Analisis Bivariat Hasil Penelitian

Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,3 yang artinya tindakan suami yang baik mempunyai peluang 0,3 kali untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan istri saat bersalin dengan augmentasi. Hal ini dapat dilihat pada table 5.4 Tabel 5.4 Hubungan Tindakan Suami Terhadap Nyeri Persalinan Yang Dirasakan Istri Saat Bersalin Dengan Augmentasi Di Klinik Bersalin Lisa Pasar V Tembung Dan Rumah Bersalin Delima Tahun 2012 n=31 Tindakan Suami Nyeri Persalinan Yang Dirasakan Istri Saat Bersalin Dengan Augmentasi Total OR 95 CI P Value Nyeri Berat Nyeri Sedang F F F Tidak Baik 9 69,2 4 30,8 13 100 0,3 0,13-0,69 0,000 Baik 18 100 18 100 Jumlah 9 29,0 22 71,0 31 100

B. Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan hasil penelitian tentang hubungan tindakan suami terhadap nyeri persalinan yang dirasakan istri saat bersalin dengan augmentasi di klinik bersalin lisa pasar V tembung dan rumah bersalin delima dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Karakteristik Responden Berdasarkaan table 5.1 diketahui bahwa dari 31 responden ditemukan mayoritas responden berumur 26-30 tahun dengan frekuensi 17 orang 54,8, dan minoritas responden berumur 20-25 tahun dengan frekuensi 1 orang 49,7. Hal ini dikaitkan dengan pendapat Mubarak 2007 yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologi mental dimana taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia reproduktif memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi dibandingkan usia yang tidak produktif lagi. Pada tingkat pendidikan ditemukan bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA dengan frekuensi 13 orang 41,9 dan minoritas responden yaitu pendidikan SMP dengan frekuensi 3 orang 9,7. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo 2007 yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.