mereka yang bersengketa, hendak menyelesaikan dengan cara mana yang dianggap tepat.
95
Berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku di negara kita , terdapat 3 tiga lembaga yang yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa,
yaitu Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase, dan Pengadilan. Para pihak yang bersengketa dapt memilih salah satu di antara ketiga lembaga tersebut.
96
1. Alternatif Penyelesaian Sengketa APS
Lembaga APS ini diatur di dalam Bab II Undang-Undang Nomor 30 tahun 1992 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, yang menghendaki agar
para pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan sengketanya sendiri yang tujuannya tidak lain adalah untuk memperoleh kesepakatan atau perdamaian.
97
Menggunakan lembaga APS untuk menyelesaikan sengketa dikehendaki bahwa para pihak memang sudah berkehendak untuk menyelesaikan diluar pengadilan dengan
maksud agar perdamaian dengan sungguh-sungguh dapat tercapai. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur dengan jelas dan tegas
mengenai tata cara untuk mencapai kesepakatan menuju perdamaian. Sebelum undang-undang ini dilahirkan usaha perdamaian yang dilakukan oleh pihak
bersengketa mengikuti caranya sendiri, sehingga tidak ada cara yang seragam untuk
95
Gatot Supramono, SH, Mhum, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 47-50.
96
Ibid, hlm. 50-
97
Supramono. G, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Perkara Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
menjadi pegangan bagi masyarakat. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka lembaga APS digunakan sebagai alat untuk mencapai perdamaian.
Lembaga APS ini sebagai lembaga perdamaian diluar pengadilan. Dahulu sebelum lahirnya undang-undang tersebut lembaga perdamaian sudah dikenal cukup
lama oleh masyarakat. Apabila ada sengketa, masyarakat terlebih dahulu melakukan penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian, jika perdamaian tidak berhasil baru
persoalannya diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Waktu itu caranya adalah dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Mereka biasanya melakukan
negosiasitawar menawar, dan apabila tidak berhasil baru meminta pihak ketiga seperti kepala adat atau kepala desa. Pihak ketiga tersebut mengusahakan mereka
agar tercapai kesepakatan. Apabila kesepakatan tercapai maka dibuatlah perdamaian dan menjadi berakhir sengketa yang mereka hadapi.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang mengatur lembaga APS, memberikan kesan bahwa APS merupakan lembaga baru. Padahal
lembaga tersebut sebenarnya bukan lembaga baru, hanya saja aturan tertulisnya baru dituangkan pada tahun 1999 ke dalam undang-undang. Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 ini menghendaki adanya kehendak para pihak yang bersengketa dengan sungguh-sungguh menyelesaikan sengketanya dengan perdamaian. Dengan
kesungguhan niat tersebut harus pula diikuti bahwa mereka telah menutup rapat-rapat untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan. Undang-Undang tersebut
memberikan syarat bahwa mereka harus mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan sengketanya sendiri pasal 6 ayat 1. Namun kendala yang dihadapi dengan lembaga
Universitas Sumatera Utara
ini biasanya para pihak ngotot dengan pola pikir dan argumen mereka masing- masing, yang menganggap dirinya paling benar sendiri dan tidak mau disalahkan.
Untuk itu diperlukan sikap mental serta komunikasi yang baik bagi para pihak sehingga dapat tercipta suasana yang enak, ramah dan penuh kekeluargaan.
