47 Gambaran tersebut diatas menunjukkan adanya partisipasi dalam
masyarakat dalam bentuk partisipasi dana maupun pengawasan. Peluang bentuk partisipasi dalam masyarakat cukup tinggi.
4.6.1.2 Gambaran Hubungan Timbal Balik Resiprositas antar Masyarakat, Pemerintah dan Pengusaha
Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar menukar kebaikan antar individu dalam kelompok atau antar kelompok itu sendiri.
Pola pertukaran ini bukanlah suatu yang bersifat seperti dalam proses jual beli. Melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa
altruism semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain. Seseorang atau banyak orang dari suatu kelompok memiliki semangat membantu
yang lain tanpa mengharapkan imbalan seketika Abimanyu, 2004:1. Hubungan resiprosikal menyebabkan modal sosial dapat tertambat kuat dan bertahan lama.
Karena diantara orang-orang yang melakukan hubungan tersebut mendapat keuntungan timbal balik dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan. Disini
hubungan telah memenuhi unsur keadilan diantara sesama individu. Dalam hubungan sosial masyarakat adanya prinsip resiprosikal hubungan
timbal balik menjadi salah satu kekuatan yang dapat menyatukan masyarakat untuk meringankan beban orang lain tanpa mengharapkan imbalan nyata yang
bersifat seketika dari apa yang telah mereka berikan. Hal ini masih tergambar melalui interaksi masyarakat jika ada anggota masyarakat yang meninggal dunia.
Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan A Pr,70 tahun, yang mengatakan:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
48 “jika ada tetangga yang kemalangan atau meninggal dunia
ibu pasti akan bantu tanpa pamrih , karena semua itu pasti berbalas dek, kita juga suatu saat membutuhkan bantuan
orang lain”.
Hal yang sama juga dibenarkan oleh informan S.H Lk, 46 tahun sebagai berikut:
“kalau ada tetangga yang meninggal dunia saya merasa itu sudah kewajiban saya membantu dan datang, tanpa
dimintapun kalau saya tahu saya pasti datang”.
Hubungan timbal balik antar masyarakat dan pengusaha perkebunan ditunjukkan dari bentuk bantuan yang diberikan pengusaha untuk masyarakat.
Seperti yang dilakukan perusahaan perkebunan PT.PN III Kebun Silau Dunia melalui program bina lingkungan. Gambaran seperti ini sesuai dengan yang
diutarakan oleh informan A.S Lk, 51 tahun, yang mengatakan: “kalau di perusahaan kami..ada yang namanya bina
lingkungan dek..jadi kami membantu masyarakat tempat kami melakukan usaha.karena kita saling membutuhkan dan
memang ada timbal baliknya kan…kami mendapatkan lahan tempat perkebunan di desa dan desa juga mendapat
keuntungan dari kami kalau di desa Pertambatan ini banyak yang sudah kami bantu...perbaikan tempat ibadah, jalan,
beasiswa untuk murid..kalau kurban juga kami kasih setiap tahunnya.”
Hal ini dibenarkan oleh informan dari pemerintah desa M. N Lk, 40 tahun yang mengatakan:
“perkebunan di desa ini yang cukup membantu kami adalah kasdun kasdun: PT. PN III Kebun Silau Dunia ya memang
itulah bentuk imbalan mereka untuk lingkungan karena kalau daerah perkebunan mereka kan memang sangat luas di
sini, bantuannya kalau hari raya kurban memang selalu kasi kurban, bantuan dana beasiswa juga kami pernah terima
untuk membeli buku-buku dan alat tulis, tetapi tidak semua wargalah yang dapat”.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
49 Hal yang sama juga dibenarkan oleh iforman dari pemerintah kecamatan yaitu
informan S.A Lk, 38 tahun yang mengatakan: “kalau PT. PN III Kebun Silau Dunia memang rajin memberi
bantuan untuk masyarakat tempat usaha mereka karena mereka memang luas sekali perkebunannya di Serdang
Bedagai ini bukan hanya di Pertambatan di desa lain juga mereka kasi bantuan, mereka bantuan untuk lingkungan
biasa namanya bina lingkungan”. Dari gambaran tersebut tercermin masih adanya hubungan saling
bertukar kebaikan antar masyarakat maupun dengan perusahaan yang ada di desa Pertambatan ini. Namun PT. Socfin Indonesia Bangun Bandar sebagai salah satu
perusahaan perkebunan yang ada di desa Pertambaan ini tidak memiliki program CSR Coorporate Social Responsibility ataupun bentuk tanggung jawab sosial
lainnya terhadap masyarakat sebagai wujud adanya hubungan timbal balik dengan masyarakat lingkungan tempat usaha mereka. Hal ini tergambar dari pernyataan
informan dari perkebunan tersebut yaitu H.M.S Lk, 56 tahun sebagai berikut: “perusahaan perkebunan kami belum memiliki program csr
ataupun bina lingkungan atau apapun itu, yang ada itu kan PT. PN III atau sejenisnya kalau perusahaan kami belum
ada, mungkin masih akan dibuat”.
Tidak adanya hubungan ini juga diakui oleh informan pemerintah kecamatan yaitu
S.A Lk, 38 tahun yang mengatakan: “pt.socfindo tidak pernah kasi bentuk bantuan ke
masyarakat, socfindo itu pelit, kami menjulukinya si “belanda hitam” mereka tidak pernah ada program bina
lingkungan ke masyarakat”.
Hal yang sama juga dibenarkan oleh informan dari pemerintah desa Pertambatan yaitu informan M.N Lk, 40 tahun yang mengatakan:
“kalau socfindo socfindo: pt. socfin Indonesia bangun bandar tidak pernah ada beri kami bantuan, socfindo
socfindo: pt. socfin Indonesia bangun Bandar itu “belanda
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
50 hitam” itu mereka sangat pelit, cuek dan tidak mau tahu,
kalau ibu mau tahu ibu langsung saja datang kesana, bila perlu saya akan mendampingi ibu, saya sudah sangat sering
memperingatkan mereka itu, kalau ada rapat di kabupaten kan mereka pasti ikut saya sudah sering sindir tapi mereka
tidak juga peduli, kalau ibu tanya masalah hubungan masyarakat desa ini dengan socfindosocfindo: pt.socfin
Indonesia bangun Bandar sama sekali tidak ada komunikasi atau hubungan baik apapun”.
Informan A.Z Lk, 50 tahun yang adalah salah seorang tokoh masyarakat di desa Pertambatan juga membenarkan hal yang sama tentang PT. Socfin Indonesia
Bangun Bandar dengan mengatakan: “kalau socfindo socfindo: pt. socfin Indonesia bangun
bandar itu memang tidak punya hati, mereka sudah mendirikan usahanya di daerah kami tapi bentuk imbalan
mereka tidak ada, mereka itu kami sebut “belanda hitam” seperti lintah penghisap darah, mereka tidak pernah peduli
terhadap lingkungan mereka padahal kalau keuntungan yang mereka dapat itu pastilah sangat banyak, apalah salahnya
kalau saja mereka mau berbagi sedikit saja dari keuntungan mereka ke masyarakat”.
Selain terjalin hubungan yang tidak harmonis dalam bentuk bantuan kepada masyarakat desa Pertambatan. Masyarakat desa Pertambatan juga
mendapat tuduhan pencurian terhadap hasil perkebunan perusahaan tersebut. Sementara masyarakat tidak mengakui adanya hal tersebut.
Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan A.Z Lk, 50 tahun, yang mengatakan:
“sebenarnya kita juga tidak mau ya dek berkonflik atau bagaimana..tapi memang kalau perusahaan sini saya tidak
taulah..apakah memang dari atasan mereka..karena inikan hanya cabang saja masih ada atasan pasti..apa memang begitu
kebijakannya atau saya tidak mengertilah..pernah lagi itu ada kasus warga sini dituduh mencuri buah.. wah…bukannya
ngasih malah dituduh mencuri.mereka buat begitu supaya kami tidak mendekati lahan perkebunan mereka padahal untuk apa
kami begitu?”.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
51 Hal yang sama diperkuat oleh informan S.H Lk, 50 tahun, yang mengatakan:
“saya tidak bisa beranggapan pasti itu akibat dari apa..apa karena warga sakit hati dengan sikap mereka atau justru
kebun yang sengaja..mereka sering menuduh warga kami mencuri tanda buah itu..sawit itu..tapi saya juga ga tau ya
bilang siapa yang benar atau salah..”
Sementara itu informan H.M.S Lk,56 tahun dari perusahaan perkebunan PT. Socfin Indonesia sendiri menyatakan:
“saya kurang mengetahui pasti tentang hal itu, tetapi tidak menutup kemungkinan itu benar, yang pasti tuduhan itu
bukan dari saya, karena saya tidak di lapangan”.
4.6.1.3 Gambaran Solidaritas dalam Masyarakat