Pengertian Merek Dagang Terkenal Menurut Pendapat Para Sarjana Dan

tersebut telah berwawasan globalisasi dan dapat disebut sebagai merek yang tidak mengenal batas dunia”. 68 Selain dari itu, untuk menentukan dan mendefenisikan suatu merek adalah merek terkenal atau merek biasa maka diserahkan kepada hakim atau pengadilan untuk memberikan penilaian dalam penyelesaian sengketa merek.

C. Pengertian Merek Dagang Terkenal Menurut Pendapat Para Sarjana Dan

Konvensi Internasional Pengertian dalam merek dapat ditemukan dalam beberapa literatur Hak Kekayaan Intelektual, yakni pendapat para sarjana yang coba memberi rumusan tentang merek, antara lain dikemukakan oleh: a. R.M. Suryodiningrat, yang menyatakan bahwa: “Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus pada bungkusnya dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakan dari barang sejenis hasil dari perusahaan lain, tanda inilah yang disebut merek perusahaan”. 69 b. Saidin, yang menyatakan bahwa: “Merek adalah suatu tanda sign untuk membedakan barang-barang yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang sejenis yang dihasilkan orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa”. 70 c. Sudargo Gautama, yang menyatakan bahwa: 68 Lihat Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 426 PKPdt1994, Tanggal 03 November 1995. 69 Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual Di Bidang Hak Cipta, Paten, Merek, Yrama Widya, Bandung, Cetakan I, 2002, hlm. 32. 70 Saidin, Op.Cit, hlm. 264. Universitas Sumatera Utara “Menurut perumusan pada Paris Convention, maka trademark atau merek pada umumnya didefinisikan sebagai usaha tanda yang berperan untuk membedakan barang-barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari perusahaan lain”. 71 d. W.J.S Poewadarminta, dalam kamus hukumnya menyatakan: “Merek adalah cap atau tanda yang menyatakan nama dan sebagainya; keunggulan, kegagalan dan kualitas” 72 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merek merupakan tanda pengenal, ciri, bukti atau lambang suatu barang, dimana hal ini yang membedakannya dengan barang lainnya. e. Pengertian merek yang serupa juga ditemui dalam Black Law Dictionary yang menyebutkan: “Trademark is a distinctive mark of authenticity through which the product of particular manufacturers or the rendible commondities of particular merchants may be distinguished from those of others”. 73 Merek adalah suatu tanda autentisitas khususspesifik yang membedakan produk dari pabrik- pabrik tertentu atau komoditas dari pedagang-pedagang tertentu dari produk atau komoditas dari pabrik-pabrik ataupun pedagang-pedagang yang lainnya. Menurut Henry Campbell Black, pada awalnya merek disamakan dengan bentuk “silang” sebagai pengganti tanda tangan bagi seseorang yang tidak pandai menulis dalam pembuatan surat atau dokumen. Selain itu juga merujuk pada padanan katanya, yaitu mark dengan brand yang bermakna simbol, 71 Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual Di Bidang Hak Cipta, Paten, Merek, Yrama Widya, Bandung, Cetakan I, 2002, hlm. 32. 72 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, hlm. 117. 73 Henry Campbell Black, M.A, Black Law Dictionary St. Paul, Minnesota: West Publishing, Co.,1979 Fifth edition, page 1338. Universitas Sumatera Utara tanda, sebutan atau kombinasi darinya baik secara visual maupun oral dengan tujuan untuk dipergunakan mengidentifikasi beberapa produk atau jasa. 74 Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek disebutkan: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”. 75 Dari penjelasan tersebut, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa merek adalah tanda yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dengan demikian secara teoritis konsumen dapat menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Apabila ada beberapa jenis merek untuk satu jenis barang yang sama, maka disini yang menentukan adalah kualitas barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen, untuk itulah dirasa perlu adanya perlindungan terhadap merek agar produk yang ada dapat dilindungi. Seperti pada umumnya setiap konsumen yang menginginkan suatu merek misalnya peminat merek “Giordano” dengan alasan prestige prestise dan berkualitas, tentu akan mencari barang dengan merek tersebut, dan jika ada pemalsuan atau peniruan terhadap merek ini sehingga konsumen terkecoh, tentu akan sangat merugikan pihak produsen dan konsumen. Di Indonesia acuan yang dipakai dalam membahas perlindungan merek terkenal adalah Pasal 6 bis 74 M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 1992, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 176. 