Prosedur awal adalah para pihak yang bersengketa melakukan pertemuan langsung secara face to face, kemudian melakukan negosiasi atau kata sepakat pasal
6 ayat 2. Apabila tidak tercapai kesepakatan dan mengalami jalan buntu, maka para pihak dapat meminta bantuan pihak ketiga, yang dalam hal ini penasihat ahli dan
mediator pasal 6 ayat 3. Seorang ahli dibidang tertentu dapat diminta untuk memberikan nasehat yang berhubungan dengan persoalan sengketa, sedangkan
mediator bertugas untuk melakukan mediasi guna menjembatani usaha perdamaian. Para pihak bebas dalam mencari siapa saja yang dapat menjadi penasihat ahli maupun
mediator. Penasihat ahli jumlahnya boleh lebih dari satu orang, sedangkan mediator cukup hanya satu orang. Dalam waktu maksimal 14 empat belas hari setelah pihak
penasihat ahli dan mediator tersebut masih mengalami jalan buntu juga, maka para pihak dapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga APS untuk
menunjuk lagi mediator yang lain dalam rangka untuk melanjutkan mediasinya. Dalam masa waktu paling lama 7 tujuh hari usaha mediasi harus sudah dapat
dimulai. Mediator tersebut tidak boleh bersifat pasif dengan menunggu apa yang dihendaki oleh para pihak, melainkan harus bertindak secara cakap, aktif dan
profesional dalam menjalankan tugasnya. Proses mediasi bersifat rahasia, dalam arti tidak dilakukan dimuka umum dan para pihak termasuk mediatornya memegang
Universitas Sumatera Utara
teguh kerahasiaan sengketa dan upaya penyelesaian yang dilakukan. Waktu untuk mediasi yang diberikan undang-undang maksimal 30 tiga puluh hari. Dengan
menggunakan waktu tersebut hasilnya hanya ada dua kemungkinan, yaitu tercapai atau tidaknya kesepakatan penyelesaian sengketa perdamaian. Apabila tercapai
kesepakatan atau perdamaian maka selesailah sengketa mereka. Perdamaian tersebut harus dibuat secara tertulis pasal 6 ayat 7. Ketentuan ini sejalan dengan pasal 1851
ayat 2 KUHPerdata, yang mengatakan bahwa kesepakatanperjanjian menjadi tidak sah apabila tidak dibuat secara tertulis. Keharusan untuk membuat secara tertulis itu
adalah sebagai alat bukti untuk memudahkan dalam pembuktian tentang adanya peristiwa perdamaian setelah di tanda tangani oleh kedua belah pihak. Kesepakatan
tersebut bersifat final dan mengikat tanpa harus dibuat dengan akta notaris. Apabila dibuat dengan akta notaris tidak ada masalah dan tidak dilarang oleh undang-undang.
Setelah perjanjian perdamaian yang sudah selesai dibuat secara tertulis, paling lama 30 tiga puluh hari setelah perjanjian tersebut ditanda tangani kedua belah pihak
wajib mendaftarkan perjanjian tersebut ke Pengadilan Negeri melalui Panitera Muda Hukum di wilayah hukum tempat terjadinya perjanjian perdamaian Pasal 6 ayat 7.
Setelah itu para pihak tinggal melaksanakan perjanjian perdamaian. Batas waktu pelaksanaan perjanjian tersebut paling lama 30 tiga puluh hari dihitung sejak
tanggal penandatanganan Pasal 6 ayat 8. Para pihak wajib melaksanakan perdamaian sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Apabila salah satu pihak
wanprestasi, maka tidak mungkin dilakukan upaya paksa. Pengadilan tidak dapat diminta untuk melaksanakan eksekusi karena perdamaian tersebut bukan merupakan
Universitas Sumatera Utara
putusan perdata. Jalan keluarnya, jika perdamaian tidak dipatuhi, pihak yang merasa dilanggar haknya mengajukan gugatan ke pengadilan. Gugatan diajukan bukan
berdasarkan adanya perdamaian, melainkan berdasarkan sengketa yang dihadapi pihak tersebut.
Lembaga APS ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan lembaga APS ini antara lain:
1. Sengketa dapat diselesaikan dengan lebih cepat, apabila para pihak memiliki
kesungguhan dan beritikad baik menyelesaikan sengketanya maka sengketa dapat berakhir paling lama 14 empat belas hari,
2. Para pihak leluasa mengatur sendiri tat cara penyelesaian sengketa sampai
tercapainya perdamaian, 3.
Para pihak saling menjamin kerahasiaan sengketa, 4.
Masing-masing pihak merasa puas atas hasil yang dicapai, dan 5.
Tidak dikenal adanya biaya perkara, kalaupun ada pengeluaran biaya hanya untuk kepentingan bantuan mendatangkan penasihat ahli atau moderator
dengan berdasarkan kesepakatan.
Adapun kekurangan lembaga APS ini antara lain: 1.
Lembaga APS yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 masih belum memasyarakat karena kurang sosialisasi,
2. Masih sulit diharapkan kedua belah pihak yang bersengketa konsisten dengan
dengan kesungguhan dan itikad baiknya menyelesaikan sengketa melalui lembaga APS,
3. Masih sering terjadi usaha perdamaian melalui lembaga ini mengalami jalan
buntu karena masing-masing pihak tetap bertahan pada pendapatnya semula, dan
4. Tidak ada upaya paksa dalam pelaksanaa perdamaian sehingga pihak yang
tidak mematuhi isi perdamaian dapat dengan mudah mengelak akan tanggung jawabnya.
Lembaga APS sifatnya umum karena bermacam ragam sengketa yang terjadi di masyarakat dapat diselesaikan dengan menggunakan lembaga ini. Sengketa di
bidang merek juga demikian, dapat diselesaikan melalui lembaga ini. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
demikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek hanya mengatur sengketa ganti rugi atas pelanggaran hak atas merek yang dapat diselesaikan melalui
lembaga APS. Jadi, lembaga APS hanya untuk penyelesaian ganti rugi merek saja.
2. Lembaga Arbitrase