BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia SDM merupakan salah satu bagian yang
tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan harkat,
martabat, dan kemampuan manusiawi serta kepercayaan diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur baik material maupun
spiritual. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat
demikian pula halnya penggunaan teknologi diberbagai sektor kegiatan usaha yang dapat mengakibatkan semakin tingginya resiko yang dapat mengancam
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja yang dapat memberikan ketenangan kerja sehingga
dapat memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan produktivitas tenaga kerja Husni, 2003 : 152.
Resiko-resiko yang menimpa para tenaga kerja tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu baik pada waktu kerja maupun di luar kerja demi tuntutan
perusahaan. Adapun resiko yang terjadi tidak sepenuhnya dihindari yang tentunya akan membutuhkan biaya. Resiko yang menimpa tenaga kerja dapat menimbulkan
cacat sebahagian, cacat seumur hidup, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua resiko yang dialami diakibatkan hubungan kerja.
Berbicara tentang kecelakaan kerja, hingga kini tenaga kerja masih memikul beban, baik dari segi korban manusia, maupun kerugian ekonomi akibat
kecelakaan kerja. Walaupun beberapa kemajuan telah dicapai namun persoalan keselamatan kerja nampaknya masih perlu ditangani secara serius.
Mengingat cepatnya arus globalisasi seiring dengan diikutinya peningkatan kemajuan teknologi rancang bangun, perekayasaan suatu alat, selain memberikan
nilai tambah juga akan memberikan dampak negatif terhadap timbulnya bahaya kecelakaan kerja yang selalu mengintai tenaga kerja maupun masyarakat di
lingkungan kerjanya. Menurut Suma’mur 1996, mengatakan setiap hari terjadi 80-100 kasus kecelakaan kerja di tanah air. Angka ini terbilang cukup tinggi,
sehingga sudah seyogyanya tempat tenaga kerja bekerja memberikan perlindungan dan jaminan untuk mengurangi segala resiko akibat kerja
Suma’mur, 1996 : 213. Wajarlah apabila perhatian yang lebih ditujukan kepada karyawan. Terutama karena sebagian besar karyawan berasal dari lapisan
kedudukan kondisi sosial ekonomi yang kebanyakan relatif rendah dan sudah menjadi kodrat bahwa manusia itu berkeluarga berkewajiban menanggung
kebutuhan keluarganya. Tenaga kerja akan bersedia dan mau memberikan waktu dan tenaganya pada
suatu lingkungan kerja jika kebutuhannya diperhatikan. Salah satu kebutuhan itu adalah jaminan sosial, dimana nantinya tenaga kerja dapat bekerja dengan aman
dan sehat. Artinya jauh dari ancaman-ancaman bahaya yang dapat menimbulkan gangguan bagi tenaga kerja, selain itu jaminan sosial erat hubungannya dengan
jiwa, nyawa, dan badan. Bila pemberian jaminan sosial tidak diperhatikan, maka hal ini merupakan kerugian bagi tenaga kerja dan tempat mereka bekerja.
Jaminan sosial merupakan faktor terpenting bagi usaha jika menginginkan kemajuan serta sekaligus menyangkut kebutuhan karyawan, sebaliknya jika
jaminan sosial diperhatikan maka para pekerja akan dapat bekerja tanpa rasa cemas. Dengan demikian mereka akan merasa lebih tentram sehingga akhirnya
diharapkan adanya semangat kerja yang meningkat dan mantap. Oleh karena itu perusahaan agar mengikutsertakan pekerjanya dalam
program Jamsostek. Program ini memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat manusia jika mengalami resiko-resiko sosial
ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh perusahaan dan karyawan. Pasalnya, menjadi peserta program Jamsostek merupakan hak bagi karyawan yang
dijamin oleh Undang-undang. Dengan terbentuknya landasan hukum tenaga kerja diharapkan akan menjamin ketentraman dan keselamatan kerja serta kehidupan
yang layak bagi tenaga kerja. Menurut pasal 25 Undang-Undang No.3 Tahun 1992, badan penyelenggara
Jamsostek adalah BUMN yang berbentuk Perusahaan Perseroan Persero yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995, PT Jamsostek Persero ditunjuk sebagai badan penyelenggara program Jamsostek. Program Jamsostek
kepesertaannya diatur secara wajib melalui Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul pada hubungan kerja dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No per 05Men1993 tentang petunjuk teknis pendaftaran kepesertaan, pembayaran iuran, pembayaran santunan dan pelayanan Jamsostek.
