jumlah, dimensi ataupun nilai estetika ruang kota. Peraturan Pemerintah Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 yang tidak tegas dalam mengatur penataan
signage papan reklame memberikan pengaruh berupa kesan ruang luar yang tidak
manusiawi di beberapa koridor jalan kota Medan.
5.2 Analisis Karakteristik Signage Di Jalan Gatot Subroto
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terdapat data-data yang berguna dalam menganalisa
signage di jalan Gatot Subroto Medan ke dalam beberapa karakteristik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis mengenai kondisi
signage yang sebenarnya di jalan Gatot Subroto berikut ini:
5.2.1 Berdasarkan isi pesannya Bila ditinjau dari isi pesannya
signage di jalan Gatot Subroto dapat dibedakan atas media
signage komersial dan media signage non komersial. Signage komersial yang ada di jalan Gatot Subroto sebagian besar dari isi pesannya ingin menyampaikan
informasi suatu barang atau jasa untuk kepentingan produk dagang. Jenis signage
komersial secara umum lebih mendominasi visual ruang kota jalan Gatot Subroto Medan, keadaan ini merupakan suatu hal yang sangat wajar sebab koridor jalan ini
merupakan lokasi yang sangat potensial untuk menyampaikan pesan atau informasi suatu produk kepada masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Kondisi ini
diperjelas dengan menjamurnya signage komersial di setiap ruang kota yang memiliki nilai strategis untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat Gambar 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Signage komersial yang memberikan informasi barang dan jasa lebih
mendominasi visual ruang kota jalan Gatot Subroto Medan Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan s ignage non komersial yang berada di kawasan jalan Gatot
Subroto merupakan media yang memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat seperti papan nama jalan, tanda petunjuk arah dan rambu-rambu lalu lintas Gambar
5.2. Namun sebagian besar jenis signage non komersial seperti traffic sign dan
petunjuk arah yang berada pada jalan Gatot Subroto Medan kurang maksimal memberikan pesan sebagaimana fungsinya kepada pengguna jalan karena tertutupi
oleh signage komersial yang berukuran lebih besar di dekatnya. Padahal rambu-
rambu lalu lintas juga merupakan elemen penting di dalam kota yaitu sebagai penanda bagi suatu kawasan Rubenstain,1992, diantaranya tanda petunjuk atau
informasi untuk menuntun pengguna jalan dimana suatu lokasi berada, mengarahkan pemakai jalan menuju ke suatu tempat, menginformasikan
audience berhati-hati serta menginformasikan mengenai apa yang tidak boleh dikerjakan atau dilarang di
kawasan tersebut. Keadaan ini jelas mempengaruhi
legibilitas informasi keterbacaan dan kejelasan yang ingin disampaikan oleh
signage non komersial tersebut sehingga salah satu syarat yang dibutuhkan ruang kota untuk mengakomodir kebutuhan
masyarakatnya tidak mampu dipenuhi. Seharusnya signage dapat memenuhi aspek
responsive, yakni untuk melayani kebutuhan penggunanya agar mudah melakukan aktivitas di dalam ruang kota tanpa harus mengalami kesulitan ketika
mengindentifikasi rambu-rambu lalu lintas, petunjuk arah maupun tanda larangan tanpa harus tertutupi oleh persaingan
signage komersial pada suatu lokasi yang dianggap cukup strategis oleh pemiliknya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Signage non komersial yang seharusnya memberikan pelayanan
informasi kepada masyarakat di jalan Gatot Subroto saling tumpang tindih dengan signage komesial akibat penataan yang tidak benar.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
5.2.2 Berdasarkan bahan yang digunakan Ditinjau dari bahannya
signage dapat dikategorikan atas signage permanen dan
signage non-permanen. Secara umum signage permanen ditempatkan atau menggunakan struktur pondasi dan kebanyakan jenis
signage ini dipasang dengan melewati proses izin terlebih dahulu dari Dinas Pertamanan Kota Medan Gambar
5.3.
