Universitas Sumatera Utara
informan dalam berkomunikasi, namun menurutnya hambatan terebut ada ketika ia sedang berada dalam tingkat emosional yang tinggi.
Terdapat seterotip negatif dalam diri informan terhadap masyarakat Etnis India
Tamil antara
lain suka
mabuk- mabukan dan suka “ngular”
berbohongmenipu. Dalam penuturannya informan lebih menegaskan mengenai stereotip yang mengatakan bahwa masyarakat Etnis India Tamil suka berbohong
melekat cukup kuat dan tepat. Hal ini dikarenakan pengalaman langsung yang terjadi pada dirinya serta informasi dari lingkungan sekitar yang ia miliki terkait
dengan stereotip
tersebut. Namun
stereotip negatif
tersebut tidak
mempengaruhinya dalam berinteraksi dengan masyarakat Etnis India Tamil sebab ia memandang masyarakat Etns India Tamil bukan sebagai suatu etnis melainkan
sebagai seorang individu. Selain stereotip negatif terdapat pula stereotip positif yang menurutnya masyarakat Etnis India Tamil saat ini identik dengan berdagang,
berbeda dengan zaman dahulu ketika ia masih muda. Dan juga menurutnya masyarakat Etnis India Tamil memiliki toleransi tinggi dan gemar bercanda. Hal
ini ia lihat secara langsung dan juga dengan melihat kondisi sekitar saat ini. Berdasarkan pendapat informan hubungan antarbudaya terjalin dengan
cukup baik karena dipengaruhi faktor toleransi beragama yang tinggi dari masing- masing etnis yang hidup berdampingan disana. Ia pun berharap agar kedepannya
hubungan antarbudaya terjalin dengan harmonis, aman, dan damai sebab ia hanya mencari nafkah di kawasan tersebut.
4.1.3.2.3 Informan VII
Data diri informan : Nama
: Maysarah
Jenis Kelamin : Perempuan
TTLUsia :
Galang, 04 Mei 1967 49 tahun Agama
: Islam
EtnisSuku :
Jawa Alamat
: Jl. Cik Di Tiro Belakang No. 29
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Universitas Sumatera Utara
Informan selanjutnya ialah Maysarah 49 yang sehari-harinya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga. Bu May berasala dari Galang dan telah menetap di
lingkungan Kampung Madras selama kurang lebih 27 tahun. Ia menetap disana tepat setelah ia menikah dengan suaminya yang telah terlebih dahulu tinggal di
lingkungannya saat ini. Informan juga mengatakan ada beberapa etnis yang menetap diantaranya adalah Etnis Tionghoa, India, dan Pribumi yang diwakili
Suku Jawa, Minang dan Mandailing. “Kalau ibu sudah sekitar 27 tahun, dari tahun berapa tuh ya sekitar 8788
lah. Ibu sebelumnya di Galang sekolahnya, tamat ke Jakarta habis itu balik ke Medan kerja, berumah tangga. Bapaklah orang lama disini. Cina,
India, Pribumi. Pribuminya ada Jawa, Padang, Mandailing ada juga.”
Dalam bergaul informan menuturkan bahwa ia tida bergaul begitu dekat dengan masyarakat di sekitar lingkungannya. Hanya orang-orang tertentu yang
sering ia ajak untuk berkomunikasi secara intens, baik itu yang berasal dari Etnis India maupun etnis-etnis lain. Ia menuturkan biasanya sering berinteraksi dengan
masyarakat Etnis India Tamil adalah ketika sedang berbelanja di pasar dan konteks komunikasinya sendiri seputaran dengan aktifitas yang ia lakukan seperti
berbelanja dan menu masakan apa yang hendal dimasak pada hari itu. “Ibu sih kalau misalkan bergaul itu nggak pernah bergaul dekat, ya
sekedar kalau kita lewat tegur aja gitu. Ya kalo misalkan teguran semua etnis kalau kita lewat teguran. Yang sering ngobrol orang-orangnya
tertentu. Kalaupun dia etns india tertentu orangnya, kalaupun dia etnis india tertentu aja kita mau ngobrol. Kalau pas ketemu aja di pajak. Tapi
pas ke pajak dekat sini itu yang sering ketemu. Kalau pajak petisah kan jarang ketemu. Kalau pajak yang disini ibu sekali-sekali. Paling kalau
ketemu dipajak ya nanya belanja apa hari ini, masak apa hari ini,yang
gitu-gitu aja .”
Universitas Sumatera Utara
Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat Etnis India Tamil mengatakan terdapat kesulitan ketika ia sedang berinteraksi dengan
beberapa orang kemudian mereka mencampurkan bahasa India Tamil dalam obrolannya. Ia mengaku ketika hal itu terjadi maka sikapnya adalah dengan pamit
pergi karena sebab ia tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.
