 spesies tumbuhan yang dapat dijadikan obat untuk sakit kepala dan demam. Spesies tumbuhan seperti damar putih Jatropha curcas,kulit kayunya digunakan untuk mengobati sakit kepala dengan cara menumbuknya hingga halus lalu dimakan sedikit demi sedikit. Spesies tumbuhan lain yang digunakan untuk mengobati sakit kepala dan demam yaitu daun kondu Erigeron sumatrensis dan uhu Panicum verticillatum. Cara penggunaanya dengan cara merebus 5-7 lembar daun dan menambahkan dua gelas air, setelah mendidih, air hasil rebusan dapat diminum. 6. Pengobatan luka Terdapat 8 spesies tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengobatan luka, diantaranya: gaharu Aquilaria moluccensis, lino Grewia koordesiana dan kapohak Urena lobata. Ketiga spesies tumbuhan ini, memiliki cara penggunaan yang sama yaitu, dengn cara menumbuk bagian kulit kayunya gaharu dan lino dan daunnya kapohak untuk kemudian ditempelkan pada bagian yang luka. 7. Tetanus Terdapat 6 spesies tumbuhan untuk mengobati tetanus, antara lain: cendana Santalum album, kayu manis Cinnamomum burmanii, aliajahe Zingiber officinale, bawang merah Allium ascalonicum, bawang putih Allium sativum dan kencur Kaempferia galanga. Cara penggunaanya, semua bahan dapat dihancurkan lalu ditempelkan pada tempat yang terkena tetanus Lampiran 7. 8. Penyakit kulit Terdapat 4 spesies tumbuhan yang dapat dijadikan obat penyakit kulit, yaitu: kanjilu Ficus variegata, manairi Desmodium pulchellium, Wanggakuli Ficus sp., dan ubi kayu Manihot utilisima. Getah kanjilu dan wanggakuli dapat digunakan untuk mengobati bisul, sedangkan kulit kayu manairi digunakan untuk mengobati panu, dan daun ubi kayu yang telah dipanaskan hingga layu dapat digunakan sebagai obat bisul. 9. Perawatan kehamilan dan persalinan Rebung Gigantolochloa apus dan cabe rawit Capsicum frutescens merupakan dua spesies tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat Desa Katikuwai untuk membantu proses sebelum maupun setelah melahirkan. Daun cabe rawit sebanyak 3-7 lembar digunakan untuk mempermudah proses kelahiran dengan cara dikunyah lalu diusapkan di punggung, perut dan kepala. Sedangkan tunas bambu biasa dikonsumsi dijadikan sayuran untuk membantu dalam proses penyembuhan sehabis melahirkan. 10. Penyakit gigi Hawindu Sida retusa dan rumput hitam Diodia ocymifolia digunakan bagian akarnya untuk mengobati sekaligus menguatkan gigi. Akar kedua spesies tumbuhan ini dapat digigit secara langsung lalu dikunyah, ataupun ditumbuk terlebih dahulu, lalu selanjutnya ditempelkan dibagian yang sakit. Kedua spesies ini juga mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai anti radang. 11. Perawatan rambut Pandan Pandanus tectorius dan rumbalunggi Sonchus arvensis merupakan dua spesies tumbuhan yang daunnya masing-masing memiliki fungsi sebagai penyubur rambut dan pencegah uban. Kandungan saponin yang terdapat pada kedua spesies tumbuhan tersebut mempengaruhi kolagen, yaitu memperbaiki struktur jaringan, sehingga perkembangan rambut lebih baik. 12. Luka dalam Bagian daun tumbuhan Hanjokorteki Leea sambucina dan rimpang temulawak Curcuma xanthorriza dapat digunakan untuk mengobati luka dalam. Daun hanjokorteki direbus dengan jumlah ganjil yaitu sebanyak 5 lembar, 7 lembar, dan seterusnya. Air ditambahkan sebanyak 2 gelas. Air hasil rebusan ini dapat diminum hingga sembuh. Pada penggunaan rimpang temulawak, rimpang sebesar telapak tangan dapat diparut ataupun dipotong menjadi bagian-bagian kecil, lalu ditambahkan air sebanyak 2-3 gelas. Air hasil rebusan ini dapat langsung diminum dengan pemakaian 2x sehari hingga penyakitnya sembuh. 13. Penyakit gangguan urat syaraf Meniran Phyllantus niruri merupakan spesies tumbuhan yang bagian daunnya dapat dimanfaatkan untuk mengobati rematik dan tidak bisa tidur. Penggunaanya dengan cara dapat dimakan langsung ataupun direbus sebanyak satu genggam dan ditambahkan air sebanyak 2 gelas, lalu air hasil rebusan diminum untuk mengobati penyakit tersebut. 