75 Pasal 1 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. Universitas Sumatera Utara Konvensi Paris, 76 yang menafsirkan secara implisit yaitu, apabila merek-merek itu telah didaftarkan di berbagai negara dan telah dipergunakan dalam kurun waktu lebih dari 20 dua puluh tahun maka dapat dianggap sebagai merek terkenal. f. Menurut Bambang Koesewo, prinsip yang diatur dalam Pasal 6 bis Konvensi Paris masih begitu sederhana, dengan pengaturan sebagai berikut: 77 1. Negara peserta diminta menolak, baik atas perundang-undangan merek yang dimiliki, atau atas dasar permintaan pihak lain yang berkepentingan, permintaan pendaftaran atau membatalkan pendaftaran, dan melarang penggunaan merek yang sama dengan, atau merupakan tiruan dari dan seterusnya dan suatu merek yang: a. Menurut pertimbangan pihak yang berwenang di negara penerima pendaftaran merupakan merek terkenal atau telah dikenal luas sebagai merek milik seseorang yang berhak memperoleh perlindungan sebagaimana diatur dalam konvensi; b. Digunakan pada produk yang sama atau sejenis. 2. Jangka waktu untuk minta pembatalan setidaknya 5 lima tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran merek yang menyerupai merek terkenal itu; dan 3. Kalau pendaftaran dilihat dengan itikad buruk, tidak ada batas waktu untuk meminta pembatalan. Pasal 6 bis Konvensi Paris ini kemudian diadopsi kedalam Pasal 16 ayat 2 dan ayat 3 Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIP’s: 2 Article 6 bis of the Paris Convention 1967 shall apply, mutatis mutandis to services, in the dermining whether a trademarks is well known, member shall take account of the knowledge of a trademarks in the relevant sector of the publish including knowledge in the member of the promotion of the trademarks. Artikel 6 bis Konvensi Paris tahun 1967 menerapkan unsur mutatis mutandis terhadap sektor pelayanan jasa dalam menetapkan apakah suatu merek sudah dikenal, anggota akan mempelajari sejauh 76 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris versi Stockholm melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun1979 tetapi dengan menyampingkan Pasal 28 ayat 1 dan Pasal 1 sampai dengan Pasal 12. Dapat ditafsirkan, untuk pasal-pasal tersebut yang diikuti adalah Konvensi Paris versi London sebagaimana yang telah diikuti oleh Belanda pada jaman penjajahan yang kemudian diikuti Indonesia, walau saat itu Indonesia telah merdeka. 77 Erma Wahyuni, T. Saiful Bahri, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Op.Cit, hlm. 138. Universitas Sumatera Utara mana merek-merek tersebut dikenal pada sektor publik yang relevan termasuk pengetahuan anggota tentang mempromosikan merek-merek tersebut. 3 Article 6 bis of the Paris Convention 1967 shall apply, mutatis mutandis to goods or services which are not similar to those in respect of which trademarks is registered, provided that use that trademarks in relation to those goods or services would indicate a connection between those goods or services and the owner of the regitered trademarks and provided that the interest of the owner of the registered trademarks are likely to be damage by such use. Artikel 6 bis Konvensi Paris tahun 1967 menerapkan unsur mutatis mutandis terhadap barang dan jasa yang tidak serupa dengan barang dan jasa yang ada hubungannya dengan merek- merek yang terdaftar, jika pengunaan merek-merek tersebut dalam hubungannya dengan barang dan jasa tersebut mengindikasikan adanya suatu hubungan antara barang-barang dan jasa tersebut dan pemilik merek-merek yang terdaftar tersebut dan jika kepentingan si pemilik merek-merek yang sudah terdaftar tersebut mungkin akan terganggu oleh penggunaan merek tersebut. g. Dalam bukunya Abdulkadir Muhammad menyatakan bahwa: “Merek terkenal adalah merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau badan, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Dengan pengertian bahwa bila masyarakat menyenangi suatu merek bukan berarti yang disenangi itu hanya mereknya saja namun barang yang menggunakan merek tersebut diyakini barang yang bermutu tinggi yang sesuai dengan selera masyarakat”. Dapat disimpulkan bahwa barang ber-merek adalah barang yang bermutu tinggi sehingga mencerminkan mutu barang yang tinggi dan dikenal masyarakat melalui promosi yang gencar dan terus-menerus seperti melalui iklan yang menarik. 78 h. T. Mulya Lubis dan Insan Budi Maulana menyatakan bahwa: “Suatu merek dinyatakan terkenal adalah apabila telah didaftarkan di dalam dan luar negeri, digunakan di negara yang bersangkutan, serta dikenal luas 78 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 230. Universitas Sumatera Utara oleh anggota masyarakat. 