Deskripsi Lokasi Penelitian Teknik Analisis Data

Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil dan pembahasan yang telah didapatkan selama proses penelitian dilapangan. Adapun hasil yang diperoleh peneliti adalah informasi yang didapatkan dari para informan dengan cara wawancara secara mendalam. Penjabaran hasil dan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya, stereotip yang berkembang dalam interaksi komunikasi antarbudaya dan faktor-faktor pembentuknya, serta faktor-faktor yang mendukung terjalinnya hubungan yang harmonis antara masyarakat Etnis Pribumi dan India Tamil di lingkungan Kampung Madras, Kota Medan. Hasil dan pembahasan itu nantinya akan dirangkai dalam bentuk tulisan panjang atau narasi.

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Madras, yang terletak di Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan. Pada masa kolonial, bangsa Tamil umumnya bermukim di lokasi-lokasi sekitar perkebunan yang berada di Kota Medan dan Sumatera Timur. Namun semenjak kemerdekaan, mereka kebanyakan bermukim di wilayah pusat kota. Komunitas Tamil terbanyak dapat ditemukan di kota Medan, kota Binjai, kota Lubuk Pakam, serta kota Tebing Tinggi. Kampung Madras adalah salah satu pemukiman warga etnis Tamil yang tertua di Kota Medan. Kampung Madras terletak pada kawasan bisnis Jl. K.H. Zainul Arifin, yang pada zaman dahulu bernama Jl. Calcutta. Lokasi dari perkampungan etnis India ini berada di pinggiran Sungai Babura, yakni sungai yang membelah kota Medan, serta merupakan jalur utama transportasi air pada masa lampau. Perkampungan dengan luas kurang lebih 10 hektar ini lebih akbrab di masyarakat kota Medan dengan sebutan “Kampung Keling”. Dahulunya Kampung Madras ini merupakan lahan liar yang tidak berpenghuni. Namun seiiring dengan berkembang pesatnya perkembangan perkebunan tembakau di Tanah Deli, maka di kota Medan pun turut dibuka beberapa daerah perkebunan baru, sehingga munculnya perkampungan- Universitas Sumatera Utara perkampungan baru di sekitar daerah perkebunan tersebut. Kampung Madras mulai terbentuk ketika pemerintah Belanda merasa puas dengan hasil kerja para kuli Tamil dengan dibangunnya Kuil Shri Mahriamman sebagai tempat ibadah bagi kuli-kuli Tamil yang beragama Hindu. Kuil inilah yang menjadi kuil hindu pertama di kota Medan. Selain itu, pemerintah Belanda juga menghadiahkan sebidang tanah di sekitar kuil kepada kuli Tamil yang menikah sebagai tempat tinggalnya. Dan akhirnya kawasan ini pun berkembang menjadi perkampungan bagi warga etnis Tamil, yang pada akhirnya di kenal dengan nama “Kampung Keling”. Setelah kemerdekaan, banyak warga Tamil yang kembali ke kampung halamannya, dan menjual tanah mereka kepada orang-orang pribumi. Namun, juga masih banyak warga Tamil yang bertahan, karena alasan ekonomi yang maju, dan juga adanya ikatan pernikahan. Sejak saat itu, mulailah terjadi pembauran etnis di Kampung Madras. Kampung Madras yang sampai saat ini masih bertahan antara lain yang terletak pada Jl. K.H. Zainul Arifin dan juga sekitar Jalan Teuku Umar. Kampung Madras ini memiliki akses langsung dengan pusat kota Medan, yakni kawasan Kesawan, yang hanya berjarak 1 km. Batas akhir dari Kampung Madras adalah Sungai Babura. Kampung Madras ini termasuk kedalam Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. Pada tahun 2008 Pemko Medan resmi mengesahkan nama “Kampung Madras” menggantikan “Kampung Keling”. Hal ini disebabkan oleh kata “keling” yang berkonotasi menghina dan ditujukan kepada orang yang memiliki kulit gelap.

4.1.2 Deskripsi Proses Penelitian