Menurut Dirut Dirut PT Jamsostek Hotbonar Sinaga target penambahan kepesertaan tenaga kerja tahun 2010 sebanyak 2.794.665 orang, realisasi sampai
dengan September 2010 sebanyak 2.321.430 orang atau sudah mencapai 83,07 persen. Target penambahan kepesertaan perusahaan tahun 2010 adalah 23.166
perusahaan, realisasi sampai dengan September 2010 sebanyak 18.102 perusahaan atau 78,14 persen dari target setahun. Pembayaran jaminan sampai dengan
September 2010 untuk jaminan kecelakaan kerja JKK sebanyak 70.853 kasus dengan jumlah pembayarannya Rp294,045 miliar. Kemudian, jumlah Jaminan
Kematian JK yang dituntaskan sebanyak 11.331 kasus dengan jumlah pembayaran Rp178,249 miliar, Jaminan Hari Tua JHT sebanyak 667.906 kasus
dengan jumlah pembayaran Rp4,492 triliun. Total kasus dan pembayaran jaminan JKK, JHT dan JK sampai dengan September 2010 sebanyak 750.090 kasus
dengan nilai Rp4,965 triliun http:id.news.yahoo.comantr20101024tpl-peserta-
aktif-jamsostek-sudah-9-12-j-cc08abe.html , diakses pada tanggal 11 November
2010 pukul 11:17 WIB. Artinya bahwa setahun belakangan ini sampai dengan bulan September
2010 jumlah kepesertaan Jamsostek meningkat. Namun tidak sebanding dengan jumlah peserta aktif yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan peserta
non aktif. Hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan Jamsostek adalah tingkat kesadaran para pengusaha belum sepenuhnya melaksanakan program
Jamsostek, antara lain perusahaan mendaftarkan sebahagian tenaga kerja, daftar sebahagian upah dan daftar sebahagian program. Selain itu terdapat tunggakan
iuran yang macet akibat produksi tidak berjalan serta penyelesaian jaminan sering terlambat.
Humas PT Jamsostek Wilayah I Sumut Sanco Manullang menegaskan, dari 13.000-an perusahaan yang ada di Sumut, hanya sekitar 6.000 perusahaan saja
yang terdaftar mengikuti program Jamsostek. Jumlah tersebut cenderung sedikit dibandingkan dari jumlah perusahaan yang ada di Sumut. Perusahaan yang
mengikuti program Jamsostek belum sesuai harapan, karena masih banyak dari perusahaan tersebut hanya mementingkan keuntungan daripada kesejahteraan
karyawannya http:id.news.yahoo.comantr20101129 Perlunya-Simbiosis-
Mutualisme-antara-Pemerintah-Pengusaha-dan-Pekerja-cc08abe.html , diakses
pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 13:05 WIB. Seperti halnya dengan perusahaan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan
yang merupakan perusahaan swasta yang mempekerjakan karyawan sebanyak 152 orang. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
penyaluran tenaga kerja outsourcing yang nantinya akan bekerja dalam bidang promosi penjualan barang terhadap perusahaan yang menjadi klien PT. Gelatik
Supra. Perusahaan ini telah mengikutsertakan seluruh karyawannya dalam kepesertaan Jamsostek.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 6 ayat 1 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, bahwa ada 4 empat ruang lingkup jaminan sosial
meliputi: Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JK, Jaminan Hari Tua JHT dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK. Tetapi PT. Gelatik
Supra hanya menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja dalam 3 jenis program yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JK,
dan Jaminan Hari Tua JHT, dimana dalam pemberian jaminan tersebut perusahaanlah yang mengatur langsung ke pihak PT. Jamsostek untuk mengatur
pendanaan serta informasi-informasi yang diberitahukan kepada pihak perusahaan dan karyawan. Sedangkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK
perusahaan menyelenggarakannya di luar program Jamsostek yaitu melalui Asuransi Kesehatan Sinarmas.
Program Jamsostek di perusahaan ini ada mulai tahun 2004 sejak berdirinya perusahaan ini. Program Jamsostek yang ada di PT. Gelatik Supra cabang Kota
Medan meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian sedangkan untuk jaminan kesehatan PT. Gelatik Supra menggunakan
Asuransi Kesehatan dari Sinarmas. Tercatat mulai tahun 2004 sejak berdirinya perusahaan ini sampai tahun 2010, 120 karyawan yang terdaftar mengajukan
klaim Jamsostek. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program Jamsostek yang ada di PT. Gelatik Supra benar-benar dirasakan oleh karyawan serta program sudah berjalan sesuai dengan peraturan
yang berlaku sehingga peneliti mengangkat judul “Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan.”
1.2. Perumusan Masalah