kacang tanah memiliki kandungan yang paling tinggi sedangkan ubi kayu rendah kandungan lemaknya hanya 0,3 gram. Pada kandungan serat, semua bahan pangan
memiliki komposisi yang tidak berbeda jauh. Padi memiliki serat yang paling rendah dan kacang hijau memiliki serat yang paling tinggi. Pola konsumsi pangan
yang seimbang dan terpenuhi zat gizinya sangat diperlukan oleh tubuh agar fungsi organ-organ dan metabolisme tubuh dapat berjalan dengan baik sesuai fungsinya.
5.2.2 Keanekaragaman habitus
Berdasarkan keanekaragaman habitus tumbuhan pangan, tumbuhan dengan habitus herba merupakan habitus yang paling banyak digunakan dalam
pemanfaatan tumbuhan pangan yaitu dengan jumlah 13 dari 39 spesies tumbuhan dengan nilai persentase sebesar 33 Tabel 11.
Tabel 11 Persentase tumbuhan pangan di Desa Katikuwai berdasarkan habitus
No. Habitus
Jumlah Spesies Persentase
1 Herba
13 33
2 Pohon
9 23
3 Perdu
6 16
4 Semak
5 13
5 Liana
4 10
6 Palem
2 5
Total 39
100
Habitus palem merupakan habitus yang paling sedikit dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan contohnya pada spesies lontar Borassus flabellifer
dan enau Arenga pinnata. Namun demikian, kedua spesies ini memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat di Desa Katikuwai. lontar
Borassus flabellifer yang tempat tumbuhnya banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu spesies tumbuhan yang daunnya banyak digunakan
sebagai anyaman. Enau Arenga pinnata dan dapat diolah menjadi gula. Hasil penjualannya dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Spesies tumbuhan pangan dengan habitus herba merupakan habitus yang paling banyak dimanfaatkan contoh spesies tumbuhan herba diantaranya: talas
Colocasia esculenta yang merupakan makanan tambahan dan sumber karbohidrat, pakis Diplazium esculentum yang biasa dikonsumsi sebagai sayuran
dan bunga tompu daun Kalanchoe pinnata yang biasa digunakan sebagai bumbu karena memiliki rasa yang asam.
Habitus pohon merupakan habitus tumbuhan pangan kedua yang banyak digunakan oleh masyarakat. Salah satu tumbuhan pangan dengan habitus pohon
yang banyak digunakan dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, yaitu kemiri Aleurites moluccana. Nilai jual kemiri yang cangkangnya sudah dibuang dapat
mencapai harga Rp. 30.000 - 80.000 untuk penjualan sebanyak satu kilogram. Harga penjualan bersifat fluktuatif tergantung dari banyaknya persediaan dan
pesanan buah kemiri yang datangnya dari dalam maupun luar Desa Katikuwai. Pada Tabel 12 merupakan persentase pemanfaatan tumbuhan pangan dan
pangan fungsional berdasarkan habitusnya dan menunjukkan bahwa pohon dan herba memiliki persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 26.3 dari total
keseluruhan pemanfaatan tumbuhan pangan fungsional Tabel 12. Tabel 12 Persentase tumbuhan pangan fungsional di Desa Katikuwai berdasarkan
habitus
No. Habitus
Jumlah spesies Persentase
1 Pohon
5 26.3
2 Herba
5 26.3
3 Perdu
4 21.1
4 Palem
2 10.6
5 Liana
1 5.2
6 Rumpun
1 5.2
7 Semak
1 5.2
Total 19
99.9
Contoh spesies tumbuhan dengan habitus pohon yaitu jambu mete Anacardium occidentale, mangga Mangifera indica, sirsak Annona
muricata,jambu biji Psidium guajava dan pinang Areca catechu. 5.2.3
Keanekaragaman bagian yang digunakan
Bagian tumbuhan yang digunakan dalam pemanfaatan tumbuhan pangan terdapat 5 bagian yaitu buah, daun, umbi, biji dan batang. Bagian yang paling
banyak digunakan terdapat pada bagian buah 49. Buah merupakan salah satu bagian tumbuhan yang biasa dimakan oleh manusia setelah makanan utama
seperti nasi, jagung, umbi-umbian dan lainnya. Namun kebiasaan masyarakat mengonsumsi buah tidak hanya setelah makanan utama, tetapi juga mereka biasa
mengonsumsi buah untuk sarapan maupun pada waktu-waktu lainnya. Pada Tabel 13, menunjukkan besar persentase bagian-bagian tumbuhan
pangan yang dimanfaatkan di Desa Katikuwai.
Tabel 13 Persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan
No. Bagian tumbuhan
Persentase
1 Buah
49 2
Daun 25
3 Umbi
13 4
Biji 11
5 Batang
2
Total 100
Pemanfaatan bagian tumbuhan pada tumbuhan pangan dan pangan fungsional didominasi oleh buah. Buah yang banyak dikonsumsi sebagai
tumbuhan pangan dan dibudidayakan oleh masyarakat antara lain: jeruk bali Citrus maxima, labu jepang Sechium edule, labu kuning Cucurbita moschata,
sawo durian Chrysophyllum cainito, dan spesies lainnya yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jeruk bali banyak terdapat di sekitar desa dan sering dijadikan pengganti sarapan oleh anak–anak sekolah di Desa Katikuwai. Kesibukan orangtua yang
harus pergi ke ladang dan anak-anak yang harus pergi ke sekolah pagi-pagi menjadikan buah sebagai sarapan mereka. Hasil adaptasi pola konsumsi ini justru
membuat anak-anak sekolah tidak rentan terkena sakit perut. Pada Tabel 14 berikut ini, menunjukkan besarnya persentase masing-masing
bagian tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan di Desa Katikuwai. Tabel 14 Persentase tumbuhan pangan fungsional berdasarkan bagian yang
digunakan
No. Bagian Tumbuhan
Persentase
1 Buah
50 2
Daun 14
3 Rimpang
9 4
Biji 9
5 Umbi
9 6
Tunas 5
7 Pucuk Daun
4
Total 100
Spesies tumbuhan seperti pinang Areca catechu dan sirih Piper betle merupakan tumbuhan yang paling sering dikonsumsi sebagai keperluan adat
istiadat sekaligus bermanfaat mengobati sakit pinggang, masuk angin, sesak napas, dan mata rabun.
5.2.4 Keanekaragaman tipe habitat