14. Penyakit kanker atau tumor Daun haki Dillenia pentagyna dapat dijadikan sebagai obat kanker. Menurut Wulandari 2010, senyawa flavonoid pada famili Dilleniaceae memiliki kandungan antioksidan yang baik dan dapat menjaga daya tahan tubuh. Penggunaan daun haki dengan cara merebus minimal 5 lembar daunnya ditambah 3 gelas air untuk kemudian diminum air rebusannya. 15. Penyakit tulang Kalika rataka Erythrina sp. merupakan spesies tumbuhan yang bagian batangnya digunakan sebagai sakit tulang. Cara penggunaanya yaitu dengan cara menumbuk bagian batangnya, dan ditempelkan pada bagian tulang yang sakit. 16. Penyakit diabetes Bagian daun kapohambakung Stachytarpheta indica dimanfaatkan untuk mengobati penyakit diabetes. Kandungan alkaloidnya mengurangi racun-raun didalam tubuh, membantu dalam proses detoksifikasi, serta kandungan flavonoidnya berfungsi mengurangi kolesterol dalam tubuh dan melancarkan peredaran darah. 17. Penyakit kuning Rimpang kunyit Curcuma domestica dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kuning. Cara penggunaanya yaitu: rimpang kunyit sebesar 3 jari tangan kemudian dihancurkan dengan cara ditumbuk maupun diserut lalu ditambahkan air sebanyak 2-3 gelas. Setelah mendidih, air rebusan disaring lalu diminum 2x sehari hingga sembuh. 18. Penyakit mata Air embun yang berasal dari daun Sirih Piper betle, dapat digunakan untuk mengobati sakit mata. Air embun yang paling baik digunakan untuk mengobati sekaligus membersihkan mata, yaitu ketika pagi hari. Namun tidak jarang pula masyarakat akan merendam daun sirih dan kemudian air pada hasil rendaman digunakan untuk mengobati mata setiap pagi hari. 19. Penawar racun Daun bau Ageratum conyzoides digunakan sebagai obat luka juga penawar racun jika terkena bisa. Penggunaan daunnya dengan cara digosokkan pada anggota tubuh yang terkena luka ataupun bisa. Berdasarkan pemanfaatan tumbuhan obat, diketahui bahwa terdapat tumbuhan obat yang dapat mengobati lebih dari satu penyakit, seperti sirih Piper betle, aliajahe Zingiber officinale, pinang Areca catechu dan lainnya. Tumbuhan obat tersebut paling banyak digunakan dengan cara dikunyah, ditumbuk atau dititi. Masyarakat percaya, dengan memakan sirih dan pinang kondisi kesehatan mereka dapat terus terjaga. AliaJahe Zingiber officinale merupakan salah satu tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti dalam pengobatan luka, penyakit otot dan persendian, penyakit saluran pencernaan, dan sakit kepala serta demam. Menurut Koswara 2012, jahe Zingiber officinale memang memiliki banyak manfaat diantaranya dapat menurunkan tekanan darah hipertensi. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah. Jahe juga membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak, mencegah tersumbatnya pembuluh darah. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah, menetralkan radikal bebas karena jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh dan fungsi lainnya. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan memiliki peranan yang penting dalam proses pengobatan. Beberapa senyawa kimia yang banyak terdapat pada tumbuhan diantaranya senyawa kimia seperti polifenol, alkaloid, saponin, minyak atsiri, flavonoid,dan senyawa kimia lainnya yang berperan dalam upaya penyembuhan. Kandungan senyawa kimia pada tumbuhan yang berkhasiat obat berdasarkan hasil literature, dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 8. Polifenol merupakan senyawa kimia yang berfungsi sebagai anti-histamin anti-alergi. Alkaloid berfungsi sebagai detoksifikasi yang dapat meminimalisir racun-racun di dalam tubuh. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Saponin merupakan kandungan zat kimia yang bermanfaat dalam mempengaruhi kolagen tahap awal perbaikan jaringan yaitu dengan menghambat produksi jaringan luka yang berlebihan. Selain itu, saponin juga merupakan sumber anti-bakteri dan anti-virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah, mengurangi penggumpalan darah. Peranan dari flavonoid yaitu melancarkan peredaran darah seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung anti inflamasi anti radang, mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, berfungsi sebagai antioksidan dan membantu mengurangi rasa sakit analgesik Hustiantama 2002. Pada kegiatan Pahappa, tidak hanya kandungan buah saja yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit. Air ludah ternyata juga memiliki peranan yang penting dalam mempercepat proses penyembuhan. Kandungan lainnya yang terdapat pada air liur diantaranya: elektrolit, bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel dari mulut dan sekitar 500 protein. Tim peneliti dari belanda telah membuktikan bahwa terdapat protein kecil yang terdapat di air ludah, yaitu histanin. Protein ini sebelumnya diketahui hanya berperan sebagai pembunuh bakteri, tetapi berdasarkan hasil penelitian ternyata histanin berperan juga dalam penyembuhan luka. Selain itu, zat tersebut dapat diproduksi secara massal dan memiliki potensi sebagai antibiotik Winardi 2009. Suatu tumbuhan memiliki aktivitas biologi dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang ada pada tumbuhan tersebut baik secara kualitatif maupun kuantitatif Suganda 2010. Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa kimia suatu tumbuhan adalah: 1. keanekaragaman genetik; 2. lingkungan tempat tumbuh, yang meliputi faktor biotik, tanah dan nutrisi, air, temperatur, cahaya kualitas, intensitas, dan lama pencahayaan, ketinggian tempat tumbuh, panen dan pascapanen. Pengetahuan masyarakat Desa Katikuwai diketahui dari hasil turun-temurun maupun dari tetangga. Masyarakat yang sakit biasanya juga meminta ramuan obat pada orang yang biasa meramu obat, kemudian peramu atau dukun akan mencari obat sesuai permintaan ke pekarangan, sekitar jalan, maupun kebun-kebun sekitar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, tidak semua peramu mau memberi informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Hal ini diutarakan karena jika dukun atau peramu memberitahukan suatu jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan, dipercaya bahwa khasiat untuk mengobati suatu jenis penyakit akan berkurang dan tidak ampuh. Tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif dalam pengobatan tradisional. Melalui pengobatan tradisional, masyarakat diharapkan mampu menolong dirinya dan keluarganya dengan pengobatan tradisional melalui pemanfaatan berbagai tumbuhan berkhasiat obat tumbuhan obat sebelum memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas ataupun rumah sakit Aliadi Roemantyo 1994. Pengobatan tradisional juga merupakan sumber informasi bagi spesies- spesies tumbuhan obat yang telah digunakan berdasarkan pengalaman turun temurun Aliadi Roemantyo. 1994. Pengobatan tradisional dapat diperoleh dengan meramu satu spesies atau berbagai spesies tumbuhan obat menjadi suatu ramuan obat. Ramuan obat tradisional merupakan media pengobatan dengan menggunakan tumbuhan dengan kandungan bahan-bahan alamiah sebagai bahan bakunya. Pada Tabel 18 berikut ini terdapat contoh ramuan pengobatan tradisional yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Informasi selengkapnya mengenai ramuan obat di Desa Katikuwai dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 18 Ramuan obat tradisional untuk berbagai penyakit di Desa Katikuwai No. Jenis Penyakit Cara Meramu 1 Sakit perut Buah kelapa yang dibakar, dikunyah sedikit demi sedikit lalu ditelan bersamaan dengan jahe kira-kira 1 ruas jari, dan kulit kayu manis secukupnya. 