Gambar 5.3 Signage permanen dan non permanen yang ditempatkan di ruang
terbuka hijau jalan Gatot Subroto Medan tidak ditata secara baik sehingga mengganggu visual ruang kota.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Signage permanen yang ditempatkan pada jalan
Gatot Subroto Medan menggunakan struktur
pondasi dan kebanyakan jenis
signage ini dipasang dengan melewati proses
izin terlebih dahulu dari Dinas Pertamanan Kota
Medan. Ruang terbuka hijau yang berada di
tengah persimpangan jalan Gatot Subroto tepatnya di bundaran SIB
pada waktu-waktu tertentu sering dimanfaatkan untuk lokasi
pemasangan
signage yang bersifat temporer, baik itu berupa umbul-
umbul ataupun signage sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara
Daun signage permanen pada umumnya terbuat dari material logam ringan
dan fiber, sedangkan struktur penyangga signage atau tiang signage hampir
seluruhnya menggunakan pipa besi dengan diameter 2 inchi sampai dengan 30 inchi. Beberapa
signage permanen berukuran besar ada juga yang memanfaatkan konstruksi dinding jembatan penyeberangan. Pada umumnya signage yang menggunakan
struktur adalah jenis pole sign atau signage yang menggunakan tiang mandiri.
Jenis signage yang kedua adalah signage yang sifatnya temporer atau hanya
digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya ketika ada suatu even atau
pertunjukan dan setelah itu tidak digunakan lagi. Jenis signage ini mempunyai ciri
mudah untuk dipindahkan atau di bongkar dan sering dijumpai pada ruang terbuka hijau Gatot Subroto tepatnya pada pulau jalan persimpangan jalan S.Parman atau
depan bangunan Graha Nokia, selain itu signage jenis ini juga dapat dijumpai di
sepanjang zona pedestrian dan di depan bangunan yang berfungsi bukan sebagai
pertokoan. Signage dengan sifat temporer yang berada di jalan Gatot Subroto
biasanya terbuat dari material kain atau bahan sintetis yang dipasang tanpa menggunakan struktur permanen dan biasanya menggunakan tonggak dari kayu,
bahkan tidak jarang signage ini hanya diikatkan pada lokasi-lokasi yang bukan
tempatnya. Ketinggian
signage temporer yang berada di jalan Gatot Subroto pada umumnya tidak lebih dari 1 meter dan pola penempatannya tidak menggunakan jarak
yang konsisten. Biasanya signage ini berupa umbul-umbul yang dikumpulkan pada
suatu area saja dengan jarak 1-2 m, sehingga kelihatan ramai membentuk suatu
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
kelompok signage dalam sebuah ruangan terbuka yang lokasinya strategis, salah satu
lokasi tersebut berada di bundaran SIB. 5.2.3. Berdasarkan sifat informasi
Dalam penyampaian informasi sifat signage dibedakan atas signage langsung
dan signage tidak langsung. Signage langsung berkaitan erat dengan bangunan atau
lingkungan tempat signage tersebut diletakkan. Jalan Gatot Subroto sebagai pusat
bisnis dan perkantoran berimbas kepada banyaknya jenis signage yang menempel
pada bangunan wall signs dan signage di zona pedestrian Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Signage dengan sifat informasi langsung di jalan Gatot Subroto pada
umumnya memberikan informasi mengenai identitas bangunan Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Media signage yang bersifat langsung di jalan Gatot Subroto Medan pada
umumnya memberikan informasi mengenai jati diri bangunan tempatnya berada,
Roof signs yang berada di atas atap gedung
Bank Mestika merupakan salah satu
kategori signage langsung
Logo Matahari pada bangunan plaza medan fair menjadi mall
identity yang memberikan informasi langsung tentang
identitas gedung tersebut. Signage Nokia yang
berada di atap gedung memberikan
informasi langsung tentang identitas
gedung tempatnya berada
Universitas Sumatera Utara
salah satunya adalah mall identity yang terletak pada bangunan Plaza Medan Fair
berupa logo Matahari. Berdasarkan sifat informasi jenis
signage tidak langsung pada umumnya memuat informasi yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan dalam
bangunan atau lingkungan di mana signage tersebut ditempatkan. Pada koridor jalan Gatot Subroto jenis
signage dengan sifat informasi tidak langsung banyak terpasang pada bangunan pertokoan yang bertujuan untuk memasarkan suatu produk dan jasa.
