Keuntungan pemilik merek asing tidak langsung mendaftarkan mereknya sebenarnya hanyalah cuma untuk mengulur waktu untuk pendaftaran merek saja,
padahal Undang-Undang Merek Tahun 2001 memberi pendaftaran merek asing dengan Hak Prioritas. Namun dalam praktiknya pemilik merek asing menggunakan
sikap untung-untungan, apabila terjadi masalah sengketa merek baru mendaftarkan mereknya.
Terlepas dari merek asing tersebut apabila merek yang tidak terdaftar kemudian ditiru atau digunakan orang lain dan merek yang ditiru tersebut tidak
didaftarkan, tampaknya masih dapat dilindungi oleh hukum. Walaupun Undang- Undang Merek Tahun 2001 tidak melindungi merek yang tidak terdaftar, peniruan
dan pemakaian merek seperti itu memperoleh perlindungan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata. Pemilik merek dapat menggugat peniru mereknya ke Pengadilan Niaga
berdasarkan perbuatan melanggar hukum.
3. Perjanjian Lisensi Merek Belum Dapat Didaftarkan
Setelah pemilik merek mempunyai hak atas merek karena mereknya telah terdaftar di Ditjen HKI, maka pemilik merek berhak untuk menggunakan mereknya
sendiri maupun memberi izin kepada pihakorang lain yang berminat menggunakan mereknya. Pemberian izin kepada orang lain menggunakan merek terdaftar tersebut
dituangkan di dalam perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi tersebut tidak lebih dari masa jangka waktu perlindungan merek, yaitu 10 sepuluh tahun, sebab apabila hal
tersebut tidak diindahkan maka akan merugikan penerima lisensi jika pemilik merek tidak memperpanjang jangka waktu perlindungan mereknya. Selanjutnya perjanjian
Universitas Sumatera Utara
lisensi wajib didaftarkan ke Ditjen HKI untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Dengan pencatatan tersebut secara tidak
langsung pemerintah mengakui adanya perjanjian lisensi merek, dan pihak penerima lisensi sudah dapat menggunakan merek yang dilisensikan. Di samping itu pencatatan
ke Ditjen HKI juga untuk kepentingan ketertiban pemberian lisensi merek sekaligus untuk mengontrol penggunaan merek oleh orang yang bukan pemilik terdaftar.
Sehubungan dengan pencatatan perjanjian lisensi tersebut, hingga kini belum ada peraturan pelaksanaannya. Seorang penerima lisensi merek asing yang menjadi
saksi dalam perkara pidana di bidang merek ketika memberikan keterangan di persidangan Pengadilan Negeri Tangerang tahun 2005 mengatakan, bahwa dirinya
sebagai penerima lisensi pernah datang ke Ditjen HKI untuk mencatatkan perjanjian lisensinya, tetapi tidak dapat dilayani karena peraturan pelaksanannya belum ada.
Demikian pula dikemukakan seorang saksi dari pejabat Ditjen HKI, bahwa pelayanan pencatatan perjanjian lisensi belum dapat dilaksanakan berhubung belum dibentuknya
Peraturan Pemerintah PP. Sekarang permasalahannya adalah dengan tidak dapat didaftarkannya
perjanjian lisensi terutama untuk merek asing, maka dapat terjadi pemilik merek asing dengan bebas melakukan perjanjian lisensi, sementara merek asing tersebut
belum terdaftar di Indonesia. Dengan tidak terdaftarnya merek asing dan perjanjian lisensinya juga tidak dapat didaftarkan, maka hal itu tidak dapat diawasi oleh
pemerintah. Dari tidak adanya kontrol tersebut menjadikan pihak asing leluasa mencari keuntungan di Indonesia untuk dibawa ke negaranya, dengan memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
pengusaha Indonesia bekerja keras, sedangkan pihak asing hanya bermodalkan pemberian lisensi. Dengan pemberian lisensi seorang pengusaha dapat memproduksi
barang yang bentuk dan kualitasnya sama, serta menggunakam merek asing yang dilisensikan.
4. Logo Perusahaan Sekaligus Sebagai Merek a