Kaedah-kaedah penataan signage dalam upaya menciptakan kota yang

2.8. Kaedah-kaedah penataan signage dalam upaya menciptakan kota yang

manusiawi secara visual Dalam penataaan signage yang manusiawi secara visual terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi, yakni; aspek visibilitas, legibilitas, redibilitas, serta aspek visual dan estetika. Aspek visibilitas adalah suatu kemampuan suatu signage untuk dapat terlihat oleh masyarakat yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu; bentuk, penempatan, dimensi, material, pencahayaan dan jarak antar satu signage dengan signage lain. Legibilitas dan redibilitas adalah kemampuan masyarakat untuk mengenal dan menangkap pesan sebuah signage, yang terdiri dari unsur lokasi, ukuran tulisan, jenis tulisan dan warna, sedangkan aspek visual dan estetika adalah ketepatan ekspresi dan keharmonisan suatu signage dengan lingkungan tempat dia berada serta dapat memberikan karakter pada ruang kota. Berikut ini adalah kaedah-kaedah penataaan signage dalam upaya menciptakan kota yang manusiawi secara visual: 1. Jarak tanda yang satu dengan yang lain harus memadai dan menghindari kepadatan dan kekacauan, karena bila menggunakan skala manusia kemampuan jarak pandang manusia untuk melihat keseluruhan objek adalah 27 , atau jarak posisi pengamat dengan objek adalah dua kali tinggi objek DH=2. Teori ini mengintepretasikan bahwa jarak satu signage dengan signage berikutnya dapat dikatakan baik apabila memenuhi aspek legibilitas dan redibilitas pengamat dalam melihat objek tersebut, Gambar 2.19. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.19 Jarak Antara Signage Memenuhi Aspek Legibilitas Dan Redibilitas Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 2. Mengurangi persaingan antara sesama iklan dan rambu-rambu lalu lintas yang umum diperlukan. Dalam hal ini unsur unity keterpaduan dapat dijadikan solusi untuk mengatasi persaingan tersebut. Keterpaduan dapat menciptakan kesatuan visual yang utuh dari tiap elemen koridor yang berbeda, bukan dengan menambah perbedaaan negatif antara sesama signage, berupa tampilan dimensi signage yang lebih besar dari yang lainnya dengan anggapan agar objek tersebut lebih dominan dari yang lainnya. Oleh karena itu kualitas rancangan dan ukuran advertensi pribadi harus diatur untuk membentuk kesesuaian dengan rambu-rambu lalu lintas sehingga penyampaian informasi dari signage pribadi tidak mengganggu fungsi traffic signs yang menyangkut kepentingan umum dan keselamatan bagi pengguna jalan Gambar 2.20. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.20 Kualitas Rancangan dan Ukuran Advertensi Pribadi Harus Diatur Untuk Membentuk Kesesuaian Dengan Rambu Lalu Lintas. Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 3. Penempatan signage harus disesuaikan dengan zonasi peruntukkannya diantaranya yaitu: zona periklanan untuk signage yang bersifat privat dan berukuran besar tetapi tidak mengganggu sirkulasi dan pandangan pejalan kaki, trafic zone untuk papan tanda informasi yang ditempatkan di badan jalan atau pulau jalan berfungsi sebagai pengendali sirkulasi lalu lintas berupa rambu-rambu yang sifatnya berhubungan dengan kepentingan dan keselamatan pengguna jalan, zona pejalan kaki untuk signage yang berhubungan dengan kepentingan umum seperti petunjuk arah, orientasi pedestrian, papan informasi kota, dan zona identifikasi diperuntukkan bagi orientasi identitas bangunan, rancangan etalase dan tanda informasi yang berukuran kecil dan pada umumnya memberikan informasi tentang tempatnya berada Gambar 2.21. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.21 Penempatan Signage Sesuai Dengan Zonasi Peruntukkannya Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 4. Jumlah maksimal signage yang diizinkan adalah dua buah per pemilik bangunan. Ketentuan ini diberlakukan untuk mempermudah pengamat dalam mengidentifikasi signage dan berorientasi di koridor jalan tersebut Gambar 2.22. Zona Lalu Lintas Zona Periklanan Zona Pejalan Kaki Zona Identifikasi Universitas Sumatera Utara Gambar 2.22 Jumlah Signage Yang Ideal Dua Buah Perpemilik Bangunan Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 5. Larangan untuk papan iklan yang ukurannya besar dan mendominasi visual serta menciptakan pengaruh visual negatif terhadap lingkungan sekitarnya dan terkadang pesan yang disampaikan sulit dipahami oleh manusia yang mengamatinya terutama oleh orang yang berada di atas kendaraan Gambar 2.23. Gambar 2.23 Signage Berukuran Besar Menimbulkan Pengaruh Visual Negatif Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 Universitas Sumatera Utara 6. Khusus untuk jenis signage yang menempel pada dinding bangunan wall signs, ukuran luas signage tidak lebih dari 100 ft² atau 15 dari luas fasade bangunan Gambar 2.24. Gambar 2.24. Signage pada dindig bangunan tidak melebihi 15 dari luas fasade Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 7. Penggunaan signage harus harmonis dengan elemen-elemen perancangan kota dimana signage berada sehingga dapat merefleksikan karakter ruang luar dari kawasan tersebut Gambar 2.25. Gambar 2.25 Penggunaan signage dapat merefleksikan karakter ruang luar Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti, 2012 Universitas Sumatera Utara 8. Pembatasan lampu dan iklan kecuali untuk keperluan entertainmen yang sifatnya temporer. Pencahayaan dan warna yang terang mengekspresikan suasana yang menyenangkan, pencahayaan dan warna yang gelap mengekspresikan suasana yang berwibawa dan sepi. Gabungan pencahayaan dan warna hendaknya juga memperhatikan kenyamanan penglihatan bagi pengguna yang melihatnya dengan tidak menggunakan warna dan cahaya yang menyilaukan mata Gambar 2.26. Gambar 2.26 Signage tidak menggunakan warna yang menyilaukan mata Sumber : Dokumen Pribadi Peneliti, 2012

2.9 Kriteria Penataan