Jenis signage ini dipasang dengan berbagai tipe agar mudah dilihat oleh setiap orang
yang melintas di jalan Gatot Subroto Medan Gambar 5.5.
Gambar 5.5 Signage dengan sifat tidak langsung pada umumnya hanya bersifat
memberikan informasi yang tidak ada hubungan dengan identitas bangunan tempatnya berada.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. Berdasarkan teknis pemasangan Bila ditinjau dari teknis pemasangan
signage di jalan Gatot Subroto cukup beragam jenisnya, yakni terdiri dari
signage yang berdiri sendiri free standing signs,
signage pada atap bangunan roof signs, signage yang diletakkan pada dinding
bangunan projected signs, signage yang menempel pada dinding wall sign,
signage yang digantung suspended sign, signage diatas pintu keluar marque signs, dan
signage pada jendela atau pintu windowdoor sign. 5.2.4.1
Signage yang berdiri sendiri free standing signs Ditinjau dari teknis pemasangannya, jenis
signage ini terdiri dari signage yang terletak di atas permukaan tanah ground signs, atau terpisah dari bangunan dan
struktur jenis lainnya. Jenis kedua yaitu signage dengan menggunakan tiang pole
signs, signage tipe ini didukung oleh satu tiang atau lebih sebagai konstruksi
penahannya. Konstruksi pada signage ini biasanya dipasang secara permanen yakni
dengan menanam struktur tiang penahan daun signage ke dalam tanah dengan menggunakan cor beton bertulang, baik itu
signage dengan struktur tiang yang berukuran besar ataupun dengan tiang signage yang berukuran kecil. Jenis f
ree standing signs yang berukuran besar biasanya disewakan oleh pengelola kepada
pemilik produk yang ingin memasang iklannya dalam jangka waktu tertentu, sehingga penggunaan
signage jenis ini hanya mengalami perubahan pada iklan produk atau jasanya saja pada tempo waktu tertentu, tetapi tidak kepada bentuk dan
struktur utama dari pole signs tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Namun yang cukup disayangkan dalam pemasangan signage jenis ini tidak
terlihat usaha dari pengelola signage dan pemerintah untuk menghiasi konstruksi-
konstruksi media signage dengan berbagai variasi dan ornamen guna menciptakan
passive engagement berupa rasa dan kenikmatan tersendiri bagi orang yang melihat atau mengamati bentuk fisik dari
signage tersebut Stephen Car,1992. Padahal passive engagement merupakan elemen penting dan sebagai syarat yang dibutuhkan
ruang kota dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya, dan untuk memenuhi hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan
ornamen-ornamen ethnic lokal pada elemen signage sehingga mampu memberikan
kesan berbeda pada kawasan tersebut. Keberadaan jenis
free standing signs di jalan Gatot Subroto Medan cukup dominan yakni lebih dari 23 dari keseluruan
signage yang ada di kawasan penelitian. Jenis
signage ini pada umumnya memiliki dimensi yang cukup besar sehingga membutuhkan struktur dan konstruksi yang kuat untuk menopang daun
signage, akibatnya dibutuhkan ruang yang cukup untuk dapat menempatkan struktur signage tanpa mengganggu kenyamanan orang yang beraktifitas di kawasan tersebut.
Comfortable merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan kota manusiawi dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya dalam beraktifitas dengan nyaman dan
aman, tetapi syarat ini belum dapat dipenuhi oleh sebagian besar dari jenis free
standing signs yang berada di kawasan penelitian. Pemasangan jenis free standing signs lebih cenderung mengganggu aktifitas pejalan kaki di jalan Gatot Subroto
karena tiang-tiang signage yang berukuran besar di tanam di atas trotoar jalan
Universitas Sumatera Utara
sehingga menghalangi aktifitas pejalan kaki di kawasan tersebut. Penempatan tiang signage berdiameter kurang lebih 30 inchi di atas trotoar pejalan kaki dengan lebar
antara 1,6 – 2,1 m sangatlah tidak relevan dengan aktifitas pejalan kaki yang cukup sibuk pada kawasan tersebut dan penempatan
ground signs pada trotoar pejalan kaki bukanlah cerminan ruang kota
democratic yang memberikan kebebasan manusia dalam melakukan sesuatu.
Belum lagi ketinggian pole signs di jalan Gatot Subroto ada yang melebihi
16 kaki dengan luasannya lebih dari 72 kaki dan jarak signage tidak melebihi dari 7
kaki mengakibatkan visibilitas pengamat yang berada di jalan Gatot Subroto tidak
maksimal karena terbatasnya sudut pandang normal manusia yang hanya 27°. Signage dengan dimensi seperti itu akan dapat dilihat pengamat dari jarak kurang
lebih 32 kaki atau 10 meter dari lokasi signage berdiri. Artinya jarak satu pole signs
dengan pole signs lainnya tidak kurang dari 10 meter DH=2, sehingga kesan umum
di dalam ruang kota dapat dirasakan pengamat dan free standing signs akan efektif
untuk dilihat dan mudah dibaca walaupun sambil lalu Ashihara,1983. Pole signs
yang menempel di jembatan penyeberangan orang JPO rata-rata berukuran sangat besar dan pada penempatan bagian bawah signage di rancang berjarak minimal 1,5
meter dari lantai dasar jembatan, hal ini dilakukan agar pengguna jembatan penyeberangan orang bisa terlihat dari bawah, sehingga jembatan penyeberangan
tersebut memberikan rasa nyaman dan tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang berniat tidak baik. Keadaan
free standing signs yang berada di jalan Gatot Subroto Medan dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.6. Konstruksi tipe free standing signs yang di tanam di jalur pejalan kaki
Gatot Subroto Medan tidak mencerminkan ruang kota yang democratic dalam
memberikan kebebasan pengguna jalan melakukan aktivitasnya Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Peta Kawasan Penelitian
Deretan free standing signs yang
berada di persimpangan bundaran SIB dengan skala yang tidak
manusiawi DH1 memberi kesan ruang sempit.
Pole signs yang menempel di jembatan penyeberangan orang
JPO rata-rata berukuran sangat besar sehingga skala yang
tercipta dari keberadaan signage ini
memberikan kesan tertekan kepada ruas jalan.
Ground sign di atas trotoar pejalan kaki tidak
mencerminkan sifat Comfortable yakni salah
satu syarat yang dibutuhkan kota dalam mengakomodir
kebutuhan masyarakatnya untuk beraktifitas dengan
nyaman dan aman.
Tiang signage yang berukuran
besar di tanam di atas trotoar jalan sehingga menghalangi
aktifitas pejalan kaki di kawasan koridor jalan
Gatot Subroto
.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.2 Signage pada atap bangunan Roof Signs
Keberadaan signage pada atap bangunan roof signs dibedakan atas signage
yang tidak menyatu dengan atap, yaitu memiliki ciri-ciri dibangun diatas atap bangunan, disangga oleh struktur atap dan berada tinggi diatas atap. Pada jalan Gatot
Subroto tipe signage ini dapat dijumpai diantaranya; di atas gedung Graha Nokia,
gedung Capella, gedung Bank Mestika, Bank Permata, toko Dunkin Donat dan rumah makan Simpang Raya. Jenis
roof signs yang menyatu dengan atap bangunan sangat jarang di jumpai kawasan penelitian, karena tidak ada jenis
roof signs yang dipasang tidak melebihi ketinggian atap dan dipasang pararel tidak lebih 21 cm dari atap
bangunan. Pemasangan tipe roof signs di jalan Gatot Subroto Medan pada umumnya
dipasang pararel menghadap arus jalan sehingga diharapkan dapat dilihat oleh pengamat searah lalu lintas jalan yang ada di kawasan penelitian.