“Kalau sekedar berkomunikasi nggak ada, kadang kesulitannya kalau kita lagi ngomong gitu kan ada etnis India, mereka ngobrolnya bukan bahasa
Indonesia, dia terus ngobrolnya bahasa India. Kalau dia udah ngomong bahasa India ya ibu tinggalin. Karena kan nggak pakai bahasa Indonesia,
karena kan kita nggak tahu apa yang dibicarakannya, entah dia membicarakan kita kan kita nggak tau. Jadi ya Ibu tinggalin aja.
” Informan menuturkan ia tidak memiliki hubungan dekat dengan anggota
msyarakat Etnis India Tamil dikarenakan perbedaaan agama. Kedekatannya hanya sebatas interaksi yang tidak terlalu dalam dan ia membatasi interaksi dengan
mereka. Khususnya masyarakat Etnis India Tamil yang tidak menganut dan tidak berkeyakinan sama dengan agama yang dianutnya.
“Kalo dekat ya tetangga, sekedar kita ngobrol gitu aja tetanggalah, tapi kalo sedekat kita istilahnya makan-makanannya dia, ibu enggak. Ya
karena kan ibu nggak mau, selain muslim ibu nggak makan. India muslim ada tapi nggak banyak, lebih banyak yang non muslim.
” Berdasarkan penuturan informan ada beberapa stereotip yang berkembang
terhadap Etnis India Tamil di lingkungannya. Stereotip tersbeut sebagian besar memiliki arah yang negatif yaitu mengenai masyarakat Etnis India Tamil yang
kasar, suka mabuk- mabukan dan suka “ngular” suka berbohongmenipu. Ia pun
menuturkan banyak sekali istilah yang beredar mengenai masyarakat Etnis India Tamil yang berhubungan dengan stereotip negatif tersebut.
Universitas Sumatera Utara
“Kalo dulu Ibu nggak pernah dengar karena kan ibu baru disini. Paling setelah ada disini, kalau ibu sih kurang cocok. Mereka kadang-kadang
terlalu kasar, udah gitu mereka kurang sopan. Ya orang India ini sering berantem-berantem gitu sama tetangga. Nanti mereka kasar maki-maki
gitu kan, nah ibu kurang cocok. Udah gitu mereka kurang apa namanya, suka-suka hati aja gitu merasa berkuasa disini.
“Udah gitu ada istilah nya orang india ini kalau punya duit tidurnya di paret kalau nggak punya duit
tidurnya baru di rumah, ” itu istilah untuk orang India. Kalau misalnya
mereka punya duit kan orang itu sering mabuk-mabukan, jadi kalau orang mabuk-mabukan itu kan sering jatuhnya ke paret gitu kan. Jadi kalau
nggak punya duit gimana mau mabuk-mabukan tidurnya di rumah lah. Udah gitu ya orang India ini kalau ngomong gitu banyak bohongnya. Ya
dibilang ngularnya gitulah, jadi kita pun nggak mau terlalu dekat, nggak mau
terlalu berurusan.” Awalnya ia tidak pernah memikirkan tentang stereotip tersebut, namun
seiring berjalannya waktu ia melihat langsung di lingkungan sekitarnya bahwa masyarakat Etnis Tamil kasar karena sering bertengkar dengan tetangganya dan
berbuat sesuka hati. Stereotip yang menyatakan bahwa masyarakat Etnis India Tamil suka mabuk-mabukan juga sering ia lihat secara langsung. Sehingga
membuatnya percaya dan meyakini stereotip tersebut karena hal tersebut bukan hanya sebatas stereotip namun dapat dilihat didalam realita sehari-hari. Begitu
pun dengan stereotip yang mengatakan bahwa masyarakat Etnis India Tamil suka berbohong dan menipu, ia cukup meyakini bahwa stereotip itu benar adanya
berdasarkan informasi yang ia dengar melalui orang-orang disekitar lingkungan tempat ia tinggal. Pernah suatu kali ia mendengar ada tetangganya yang
mendapati telah dibohongi oleh anggota masyarakat Etnis India Tamil, ketika itu mereka bermain jula-jula tetapi salah satu peserta tidak membayar tetapi
mengatakan kalau ia sudah membayarkan iuran tersebut. Karena mendengar hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut ia pun tidak mau berurusan terlalu dalam dengan masyarakat Etnis India
Tamil.
