82 Hal yang sama juga tergambar dari pernyataan pemerintah kecamatan
yaitu informan S. A Lk, 38 tahun yang mengatakan: ‘kalau pt. pn 3 silau dunia banyak memberi bantuan untuk
jalan di Pertambatan itu, setiap ada perbaikan mereka selalu ikut serta, memang hal itu jelas perlu bagi perusahaan
mereka karena mereka kan memakai jalan itu jadi saya rasa juga wajar saja mereka memberi bantuan itu kepada desa
Pertambatan, sawit-sawit mereka itu berapa ton yang lewat dari situ setiap hari jadi memang harus seperti itulah
sharusnya yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan usaha mereka’.
Dengan demikian dapat disimpulkan adanya sikap resiprosikal hubungan timbal balik antara perusahaan perkebunan PT. PN III Kebun Silau Dunia
terhadap desa Pertambatan sebagai lingkungan usahanya. Hal tersebut sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat.
4.8.3 Bentuk Kerjasama dalam Pemeliharaan Jalan
Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam
pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan
bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.Unsur dua pihak,
selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan. Apabila
hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dimaksud bukanlah suatu kerjasama.
Suatu interaksi meskipun bersifat dinamis, tidak selalu berarti kerjasama. Suatu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
83 interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama. Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang seimbang, serasi
dan selaras dikutip dari http:al-bantany-112.blogspot.com200911kumpulan- teori-ker jasama.html diakses tanggal 12 maret 2011 pukul 20.49 WIB.
Peneliti menemukan tidak adanya kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah terhadap upaya pemeliharaan jalan rusak di desa Pertambatan tersebut.
Gambaran tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh informan M.N Lk,40 tahun,yaitu:
“kalau saja ada keinginan untuk bersama-sama menangani masalah ini mungkin akan lebuh ringan..saya sebenarnya
selalu berusaha menggalakkan kerjasama semua pihak..tapi ya seperti yang ibu lihatlah..masyarakat sini memang sulit
diajak kerjasama..mungkin mereka sudah jenuh…karena memang gini-gini aja keadaannya..saya rasa kalau semua
pihak turut peduli saya rasa seperti yang saya bilang tadi…bisa lebih cepat kerjanya..tapi apa yang ada...kami
tidak pernah ada kerjasama dengan masyarakat..kalau dana semua dari kabupaten..yang kerja juga pemboronglah.”
Peneliti juga menemukan tidak adanya kerjasama antara perangkat pemerintahan desa Pertambatan kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang
Bedagai dengan daerah kecamatan Silou Kahean kabupaten Simalungun dalam upaya pemeliharaan jalan yang rusak di desa Pertambatan tersebut. Kecamatan
Silou Kahean menilai bahwa prasarana jalan umu di desa Pertambatan itu bukan nerupakan tanggung jawab mereka.
Gambaran diatas seperti yang dikatakan informan M.N Lk,40 tahun, yaitu:
“kalau kerjasama dengan silou kahean tidak pernah ada..padahal mereka juga menggunkan jalan kami
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
84 ini...perkebunan di sana itu hampir semuanya kelapa
sawit...diangkut semua lewat jalan kami...tapi tidak pernah ada upaya apa-apa dari mereka.”
Sementara itu informan dari kecamatan silou kahean J.S Lk, 55 tahun menyatakan:
“jalan desa pertambatan itu wewenang dari pemerintah kabupaten serdang bedagai jadi kami sialungun tidak
memiliki tanggung jawab ke sana, jalan kami ya silou kahean ini, adek lihat sendirilah....kan bagus....kalau saya rasa
serdang bedagai itu kurang sigap dalam menangani prasarana jalan mereka itu...memang kalau sudah bicara
masalah perbaikan jalan itu bukan sedikit biayanya...makanya kami pun tidak bisa berbuat apa-
apa...kalau masalah upaya yang kami silou kahean lakukan wewenang kami itu sekedar hanya mengingatkan, kami sudah
pernah utus perwakilan daerah kami ke serdang bedagai itu menyampaikan tentang kerusakan jalan itu...karena kami
juga terganggu dengan keruskan itu tapi memang hanya sebatas itulah wewenang kami..”
Padahal dalam Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan pasal 45 ayat 10 menyebutkan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
negara mempunyai kewenangan menyelenggarakan jalan. Penyelenggaraan jalan, sebagai salah satu bagian penyelenggaraan transportasi, melibatkan unsur
masyarakat dan pemerintah. Agar diperoleh suatu hasil penanganan jalan yang memberikan pelaynan yang optimal, diperlukan penyelenggaraan jalan secara
terpadu dan bersinergi antar sektor, antar daerah, dan juga antarpemerintah serta masyarakat termasuk dunia usaha.
4.8.4 Transparansi Dana dalam Pemeliharaan Jalan
Transparansi yaitu konsep yang maknanya lebih luas dari sekedar keterbukaan. Transparansi adalah keterbukaan yang sungguh-sungguh,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
85 menyeluruh dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan
masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik. Transparansi menyangkut berbagai aspek kehidupan di bidang politik, ekonomi dan bisnis,
sosial, dan kebudayaan. Tumbuh dan berkembangnya transparansi hanya dimungkinkan dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan
moral di segala bidang. Hanya dalam masyarakat yang transparan yang menjunjung tinggi etika dan moral keadilan dapat ditegakkan dikutip dari
http:eone_ 87. wordpress. com 20100402 langkah-dan-strategi-penanganan- bencana-gempa-di-yogyakarta- an-jawa-tengah,diakses tanggal 16 desember
2010 pukul 12. 56 WIB. Peneliti menemukan tidak adanya transparansi antara masyarakat dan
pemerintah dalam memberikan informasi tentang bantuan untuk pemeliharaan prasarana jalan yang diberikan oleh perkebunan PT. PN III Kebun Silau Dunia.
Adanya pemberian bantuan dari perusahaan yang ada di desa tersebut ternyata tidak diketahui oleh masyarakat desa mengakibatkan pandangan yang negatif
terhadap perusahaan. Hal ini tentunya memberi akibat tidak baik terhadapa hubungan antar masyarakat dengan pemerintah maupun perusahaan perkebunan
yang dapat menghambat proses pembangunan desa dalam hal ini adalah pemeliharaan jalan di desa tersebut.
Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan U Lk, 40 tahun, yang mengatakan:
“saya tidak tau kalau selama ini PT. PN III pernah ada kasih bantuan untuk jalan ini..kades lah itu sama perangkat desa
yang tanggung jawab.”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
86 Menurut pengamatan peneliti, informan terlihat terkejut mendengar bahwa
ternyata salah satu perusahaan yang melakukan usaha di desanya telah memberi bantuan terhadap masyarakat desa tersebut. Informan juga kelihatan bingung
mengetahui hal tersebut Observasi, 11 Juni 2010. Hal yang sama juga diperkuat oleh informan S Lk, 50 tahun, yang mengatakan:
“saya tidak tau pasti apa ada bantuan atau tidak...yang tau pasti ya perangkat desa..saya tidak tau kalau memang ada
untuk jalan ini.”
Ketiadaan tranparansi telah menimbulkan dampak negatif yang sangat luas dan merugikan masyarakat. Ketidaktransparanan menimbulkan kecurigaan-
kecurigaan terhadap kinerja pemerintah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh infroman U Lk, 40 tahun, yang mengatakan:
“ya kalau masalah dana ya saya ga taulah..itu urusan kadeslah itu..berapa dana untuk perbaikan jalan...entah
kemana digunakan kemana aja saya tidak tau tapi nyatanya jalan ini belum ada dilakukan perbaikan yang maksimal.”
Hal yang sama juga diperkuat oleh informan S Lk, 50 tahun, yang mengatakan: “saya dengar katanya dana dari bupati untuk jalan ini
sebenarnya sudah ditangan pemborong..tapi saya juga tidak tau kenapa masih begitu belum dilakukan..ada juga yang
baru diperbaiki yang di dusun bandar pamah itulah..ga panjang itu..dengar-dengar katanya 300 meter saja...yang ini
belum taulah kapan diperbaiki....itu urusan kades.”
Hal yang sama juga diperkuat oleh informan A Pr, 70 tahun, yang mengatakan: “ya memang sudah diperbaiki yang di dusun bandar pamah
itu kan..disini belum..masih kayak ginilah adek liat..itu pun saya ga tau kenapa harus dusun bandar pamah yang duluan
yang dibagusin..apa karena disana rumah kades..kantor kades juga disitu.”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
87 Peneliti juga menemukan tidak adanya transparansi dana perbaikan jalan
yang diperoleh dari pemerintah kabupaten. Masyarakat sama sekali tidak mengetahui berapa dana yang dialokasikan untuk perbaikan bertahap yang telah
dilakukan terhadap prasarana jalan mereka. Hal ini tergambar dari pernyataan informan A Pr, 70 tahun sebagai berikut:
“ibu tidak tau kalau masalah dana untuk perbaikan jalan yang di dusun Bandar pamah kemarin itu, kami tidak pernah
ada pemberitahuan, di kantor kadeslah kades: kepala desa itu keterangannya”.
Hal yang sama juga diperkuat informan U Lk, 40 tahun yang mengatakan:
“masalah dana kami warga tidak pernah dikasi tau, itu urusan kades”. Sementara itu informan pemerintah yaitu M.N mengatakan:
“kami memang tidak ada penginformasian langsung kepada seluruh warga tetapi ada perwakilan dari setiap dusun yang saya
rasa sebagai perwakilan dari masyarakat”.
Informan dari pengusaha yaitu A.S Lk, 51 tahun mengatakan:
“masalah dana perbaikan jalan itu kami tidak ada wewenang khusus untuk mencampurinya karena itu kan kewenangan
pemerintahan desa Pertambatan kecuali ada transparansi sendiri dari mereka, tetapi selama ini tidak ada”.
4.8.4 Peran Pranata Lokal dalam Pemeliharaan Prasarana Jalan