2 Masuk angin Bawang merah dan alia dikunyah atau digerus, ditambahkan dengan kulit kayu manis yang digerus, selanjutnya di balur ke seluruh tubuh yang sakit dan diurut. 3 Maag Kulit kayu lino dan rita direbus, airnya diminum 3x sehari. 4 Malaria Kulit kayu kesambi di tumbuk, lalu dimakan sedikit demi sedikit. 5 Obat Pemijatan AliaJahe dan bawang dihancurkan, lalu ditambahkan dengan air sabun mandi, selanjutnya digunakan untuk memijat. 6 Sakit pinggang Kulit kayu manis, sirih, pinang, bawang putih, bawang merah dihancurkan dengan cara digerus, lalu ditempelkan di sekitar pinggang. 7 Batuk Kulit kayu dan daun damar merah direbus, lalu diminum 1x sehari. 8 Sakit kepala Daun jeruk, papaya, genoak dan kulit kayu manis direbus, lalu diminum. 9 Tetanus Bawang merah, bawang putih, kencur, jahe, cendana, kulit kayu manis dihancurkan, lalu ditempelkan ke anggota badan yang terkena tetanus. 10 Bisul Kulit batang pohon kanjilu dikikis, hingga getahnya terlihat, kemudian getahnya ditampung hingga terkumpul secukupnya. Kemudian, getah kulit kanjilu dicampur dengan kapur secukupnya lalu ditempelkan ditempat yang terkena bisul. 11 Obat mata Daun sirih direndam dalam air, lalu diteteskan ke mata setiap pagi hari. 12 Mempermudah melahirkan Daun cabe rawit dikunyah, lalu diusapkan di perut, kepala dan punggung. 13 Luka dalam 7 pucuk daun hanjokorteki diambil setiap hari, lalu direbus, kemudian airnya diminum, pengobatan ini dilakukan selama 7 hari berturut-turut. 14 Sakit gigi Akar Hawindu direbus, lalu airnya dikumur-kumur. 15 Kencing manis Daun kapohambakung dicuci, lalu dimakan langsung. 16 Tertikam Akar alang-alang, aliajahe dan bawang merah dikunyah, lalu ditempelkan ditempat yang sakit Terdapat hal yang unik dalam pembuatan ramuan untuk pengobatan tradisional yaitu, jumlah daun yang digunakan selalu ganjil, dengan jumlah daun 3 lembar, 5 lembar, 7 lembar, dan seterusnya. Pada pembuatan ramuan juga dianjurkan untuk membuat atau mengambil bahan-bahan ramuan secukupnya dan dapat diambil lagi apabila diperlukan lagi dalam pengobatan. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan sumberdaya alam hayati, khususnya tumbuhan obat Aliadi Roemantyo. 1994. Kaitan tersebut dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam pengobatan tradisional, serta aturan adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati Aliadi Roemantyo. 1994. Pada penggunaan ramuan obat tradisional, tidak semua orang dapat cocok menggunakan ramuan obat tertentu untuk mengobati suatu jenis penyakit. Pada umumnya,spesies tumbuhan seperti sirih, pinang, dan aliajahe merupakan spesies tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai salah satu campuran dalam suatu ramuan penyakit pada masyarakat desa Katikuwai. Kebiasaan sehari-hari Pahappa atau mengunyah dan memakan buah sirih dan pinang dengan campuran kapur, merupakan kebiasaan sehari-hari masyarakat yang bisa mencapai 10 - 20 kali mengonsumsi dalam sehari. Kebiasaan ini dirasakan memberi manfaat bagi kesehatan dan menjaga stamina masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Menurut Salan 2009, beberapa keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan obat tradisional adalah: 1. Pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat–obatan buatan pabrik, karena bahan baku obat–obatan buatan pabrik sangat mahal dan harganya sangat tergantung pada banyak komponen. 2. Bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga. 3. Pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar. Hal tersebut sangat berbeda dengan obat-obatan medis yang telah dipatenkan, yang membutuhkan peralatan canggih dalam prose pembuatannya dan butuh waktu sekitar 25 tahun agar diakui oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Menurut Aliadi Roemantyo 1994, ada 3 kelompok masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan intensitas pemanfaatan tumbuhan obat. Pertama, kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional. Kedua, kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, dan ketiga industri obat. Masyarakat Desa Katikuwai termasuk kedalam kelompok kedua, yaitu kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, karena Desa Katikuwai memiliki sarana dan prasarana kesehatan terbatas. Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas sudah ada, tetapi tenaga medis, peralatan serta obat-obatan terbatas ketersediaanya. selain itu, adanya kendala ekonomi juga menjadi alasan bagi penggunaan obat tradisional. Berbagai keterbatasan tersebut mengakibatkan pengobatan tradisional menjadi pilihan masyarakat yang cukup penting. Menurut Aliadi Roemantyo 1994, Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional tidak terlalu mengkhawatirkan karena hanya untuk kepentingan sendiri keluarga sehingga jumlah yang diambil tidak terlalu banyak. Kelebihan obat tradisional diantaranya juga memiliki efek samping relatif rendah, komponen yang berbeda dalam suatu ramuan memiliki efek yang saling mendukung, dan pada satu tumbuhan memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Penggunaan obat tradisional berkembang sesuai dengan pengalaman empiris yang teruji melalui trial and error secara turun temurun atau disebut dengan etno-wanafarma ethno-forest pharmacy Zuhud 2009. Pengalaman empiris telah banyak menunjukkan bahwa penggunaan obat tradisional secara konvensional banyak bermanfaat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat di desa terpencil sekitar kawasan hutan. Tumbuhan obat yang ada kebanyakan merupakan hasil budidaya yang sebelumnya diambil anakannya dari hutan. Kesambi Schleichera oleosa merupakan salah satu spesies tumbuhan dari hutan yang keberadaanya terdapat di daerah Indonesia yang memiliki daerah kering dan musim kemarau yang kuat. Adaptasi kesambi pada musim kemarau sama seperti jati, meskipun hanya sebentar, kesambi akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau agar mengurangi kebutuhan hidupnya terhadap air. Kesambi banyak tumbuh liar di daerah savana yang banyak terdapat di daerah Nusa Tenggara Gambar 12. Pemanfaatan kesambi dengan berbagai fungsi, sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan bagian kulit kayu kesambi oleh masyarakat Desa Katikuwai sebagai obat malaria, menjadi salah satu alternatif pengobatan malaria yang kayunya merupakan endemik di wilayah Nusa Tenggara, selain itu, sifat kayu kesambi yang keras, padat, dan berat serta tahan terhadap perubahan cuaca yang berganti-ganti, membuat kayu kesambi banyak dimanfaatkan sebagai perkakas rumah tangga, kayu bakar, dan bahan pembuatan arang Heyne 1987. Gambar 12 Kesambi Schleichera oleosa. Teridentifikasi 26 famili yang termasuk spesies tumbuhan obat. Berdasarkan jumlah famili yang ada, famili yang paling banyak digunakan sebagai tumbuhan obat adalah famili Euphorbiaceae dan Asteraceae yang masing- masing terdiri dari 3 spesies. Famili yang paling sedikit digunakan sebagai tumbuhan obat diantaranya Verbenaceae, Tiliaceae dan famili lainnya yang hanya terdiri 1 spesies tumbuhan, keterangan selengkapnya mengenai spesies tumbuhan obat dapat dilihat pada Lampiran 4 . Spesies-spesies tumbuhan yang termasuk dalam famili yang paling banyak digunakan dalam pemanfaatan tumbuhan obat kebanyakan merupakan spesies tumbuhan yang hidup liar seperti meniran Phyllanthus niruri, damar merah Ricinus communis, damar putih Jatropha curcas, daun bau Ageratum conyzoides, dan rumbalunggi Sonchus arvensis.

5.3.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus