53 melahirkan anak ketiganya sehingga ibu tersebut harus dibawa ke rumah sakit.
Hampir semua warga, baik yang ibu-ibu maupun yang bapak-bapak terlibat membantu. Para ibu terlihat sibuk membantu bidan dalam menangani ibu yang
mau melahirkan tersebut sementara para bapak sibuk mencari kendaraan yang akan digunakan untuk membawa ibu yang mau melahirkan itu ke rumah sakit dan
ada sebagian bapak yang pergi memberitahukan keluarga dari ibu tersebut bahwa dia sedang kritis dan harus di bawa ke rumah sakit. Kendaraan yang digunakan
untuk membawa ibu tersebut ke rumah sakit adalah mobil salah seorang warga desa Pertambatan. Di saat ada warga yang dalam kesulitas solidaritas warga
muncul dengan sendirinya untuk membantu. Fakta sosial itu menunjukkan bahwa rasa solidaritas masih tinggi dalam masyarakat observasi, 23 Juni 2010.
Satu lagi bentuk solidaritas yang ditemukan peneliti di lapangan yang menjadi adapt kebiasaan yang melekat di masyarakat adalah adat bagi masyarakat
yang bersuku batak simalungun yang disebut dalam bahasa daerah “tonggo raja” yaitu malam pengumpulan dana untuk sebuah acara untuk perkawinan bagi pihak
laki-laki. Jadi setiap masyarakat batak simalungun yang akan menikahkan anaknya laki-laki akan menentukan satu malam untuk mengadakan acara “tonggo
raja” tersebut. Dalam acara tersebut setiap orang yang datang akan memberikan bantuan sukarela kepada orang yang mengundang. Bantuan sukarela ini dapat
berbentuk uang ataupun beras yang bisa diterima kembali imbalannya oleh si pemberi jika dia akan menikahkan anaknya observasi, 11 maret 2011.
4.6.1.4 Gambaran Kerjasama dalam Masyarakat
Menurut Zainudin dalam, website www.etd.library.ums.ac.id diakses tanggal 12 februari 2011 pukul 10.35 WIB kerjasama merupakan kepedulian satu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
54 orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu
kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur. Dalam masyarakat hal tersebut
tergambar dari interaksi saling bekerjasama dalam acara hajatan pesta perkawinan maupun sunatan. Semua anggota masyarakat ikut bekerjasama sebagi bentuk
kepedulian kepada sesama anggota masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan informan A Pr, 70 tahun, yaitu:
“membantu sesama kita itu bentuk kepedulian terhadap sesama, kalau ada kerjasama semua bias dapat lebih cepat
diselesaikan, kalau di di desa ini kerjasama dalam acara perkawinan atau pesta lainnnya masih sangat kuat”.
Hal yang ini juga tergambar dari pernyataan informan S Lk, 50 tahun, yaitu: ”saya sudah lama tinggal disini...saya asli kelahiran sini jadi
kalau yang saya rasakan dari dulu kalau yang namanya kerjasama antar kami masyarakat itu masih sangat
kuat..tidak peduli itu mau dari agama apa..suku apa..saya juga heran..kalau sudah ada pesta atau kemalangan...bisa
membaur”.
Rusdi Syahra,dkk, dalam Kristina, 2003:60 menyebutkan jaringan sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau
kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interaksi timbal balik dan
saling menguntungkan dan dibangun atas kepercayaan yang ditopang oleh norma- norma dan nilai-nilai sosial positif dan kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal
jika didukung oleh semangat membuat jalinan hubungan diatas prinsip-prinsip yang telah disepakati bersama.
Hal ini tergambar dalam kegiatan gotong royong yang masih terlaksana di masyarakat. Biasanya terjalin dalam acara gotong royong untuk kebersihan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
55 lingkungan desa bahkan disepakati untuk ditetapkan satu hari sebagai hari untuk
bergotong royong warga untuk membersihkan lingkungan. Gambaran diatas seperti yang dikatakan informan S.H Lk, 50 tahun
sebagai berikut: “warga kami biasanya melakukan gotong royong kebersihan
untuk membersihkan parit-parit halaman rumah agar air bias mengalir jika hujan dan sampah tidak menumpuk di
parit yang dapat menyumbat aliran air hujan, kegiatan gotong royong seperti itu masih berlaku di desa kami ini”.
Hal yang sama juga dibenarkan oleh informan A Pr, 70 tahun, sebagai berikut: “di desa kami gotong royong untuk kebersihan memang
masih dijalankan karena kebersihan itu kan untuk diri sendiri juga, kalau lingkungan bersih kita pun sehat, biasanya kalau
untuk jadwal kami sering mengadakannya hari jumat”.
Informan S Lk, 56 tahun yang adalah tokoh masyarakat di desa Pertambatan
juga membenarkan hal yang sama, dengan mengatakan: “kami menerapkan kegiatan itu setiap hari jumat dua kali
sebulan, jadi di dusun Pertambatan ini kami menyebut gotong royong itu “jumat bersih”, jadi semua warga
berkewajiban ikut kebersihan gotong royong”.
Hal ini juga dibenar kan informan M.N Lk, 40 tahun dari pemerintahan desa yang mengatakan:
“kalau masalah gotong royong di desa kami biasanya yang ada itu gotong royong kebersihan seperti membersihkan
pekarangan rumah dan parit agar aliran air tidak tersumbat sampah yang ada di parit itu, kegiatannya biasanya
dilakukan hari jumat”.
Dari gambaran interaksi dalam masyarakat tersebut tercermin bentuk peluang kerjasama yang masih ada di masyarakat sebagai bentuk kepedulian
terhadap lingkung tempat tinggal mereka. Baik dalam interaksi sosial maupun
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
56 kebersihan lingkungan dimana pada dasarnya hal tersebut memberi keuntungan
bagi masyarakat itu sendiri. Suatu tujuan bersama dilakukan secara bersama-sama.
4.6.1.5 Gambaran Adanya Kesamaan Equity diantara Masyarakat