Analisis Penempatan ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.3 Analisis Penempatan

Signage Perletakan signage merupakan faktor yang mempengaruhi penataan signage agar secara visual manusia terlihat rapi dan teratur. Dari hasil observasi di lokasi penelitian terdapat beberapa titik penempatan signage yang tidak pada tempatnya. Perletakan atau penempatan signage di sepanjang koridor jalan Gatot Subroto Medan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni signage yang terencana dan signage yang tidak terencana. Signage yang terencana pada umumnya dipasang dengan dimensi dan jarak yang teratur sehingga memenuhi unsur estetika selain sebagai alat pemberi informasi. Akibat jenis informasi yang disampaikan pada signage terlalu bervariasi dan signage pun ditempatkan dengan jarak yang cukup panjang menimbulkan kesan monoton secara visual pada jalan Gatot Subroto Medan. Pada titik-titik lokasi tertentu dari kawasan penelitian, beberapa signage yang berdiri pada tiang mandiri tidak memperhatikan estetika visual dan penataan koridor yang baik. Sedangkan beberapa signage yang berukuran kecil terkadang tidak ditempatkan sebagaimana mestinya, dimana terdapat lampu lalu lintas, papan nama jalan dan lampu penerangan yang masing-masing berdiri sendiri sehingga signage tidak berfungsi optimal khususnya secara visual, pemasangan signage yang tidak memenuhi ketentuan estetika visual pada jalan Gatot Subroto Medan dapat dilihat pada. Beberapa signage berukuran raksasa bermunculan di berbagai tempat tanpa memperhatikan faktor keselematan pengguna jalan dan estetika kota. Sebagai contoh saat ini di atas badan jalan Gatot Subroto Medan berdiri beberapa konstruksi signage Universitas Sumatera Utara raksasa, yang ditempatkan di median jalan yang lebarnya tidak lebih dari 60 cm. Di samping itu terdapat beberapa signage di bahu jalan tetapi dengan bidang papan yang menjulur ke tengah jalan dan hanya di topang pada satu sisi dengan konstruksi tiang mandiri. Seperti diungkapkan Spreiregen 1979 bahwa banyaknya tiang di jalanan akan mengurangi kualias estetika, padahal akan lebih efesien jika beberapa jenis signage tersebut ditempatkan secara terpadu pada satu tiang Barnett, 1982. Jadi faktor yang harus diperhatikan dalam penempatan signage di zona traffic dari jalan Gatot Subroto Medan diantaranya adalah irama, proporsi, skala serta keterpaduan signage dengan lingkungannya. 5.3.1 Zona periklanan Advertising Zone Zona periklanan merupakan lokasi yang paling banyak dipadati oleh berbagai jenis signage pada koridor jalan Gatot Subroto Medan. Pemasangan signage pada zona ini lebih dominan diletakkan pada fasade bangunan dengan penyebaran yang tidak merata sehingga kondisi ini berkaitan dengan wajah koridor kawasan penelitian, khususnya ditinjau dari segi estetika visual Jackle, 1987. Signage yang ditempatkan pada zona periklanan di kawasan ini fungsinya hanya sebatas identitas komersial dari bangunan tempatnya diletakkan tanpa memperhatikan kesesuaian dimensi, jumlah maksimal, pencahayaan dan detail arsitektur bangunannya, sehingga secara kualitas visual keberadaan signage pada jalan Gatot Subroto Medan memberikan kesan negatif pada kawasan tersebut. Universitas Sumatera Utara Individualisme dan orientasi penempatan signage merupakan aspek yang mengakibatkan penurunan kualitas visual ruang kota di kawasan jalan Gatot Subroto Medan, karena persebaran signage tidak merata pada zona periklanan. Gedung Nokia, Hotel Alpha Inn, Hotel Elite dan Plaza Medan Fair merupakan bangunan yang menekankan minimalisme dan fungsionalisme atau mengalami kecenderungan redukisme Zahnd,1999. Penempatan signage yang dominan berada di atas lantai satu, hal itu dilakukan karena pada