Penempatan roof signs yang tidak menyatu dengan atap bangunan di kawasan
penelitian dari aspek legibilitas cukup baik bila dilihat dari jalan Gatot Subroto
karena rata-rata ukuran signage di desain cukup besar sehingga dapat dilihat oleh
pengamat dari jarak kurang lebih 30 meter, selain itu legibilitas signage didukung
oleh penempatannya yang berada kurang lebih 15 meter dari atas permukaan tanah. Namun secara
redibilitas pesan yang ingin disampaikan signage tersebut menjadi kurang
efektif karena kondisi pengamat yang statis atau dalam keadaan sedang bergerak, kecuali pengamat sedang berhenti di persimpangan lampu merah. Salah
satu contoh yang dapat dilihat dari persimpangan traffic light adalah roof signs di atas
gedung Nokia, roof signs di atas gedung Capella dan roof signs di atas gedung Hotel
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
1. Gedung Graha
Nokia 2. Hotel Alpha
Inn 3. Bank Mestika
4. Dunkin Donuts 5. Restoran
Simpang Raya
Alpha Inn yang secara legibilitas cukup jelas bila dilihat dari persimpangan jalan Adam Malik dan persimpangan jalan Guru Patimpus namun secara
redibilitas masih kurang maksimal Gambar 5.7.
Gambar 5.7. Signage yang berada di atas atap bangunan dari aspek legibilitas cukup
baik karena selain posisinya yang tinggi, dimensi signage juga cukup besar sehingga
dapat terlihat dari sudut tertentu atau dengan perbandingan jarak pengamat dengan ketinggian
signage DH2. Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Roof signs dapat dilihat oleh pejalan kaki bila menghadap searah sirkulasi lalu lintas jalan Gatot Subroto Medan dengan jarak kurang lebih 30 meter. Bila dianalisa dari
sudut pandang skala manusia terhadap signage tersebut belum dapat dikatakan baik
karena posisi tempat pengamat melihat objek signage tidak memenuhi kaedah
legibilitas dan redibilitas, dimana jarak pengamat tidak sampai dua kali tinggi signage DH=2, dimana seharusnya objek
roof signs akan dapat terlihat oleh pengamat dengan baik pada sudut pandang 27°.
1
2 3
4 5
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.3 Projected Signs
Jumlah projected signs yang berada di jalan Gatot Subroto Medan berkisar 5 dari jumlah keseluruhan tipe
signage di lokasi penelitian, pada umumnya diletakkan di dinding bangunan dengan menghadap ke arah arus kendaraan. Jarak
projected signs yang dipasang antara 15 cm – 40 cm dari dinding bangunan dan dipasang tegak lurus terhadap bangunan. Jenis
signage ini banyak ditemui pada toko- toko yang berada di jalan Gatot Subroto Medan dan sebagian besar bangunan di
kawasan penelitian memasang projected signs lebih dari dua buah per pemilik
bangunan. Pemasangan
projected signs di beberapa bangunan pertokoan jalan Gatot Subroto Medan tidak memperhatikan keharmonisan dengan lingkungan tempatnya
berada sehingga terkesan semrawut. Projected signs yang dirancang memanjang dan
menjorok ke area garis sempadan bangunan mengakibatkan konstruksi dan media signage berada di atas garis sempadan bangunan yang digunakan sebagai ruang
sirkulasi bagi pejalan kaki dan tempat parkir kendaraan. Seharusnya projected signs
didesain untuk menciptakan hubungan keindahan antara bagian-bagian kota dengan kenyamanan aktivitas kehidupan sehari-hari Lang, 1995, dimana hal tersebut akan
melahirkan symbolic aesthetic meliputi apresiasi meaning dari suatu lingkungan yang
membuat perasaan pengunjung nyaman di kawasan tersebut. Namun secara realita keberadaan
projected signs di jalan Gatot Subrot Medan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang yang berada di bawahnya karena merasa khawatir bila sewaktu-
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
waktu dapat tertimpa oleh projected signs berukuran besar yang berada di kawasan
tersebut gambar 5.8.