“Ngeliatnya gitu? Sering sering kali. Tiap hari Ibu lihatnya mabuk malah sampe ada yang udah mati lagi. Tapi mereka biasa kalau mabuk gitu
yang diganggu keluarganya. Tapi kan kita terganggu sebagai tetangga, Cuma kalau ganggu kita sih enggak. Kalau yang suka bohong gitu nggak
pernah kejadian sama Ibu. Karena kita nggak mau berurusan jadi nggak pernah kejadian langsung, cuma kalau orang sini gitu sering kejadian,
misalkan dia ikut jula-jula dia bohong, dia bilang udah bayar padahal belum, ngularnya banyaklah nggak tepat janji, banyak cakap. Makanya
ibu nggak mau terlalu berurusan dengan orang India.” Beberapa stereotip negatif yang beredar tersebut secara langsung
mempengaruhi interaksi komunikasi informan dengan masyarakat Etnis India Tamil. Karena stereotip tersebut ia menutup diri dalam berhubungan dengan
masyarakat Etnis India Tamil. Sikap tertutup ini juga ia terapkan kepada anak- anaknya karena menurutnya hal tersebut dapat mempengaruhi anak-anaknya. Ia
mengatakan bahwa bergaul dengan masyarakat Etnis India Tamil ada batasannya dan secara langsung ia berusaha mengurangi interaksi karena stereotip tersebut.
“Kalau masalah tadi dia tetangga itu mabuk itu mengganggu tapi kalau yang lain-lain ya ibu nggak open, cuma dulu waktu anak-anak ibu kecil
ibu nggak mau anak ibu bergaul sama India, Ibu nggak ngasih gitu. Kalau sekedar berkomunikasi ya Ibu nggak apa-apa, misalnya ke pasar gitu
kan ya ibu tegur lah seadanya sekedar aja gitu. tapi kalau berurusan yang
lain ibu nggak mau gitu. Ada batasannya.”
Informan pernah memiliki masalah pribadi dengan salah satu masyarakat Etnis India Tamil. Penyebabnya adalah karena pertengkaran antar anak, ia merasa
gerah karena setiap hari anaknya terus diganggu. Akhirnya ia memutuskan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikannya dengan mendatangi orangtua anak tersebut dan memberikan peringatan dengan gaya berbicara yang cukup kasar. Ia pun menuturkan bahwa
hubungannya dengan orang tersebut saat ini biasa saja dan masih saling sapa menyapa. Beberapa kejadian yang ia alami baik itu secara langsung maupun tidak
langsung membuatnya menghindari hubungan dan interaksi yang terlalu dalam terhadap masyarakat Etnis India Tamil di lingkungannya.
“Ibu sih pernah gitu gara-garanya anak, Cuma kan tadinya ibu nggak peduli karena anak sama anak tapi karena tiap hari anak ibu terus
disakitin ya ibu juga emosi. Semenjak ibu ngomong sama dia itu kasar, dia nggak berani lagi. Hubungan ibu biasa-biasa aja sekarang. Karena kan
ibu nggak mau terlalu dekat itu tadi, ya paling sama dia cuma tegur- teguran
.” Meskipun secara pribadi ia memiliki keengganan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat Etnis India Tamil, tetapi secara umum informan melihat bahwa hubungan antarbudaya di lingkungannya terjalin dengan cukup baik. Hal
ini dapat dilihat melalui berbagai kegiatan keagamaan yang sering diadakan. Menurutnya masyarakat Etnis India Tamil memiliki toleransi yang sangat tinggi
dalam hal beragama dan bersosial. Tidak pernah menganggu dan mengusik agama lain ketika sedang beribadah. Serta ketika ada salah seorang anggota masyarakat
dari etnis Pribumi yang meninggal mereka mau ikut menjenguk dan begitupun sebaliknya. Penuturan informan menandakan bahwa terdapat stereotip yang
positif terhadap masyarakat Etnis India Tamil yakni sikap toleransi yang tinggi. “Kalau menurut ibu sih biasa-biasa aja bagus sih, kadang kalau di kuil itu
ada acara ya pribumi juga mau ikut makan disana. Ya baguslah bebas mereka toleransinya tinggi. Kalau di kuil itu ada acara kita nggak ada
masalah. Kalau kita ada acara juga mereka nggak apa-apa, kalau misalnya ada orang India yang meninggal yang pribumi jenguk. Kalau
ada orang pribumi meninggal ya orang Indianya juga jenguk. ”
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antarbudaya yang terjalin di lingkungan tempat informan tinggal didukung dengan berbagai kegiatan sebagai pemersatu etnis, diantaranya
adalah perayaan hari kemerdekaan dan juga ada satu kegiatan bersifat formal yaitu program pemerintah yang dulunya bernama LKM atau PNPM saat ini. Satuan
tugas ini beranggotakan masyarakat dari berbagai etnis dan budaya yang saling bertukar pikiran dalam mengimplementasikan program yang dicanangkan
pemerintah di kawasan Kampung Madras. “17 agustus itu sering ada perlombaan, disitu gabung aja india sama
pribumi yang jarang itu orang cina. Disini ada namanya LKM yang PNPM itu perkotaan, ya itu kalau yang formal. Karena anggotanya ada
yang India ada yang pribumi. ”
Informan memiliki cara dalam menjaga hubungan antarbudaya di lingkungannya dengan bersikap saling tegur-menegur dan membatasi diri dalam
berhubungan. Menurutnya gesekan-gesekan antarbudaya dapat dicegah melalui penghindaran individu untuk lebih berurusan dengan individu lain. Ia juga
berharap agar tidak ada keributan di lingkungannya sehingga dapat membuatnya merasa tenang dan nyaman untuk tetap tinggal tanpa harus pindah dari kawasan
Kampung Madras. “Ya saling tegur-menegur gitu, jadi kalau kita nggak terlalu dekat jadi
kan nggak ada masalah gitu ya sekedar aja, menghindarilah gitu. Kalau ibu sih ya jangan ada ribut-ribut, kalau ada ribut ya kita sih maunya
pindah dari sini nggak mau dekat dnegan orang india, ya karena itu tadi sifat-sifatnya itu tadi.