ketinggian tersebut dapat memudahkan pengendara dan pejalan kaki untuk berorientasi sehingga sangat sesuai untuk pemasangan dekorasi bangunan Moughtin et al, 1995 termasuk pemasangan signage. Bila ditinjau dari aspek skala maka pada ketinggian ini, manusia akan dapat melihat keseluruhan bangunan dengan sudut pandang 27° dh = 2 Aishara,1974; Spreiregen, 1978 dan Hakim,1987. Oleh sebab itu aspek irama, keterpaduan, proporsi dan skala dibutuhkan dalam penempatan signage khususnya di zona periklanan. Pada jalan Gatot Subroto Medan masing-masing bangunan ingin berekspresi lewat signage untuk memenangkan persaingan. Pemilik bangunan memberi identitas bangunan dengan berbagai macam advertensi tanpa mempertimbangkan proporsi ruang yang tersedia. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan ini, fasade bangunan terkesan padat dan semrawut, tidak ada keteraturan jarak dan jumlah dalam pemasangan signage pada bangunan. Kondisi ini terkadang melahirkan kontradiksi dimana ketidakseimbangan antara kepadatan signage pada satu bangunan dengan kekosongan signage pada bangunan lainnya, seperti terlihat pada Gambar 5.13. Universitas Sumatera Utara Peta Kawasan Penelitian C D Gambar 5.13 Lokasi signage yang berada pada zona advertensi; A Fasade bangunan yang tidak mempunyai signage terkesan sepi dan tidak memiliki identitas, B Fasade bangunan padat signage menghilangkan wajah asli bangunan, C Wall Sign pada fasade bangunan sebagai identitas bangunan D Penyebaran signage pada fasade bangunan tidak merata. Sumber: Analisis Peneliti, 2012. Fasade bangunan padat signage menghilangkan wajah asli bangunan A B Fasade bangunan yang tidak mempunyai signage terkesan sepi dan tidak memiliki identitas Penyebaran signage pada fasade bangunan tidak merata Wall Sign pada fasade bangunan sebagai identitas bangunan Universitas Sumatera Utara 5.3.2 Zona Lalu Lintas Traffic Zone Rambu-rambu lalu lintas dan tanda petunjuk arah yang ditempatkan pada koridor jalan Gatot Subroto secara khusus berfungsi untuk mengatur pergerakan arus lalu lintas yang bergerak cepat ataupun bergerak lambat. Seharusnya rambu-rambu lalu lintas dan tanda petunjuk arah tersebut dengan mudah dapat dilihat dan memberikan informasi secara cepat dan jelas kepada pengguna jalan di kawasan tersebut, tetapi yang terjadi adalah kebalikannya karena banyak signage komersial berukuran lebih besar muncul di dekat rambu-rambu lalu lintas dan tanda petunjuk arah. Kondisi seperti ini menimbulkan kebingungan bagi pengguna jalan akibat rambu-rambu lalu lintas dan tanda petunjuk arah yang seharusnya dengan mudah dan jelas dilihat menjadi terhalangi dan terkadang seperti tersembunyi dibalik signage komersial. Walaupun jumlah traffic signs di jalan Gatot Subroto Medan sedikit 3,27 namun memiliki fungsi cukup siginifikan, yakni dalam memberikan informasi kepada pengguna jalan. Lalu lintas kendaraan yang cukup padat di koridor jalan Gatot Subroto Medan membutuhkan traffic signs sebagai pengatur lalu lintas khususnya pada jam-jam sibuk sehingga pengguna jalan merasa nayaman. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Rubenstein 1992, yakni signage dibutuhkan karena fungsinya untuk keselamatan dan kesehatan bagi warga kota. Salah satu traffic signs yang memilki pengaruh paling besar terhadap kelancaran lalu lintas di koridor ini adalah lampu lalu lintas yang berlokasi di persimpangan Majestik dan perempatan jalan Iskandar Muda. Lampu lalu lintas yang Universitas Sumatera Utara berdiri pada tiang dengan ketinggian ± 5 m, memiliki jangkauan visual yang kurang luas, sehingga fungsinya kurang optimal. Penempatan traffic signs yang tidak direncanakan dengan baik membuat kesan kalau signage tersebut hanya sebagai unsur tambahan, dan tidak ada unsur keterpaduan dengan lingkungannya. Padahal traffic signs akan lebih jelas dan fungsional jika menggabungkannya dengan berbagai fungsi signage, seperti diungkapkan Barnet 1982. Keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan jelas tidak dapat terjamin bila rambu-rambu tersebut tidak dapat terlihat dengan baik oleh pengguna jalan. Selain itu terkadang pengguna jalan harus mencari tanda petunjuk arah di antara sekumpulan signage komersial yang mendominasi di antara arus lalu lintas yang bergerak cepat pada kawasan jalan Gatot Subroto Medan. Untuk beberapa lokasi pemasangan pole signs yang berada di median jalan, tepatnya dari persimpangan jalan Waringin sampai dengan persimpangan jalan Sekip menggunakan dimensi dan jarak yang ideal sehingga aspek visual yang ditampilkan menjadi menarik, tetapi bila ditinjau dari penempatan dan fungsinya sebagai signage komersial perletakannya sudah tidak tepat lagi. Signage ini ditempatkan pada jalur lalu lintas yang padat dan tidak terlalu tinggi sehingga orang dapat membaca dengan santai dan pada titik padang yang dekat sehingga kepala tidak terlalu mendongak ketika melihatnya. Penempatan signage pada traffic zone menjadi sangat strategis karena pemandangan pengguna jalan harusnya dapat tertuju langsung kepada signage tersebut, oleh sebab itu rambu-rambu lalu lintas maupun papan informasi banyak Universitas Sumatera Utara Peta Kawasan Penelitian ditempatkan pada zona ini. Namun fakta yang terjadi pada signage di jalan Gatot Subroto Medan adalah signage komersial diizinkan ikut ditempatkan pada traffic zone. Signage dengan pesan komersial yang ditempatkan pada zona ini pada umumnya berdiri di atas kontruksi tiang mandiri dan persebarannya juga tidak merata kondisi ini juga dapat terlihat pada Gambar 5.14. Gambar 5.14 Signage yang ditempatkan pada traffic zone jalan Gatot Subroto Medan di dominasi oleh signage dengan pesan komersial. Sumber: Analisis Peneliti, 2012 Signage dengan pesan komersial yang ditempatkan pada traffic zone median jalan berdiri di atas kontruksi satu tiang memberi kesan tidak nyaman bagi pengguna jalan dari arah jalan Adam Malik Glugur By Pass Medan Deretan signage dengan jarak ideal dan proporsi tinggi dengan lebar jalan DH = 2 ditempatkan di atas median jalan antara persimpangan jalan Waringin-Sekip dan persimpangan jalan Nibung Raya – depan Plaza Medan Fair. Jembatan penyeberangan orang sebagai area traffic zone dimanfaatkan sebagai lokasi penempatan signage komersial sehingga memberikan kesan tertekan kepada ruas jalan Gatot Subroto Medan Universitas Sumatera Utara 5.3.3 Zona pejalan kaki Pedestrian Zone Signage pada pedestrian zone jalan Gatot Subroto Medan dipasang dengan cara menanam tiang dari pipa besi ke dalam trotoar yang digali dan dicor dengan campuran beton. Penempatan signage ini sendiri cukup mengganggu baik sirkulasi maupun visual pejalan kaki karena lebar jalur pedestrian di jalan Gatot Subroto berkisar kurang lebih 200 cm sudah sangat sempit dengan aktivitas yang cukup padat pada kawasan tersebut. Ketinggian signage yang dipasang pada zona ini kurang 2,50 meter dari atas permukaan tanah, jumlah signage yang berlebihan, jarak dan dimensi papan signage yang tidak teratur menimbulkan kepadatan dan kekacauan secara visual, salah satu penyebab permasalahan tersebut karena tidak diaturnya penataan signage secara detail dalam Peraturan Daerah tentang papan signage. Peraturan tersebut lebih cenderung hanya mengatur peraturan perpajakan signage daripada pengaturan penataan estetika papan signage. Signage pada zona pedestrian jalan Gatot Subroto lebih banyak berfungsi sebagai penyampai pesan berupa informasi komersial dari beragam produk dan jasa dengan tipe pole signs dan ground signs. Penyebaran signage pada zona ini tidak merata sehingga terjadi kepadatan jumlah signage di beberapa titik lokasi. Selain itu penempatan struktur tiang signage mulai dari yang berukuran kecil sampai berukuran besar cukup banyak yang diletakkan di atas trotoar sehingga mengganggu kenyamanan dan kebebasan para pejalan kaki, seperti terihat pada Gambar 5.15. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.15 Selain tanda petunujuk arah dan rambu-rambu lalu lintas, zona pedestrian jalan Gatot Subroto dipenuhi dengan signage komersial yang penempatannya mengganggu fungsinya sebagai jalur untuk pejalan kaki Sumber: Analisis Peneliti, 2012 Penempatan ground signs di atas trotoar cukup mengganggu sirkulasi dan visual pejalan kaki di kawasan ini Pedestrian zone seharusnya diperuntukkan bagi tanda informasi untuk kepentingan umum, seperti petunjuk arah, orientasi pedestrian dan papan informasi kota Shirvani, 1985. Peta Kawasan Penelitian Universitas Sumatera Utara Keadaan ini terkadang sering memaksa para pejalan kaki harus berjalan di pinggiran bahu jalan untuk menghindari tiang-tiang signage yang berdiri di atas jalur pedestrian. Signage yang ditempatkan pada jalur pedestrian seharusnya diperuntukkan bagi tanda informasi untuk kepentingan umum, seperti petunjuk arah, orientasi pedestrian dan papan informasi kota Shirvani, 1985. Namun signage yang diletakkan pada zona pedestrian di jalan Gatot Subroto lebih didominasi oleh signage yang berisikan pesan komersial. Sedangkan dari teknis pemasangannya beberapa signage kurang baik dari kualitas visual yang manusiawi karena ketinggian signage ada yang lebih dari 16 kaki dengan luasan lebih dari 72 kaki persegi Kelly et al, 1989. 5.3.4 Zona identifikasi Identification Zone Untuk memberikan informasi mengenai iklan produk, petunjuk arah, dan untuk menandai sebuah bangunan toko, mall atau hotel di koridor jalan Gatot Subroto Medan, zona identifikasi merupakan salah satu area penempatannya. Informasi yang ingin disampaikan melalui signage pada zona identifikasi ini pada umumnya ditujukan kepada skala pejalan kaki baik yang akan berbelanja ke toko maupun yang ingin mencari informasi arah tujuan. Sesuai dengan fungsinya informational signs pada zona identifikasi diperlukan untuk memberikan informasi dan menuntun masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dari Tabel 4.1 sebelumnya dapat diketahui bila prosentase informational signs cukup kecil 3,97 tetapi fungsinya cukup penting untuk pengguna jalan, salah satu contohnya adalah papan nama jalan. Universitas Sumatera Utara Informational signs yang berada di koridor jalan Gatot Subroto kurang berfungsi secara optimal karena faktor lokasi dan kejelasan informasi yang terganggu signage komersial. Meskipun informational signs berlokasi di tempat yang mudah terlihat tetapi tidak terencana dengan baik, yakni proporsi tidak sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Maka informational signs dapat berfungsi secara maksimal bila memperhatikan faktor lokasi, legibilitas, redibilitas, keterpaduan dan proporsi. Signage yang ditempatkan pada zona identifikasi di jalan Gatot Subroto fungsinya lebih banyak berfungsi sebagai identitas dari bangunan, rancangan etalase dan beberapa tanda informasi. Pada umumnya signage yang ditempatkan pada bangunan berkaitan langsung dengan identitas bangunan dari tempatnya berada, seperti nama toko, nama mall dan lain-lain. Selain itu pada zona identifikasi juga terdapat signage yang berfungsi sebagai tanda informasi yang tidak ada hubungannya dengan identitas bangunan seperti tanda larangan parkir, tanda larangan berhenti maupun tanda khusus yang menginformasikan peta jalan.

5.4 Analisis Perletakan