Gambar 5.8 Tipe Projected Signs yang menjorok lebih tiga meter ke area setback
bangunan di jalan Gatot Subroto Medan memberikan kesan kurang nyaman bagi pejalan kaki yang berada di bawahnya.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012 5.2.4.4
Signage yang menempel pada dinding Wall Sign Jenis
signage ini terdapat hampir di seluruh bangunan yang ada di jalan Gatot Subroto Medan dengan prosentase jumlah terbanyak dari seluruh jenis signage yang
berada di kawasan penelitian yakni sekitar 46 . Wall signs yang terdapat di kawasan
penelitian tidak hanya berfungsi sebagai identitas bangunan dari tempatnya berada
Desain projected signs di depan
pertokoan jalan Gatot Subroto Medan tidak menciptakan hubungan
keindahan antara bagian-bagian kota dengan kenyamanan aktivitas
kehidupan sehari-hari Lang, 1995.
Symbolic Aesthetic meliputi apresiasi meaning koridor jalan Gatot Subroto Medan
tepatnya di depan toko nagan jaya membuat perasaan tidak nyaman bagi pejalan kaki
dan kendaraan yang parkir akibat konstruksi dan media
signage yang besar berada di atas garis sempadan bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
tetapi juga sebagai media iklan dari sebuah produk dan jasa. Pemasangan wall signs
di kawasan penelitian kebanyakan tidak memenuhi kaedah-kaedah pemasangan signage yang benar karena banyak bangunan yang memasang
wall signs lebih dari dua
signage di setiap bangunan dan luasan wall signs didesain melebihi 15 dari luasan
fasade bangunan Gambar 5.9..
.
Gambar 5.9 Ukuran dan jumlah wall signs yang menempel pada fasade bangunan
jalan gatot subroto medan tidak terkendali karena hanya dianggap sebagai elemen tambahan saja.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Bangunan Bank Mandiri hanya menempatkan satu wall sign
pada fasade bangunannya sehingga dapat memberikan karakter
pada fasade bangunan.
Luasan wall signs yang berada di pertokoan
simpang jalan pajak didesain melebihi 15 dari luasan
fasade bangunan sehingga mempengaruhi pandangan visual ruang
kota. Deretan pertokoan di jalan Gatot
Subroto Medan yang memasang wall
signs lebih dari satu buah, tidak dapat mengkomunikasikan informasi penting
yang terkandung di dalamnya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Pada kawasan penelitian memang tidak ditemui bangunan yang memiliki detail-detail arsitektur unik namun
wall signs yang menutupi fasade bangunan jelas mempengaruhi pandangan visual kota karena jenis
wall signs sangat dominan di kawasan ini. Kurangnya keharmonisan beberapa
wall signs dengan bangunan tempatnya berada dikarenakan wall signs hanya dianggap sebagai elemen tambahan
saja pada bangunan sehingga jumlah wall signs pada bangunan menjadi tidak
terkendali yang pada akhirnya wall signs tersebut tidak dapat mengkomunikasikan
informasi penting yang terkandung di dalamnya dengan baik. Penampilan signage
seharusnya disesuaikan dengan target audiencenya manusia yang melihat objek
tersebut sehingga tercipta keseimbangan antara pengendalian kesemrawutan dan penciptaan perhatian secara visual manusiawi terhadap
wall signs yang terdapat di kawasan jalan Gatot Subrot Medan.