”
Kesimpulan Kasus
Berdasarkan penuturan informan yang telah menetap selama sekitar 27 tahun di kawasan Kampung Madras bahwa ada beberapa etnis yang hidup
berdampingan di lingkungan tempat ia tinggal antara lain Etnis India Tamil, Etnis Tionghoa dan Etnis Pribumi yang diwakili oleh Suku Jawa, Minang dan
Universitas Sumatera Utara
Mandailing. Dalam kesehariannya informan adalah pribadi yang sedikit tertutup dan terkesan cuek dalam pergaulan. Ia bergaul hanya sekedarnya saja dan
berhubungan dekat hanya dengan orang-orang tertentu di lingkungannya. Informan tidak terlalu sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat
Etnis India Tamil. Ia berinteraksi dan berkomunikasi hanya ketika ia sedang berbelanja di pasar dan biasanya membahasa tentang aktifitas di pasar dan menu
masakan yang hendak dimasak setelah berbelanja. Menurut informan ia mengaku mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat Etnis India Tamil
ketika mereka mencampurkan Bahasa India Tamil dalam interaksi dimana dia terlibat di dalamnya.
Ada beberapa stereotip yang diyakini informan tentang masyarakat Etnis India Tamil. Stereotip itu lebih banyak mengarah ke arah yang negatif seperti
masyarakat Tamil yang kasar, suka mabuk- mabukan dan suka “ngular”
berbohongmenipu. Untuk stereotip yang menilai bahwa masyarakat Etnis India Tamil kasar dan suka mabuk-mabukkan melekat kuat dang diyakini oleh informan
sebab ia melihat langsung perilaku tersebut hingga saat ini sehingga stereotip tersebut tepat dan benar adanya berdasarkan penuturan informan. Sedangkan
mengenai stereotip masyarakat Etnis India Tamil yang suka berbohongmenipu, informan juga meyakini stereotip tersebut tetapi ia tidak mengalami secara
langsung melainkan mendengar melalui lingkungan sekitar bahwa ada kasus yang melibatkan masyarakat Etnis Tamil terkait dengan stereotip tersebut. Stereotip
negatif yang diyakini informan secara langsung mempengaruhi niatan informan untuk berinteraksi serta berkomunikasi secara lebih mendalam. Informan menjaga
jarak dan memberi batas dalam berhubungan dengan masyarakat Etnis India Tamil di lingkungan tempat ia tinggal. Selain beberapa stereotip negatif tersebut
terdapat stereotip positif yang diyakini informan terkait dengan masyarakat Etnis India Tamil yang memliki sikap toleransi tinggi. Hal ini ia alami langsung dengan
melihat dan merasakan sikap tersebut khususnya toleransi dalam beragama dan beribadah.
Untuk hubungan antarbudaya informan menilai terdapat jalinan hubungan yang cukup rukun dan harmonis yang ditunjukkan melalui sikap saling
menghargai serta menghormati di dalam beribadah. Hal ini juga dikuatkan melalui
Universitas Sumatera Utara
kegiatan-kegiatan yang bersifat multietnis seperti adanya satuan tugas LKMPNPM yang dibentuk dengan tujuan membangun dan menjalankan program
pemerintah di kawasan Kampung Madras. Satuan tugas tersebut beranggotakan masyarakat dari berbagai etnis yang ada disana dan juga dari berbagai latar
belakang profesional yang berbeda-beda pula.
4.1.3.2.4 Informan VIII