Berkaitan dengan signage sebagai townscape di dalam ruang kota yang
merupakan suatu gambaran sebuah kota maupun bagian dari sebuah kota, maka wall
signs sebagai jenis signage yang terbanyak di kawasan ini harus dapat memberikan makna di dalam koridor jalan Gatot Subroto sehingga mampu menyumbangkan
karakter pada fasade bangunan serta menghidupan street space pada kawasan
penelitian. Untuk menciptakan kesatuan yang baik dari elemen-elemen koridor jalan dalam jumlah besar harus dapat ditata secara keseluruhan atau utuh sehingga
pemandangan yang terlihat pertama kalinya pada suatu kawasan tersebut adalah suatu pemandangan secara keseluruhan di sepanjang koridor sebelum pemandangan
tertentu Jakle, 1987.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.5 Signage yang digantung Suspended Sign
Jenis signage ini biasanya digantung pada bagian bawah bidang horizontal
langit-langit dari serambi bangunan yang ada di koridor jalan Gatot Subroto Medan. Pada umumnya
signage ini berukuran lebih kecil dari papan nama atau alamat dan ditempatkan pada bagian bangunan untuk memberitahukan kepada pejalan kaki yang
tidak yang tidak dapat melihat media signage yang lebih besar jika dipandang dari
bagian depan bangunan. Suspended signs kebanyakan dipasang pada bangunan
pertokoan dengan menghadap ke arah arus jalan Gatot Subroto, dengan luasan dimensi yang beragam mulai dari 0,6 m² sampai dengan 1,2 m². Sedangkan
ketinggian signage dari atas permukaan lantai lebih dari 2,4 m.
Keterpaduan visual dari suspended signs di koridor jalan Gatot Subroto
Medan seharusnya dapat dicapai bila kesatuan antara komposisi objek signs dengan
koridor atau lingkungan sekitarnya tidak merusak kualitas visual dan perasaan pengamat Cullen, 1961.
Legibilitas dan redibilitas suspended signs akan terlihat dengan baik apabila pengamat berada di area
setback bangunan atau di trotoar pejalan kaki sedangkan dari badan jalan keberadaan
suspended signs kurang maksimal untuk dilihat secara
legibilitas akibat ukurannya yang lebih kecil dari beberapa jenis signage lainnya. Dari aspek visibilitas suspended signs terlihat kurang baik akibat
tidak adanya kesinambungan pengaturan jarak dan keterpaduan antara satu suspended
signs dengan suspended signs lainnya, baik itu dari aspek dimensi, pengaturan jarak dan desain dari
suspended signs itu sendiri, seperti terlihat pada Gambar 5.10.
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
Gambar 5.10 Penempatan suspended signs di jalan Gatot Subroto Medan tidak
memiliki keterpaduan dan kesinambungan baik jarak dan ukuran sehingga secara visibilitas menjadi kurang baik
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Penempatan suspended sign yang tidak
memiliki pola jarak tersistem mengakibatkan penurunan kualitas
visual ruang kota secara visibilitas dan
legibilitas. Suspended sign tidak memiliki desain dan
dimensi yang ideal terhadap bangunan tempatnya berada sehingga dari aspek
estetika visual keberadaan signage kurang
menarik.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.6 Signage di atas pintu keluar Marque Signs
Salah satu unsur penunjang kegiatan perdagangan adalah promosi yaitu berupa
signage yang berada di luar ruang dan digunakan oleh pemilik toko untuk mempromosikan produk barang atau jasa kepada orang-orang yang berlalu lalang,
dan masyarakat setempat, sehingga fasade bangunan di sepanjang koridor jalan Gatot Subroto menjadi lahan yang strategis untuk penempatan
marque signs. Jumlah
marque signs di jalan Gatot Subroto berkisar 20 dari jumlah keseluruhan jenis
signage yang ada di kawasan penelitian dan marque signs biasanya ditempatkan di atas pintu keluar masuk dari bangunan tempatnya berada. Walaupun
tipe pemasangan marque signs hampir sama dengan tipe wall signs namun terdapat
perbedaan, diantaranya posisi perletakan dan keterbatasan jumlahnya yang tidak lebih dari satu buah perbangunan. Pada umumnya panjang dari dimensi
marque signs di kawasan penelitian mengikuti lebar pintu keluar masuk dari bangunan tempatnya
berada sehingga tidak memungkinkan dipasang lebih dari satu. Keharmonisan
marque signs dapat diciptakan dengan memberikan ritme atau pengulangan secara sistematis, yakni dengan memberi penekanan, interval dan
jarak tertentu sehingga kesan monoton dan menjemukan dapat terhindari tetapi dapat manjadi daya tarik tersendiri pada kawasan penelitian Moughtin, 1995. Jarak
marque signs yang tidak tertata dengan baik di atas pintuk keluar masuk bangunan menimbulkan kepadatan dan kekacauan dari aspek visual manusia sehingga tidak
mampu memberikan karakter positif bagi lingkungan atau ruang kota tempat signage tersebut berada Gambar 5.11.
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
Gambar 5.11 Marque Signs yang ditempatkan di atas pintu masuk dan keluar
bangunan pertokoan yang berada di jalan Gatot Subroto Medan pada umumnya berjumlah lebih dari satu buah perbangunan.
Sumber: Analisis Peneliti, 2012
5.2.4.7 Signage pada jendela atau pintu windowdoor signs
Keberadaan windows signs sangat minim di kawasan penelitian, signage dan
biasanya ditempatkan pada dinding jendela atau pintu yang terbuat dari material transparan seperti kaca.
Signage ini dapat berupa gambar, simbol atau kombinasi keduanya yang dirancang untuk memberikan informasi mengenai suatu aktivitas,
Pada umumnya panjang dari dimensi
marque signs mengikuti lebar pintu keluar masuk dari
bangunan tempatnya berada sehingga tidak memungkinkan
dipasang lebih dari satu namun beberapa pertokoan di jalan Gatot
Subroto memasang jenis
signage ini lebih dari satu dengan
menempatkannya pada fasade
bangunan lantai atas.
Universitas Sumatera Utara
Peta Kawasan Penelitian
bisnis, komoditi, peristiwa, perdagangan atau tempat usaha. Windows signs yang
dipasang di kawasan penelitian ditujukan kepada orang-orang yang berjalan ditrotoar atau disesuaikan dengan skala pedestrian Gambar 5.12.
Gambar 5.12 WindowDoors Signs di jalan Gatot Subroto Medan pada umumnya
berada pada bangunan yang memiliki fasade transparan dan signage dipasang hampir
menutupi seluruh permukaaan pintu maupun jendela bangunan Sumber: Analisis Peneliti, 2012
Windowdoors signs yang berada pada kawasan penelitian ditempatkan pada bangunan-bangunan komersial seperti pintu ATM Bank, dinding dan jendela
pertokoan. Tidak adanya batasan jumlah windows signs pada suatu bangunan
menyebabkan signage tersebut terkadang menghalangi pandangan kedalam bangunan
seperti toko optik dan bangunan yang berfungsi sebagai salon kecantikan yang berada di kawasan penelitian.
Windows signs yang dipasang di kawasan penelitian ditujukan
kepada orang-orang yang berjalan ditrotoar atau
disesuaikan dengan skala pedestrian, namun tidak adanya
batasan jumlah
windows signs pada bangunan menyebabkan
signage tersebut terkadang menghalangi pandangan ke
dalam bangunan
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisis Penempatan