79 Persyaratan diatas telah meliputi suatu proses sebab dan akibat, sehingga merek itu menjadi dan dinyatakan sebagai merek terkenal”. i. Annete Kur IIC, Vol.23, No.21992 telah memilah merek terkenal atas dua konsep yaitu ”masyhur” renown dan “reputasi” reputation. Konsep “masyhur” dianggapnya sebagai konsep hukum merek secara tradisional. Dalam konsep ini kriteria yang esensi adalah “kuantitas”. Suatu merek mempunyai tingkat kemasyhuran dinyatakan dalam presentase sejauh mana masyarakat atau kelompok tertentu akrab dengan merek tertentu. Kekurangan konsep ini adalah apabila konsep ini terlalu kaku diterapkan misalnya apabila ditentukan tingkat minimum untuk suatu tingkat kemasyhuran itu ternyata tidak dipenuhi. Konsep kemasyhuran ini sebenarnya dapat menimbulkan salah pengertian pada masyarakat umum apabila digunakan oleh pihak yang tidak berwenang. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, hingga sekarang belum didapati defenisi merek terkenal yang dapat diterima secara umum, Pasal 16 ayat 2 Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIP’s sendiri hanya berhasil membuat kriteria sifat keterkenalan suatu merek dengan memperhatikan faktor pengetahuan tentang merek dikalangan tertentu dalam masyarakat, termasuk pengetahuan negara peserta tentang kondisi merek yang bersangkutan, yang diperoleh dari hasil promosi merek tersebut. 79 Leden Marpaung, Op.Cit, hlm. 182-183. Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pasal 12 ayat 2 Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIP’s kemudian di adopsi oleh penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, walaupun belum berhasil membuat defenisi merek terkenal, namun telah mencoba memberikan kriteria merek terkenal. Penjelasan Pasal 6 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001, kriteria merek terkenal selain memperhatikan pengetahuan umum masyarakat, penentuan juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang diperoleh karena promosi yang dilakukan oleh pemiliknya disertai dengan bukti pendaftaran merek tersebut dibeberapa negara. Konsep lain adalah “mempunyaimendapat prestasi” having reputation yang dianggap modern dan pendekatannya lebih luwes. Reputasi suatu merek berarti independent attractiveness keatraktifan yang bebas yang juga dapat digambarkan sebagai suatu advertising value nilai atas suatu iklan. Jadi kriteria utama konsep ini adalah “kualitas”. Berarti kriteria ini mengacu pada suatu kualitas tertentu suatu merek dari pada kuantitas. Dalam interpretasi ini, jika dihubungkan dengan perlindungan merek yang lebih luas maka pendekatan kualitas merupakan pendekatan yang lebih realistis. Disamping menurut undang-undang, pendapat para sarjana dan konvensi- konvensi reputasi merek terkenal yang diperoleh oleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di berbagai negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri independent untuk melakukan survey guna memperoleh kesimpulan mengenai merek terkenal atau tidaknya yang Universitas Sumatera Utara menjadi dasar penolakan. Dengan demikian akan dipakai ekspertise atau kesaksian dari export yang mengadakan market riset untuk menentukan bagaimana sebenarnya suatu merek tersebut sudah dikenal dalam masyarakat atau belum. 80 Seperti di Jerman, Perancis dan Italia, pengadilan memutuskan suatu merek tersebut terkenal berdasarkan survey pasar yang dilakukan secara objektif. Apabila survey pasar membuktikan bahwa 80 delapan puluh persen lebih masyarakat mengenal merek tersebut, maka merek tersebut dapat dikategorikan sebagai merek terkenal. Sedangkan di Perancis, penentuan terkenalnya suatu merek hanya didasarkan pada polling 20 dua puluh persen dari masyarakat yang mengetahui merek tersebut. Dengan kekurangan pengaturan dalam persetujuan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIP’s, dan timbulnya antipati yang kurang menguntungkan, kembali dihidupkan jalur WIPO melalui prakarsa pembuatan persetujuan baru di bidang merek yang dirancang khusus bagi Protection of Well Known Marks perlindungan terhadap suatu merek terkenal. Persetujuan tersebut hingga kini masih dirundingkan, dan khusus dibuat untuk memberi jabaran rinci tentang merek terkenal saja. Di dalam rancangan persetujuan yang dirundingkan tersebut, setidaknya akan hadir 2 dua norma baru, yakni: 1. Upaya memperjelas pengertian relevant sector of the public kalangan masyarakat tertentu dalam kaitannya dengan merek terkenal dengan mengajukan identifikasi dalam dua unsur penentu: hanya terbatas pada konsumen potensial saja; dan jaringan distribusi dan lingkungan bisnis yang biasa dengan merek terkenal pada umumnya; 80 Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, Op. Cit, hlm. 69. Universitas Sumatera Utara 2. Upaya penentuan elemen untuk merek bangunan, pengertian merek terkenal yang meliputi 12 dua belas unsur, yakni: a Jangka waktu, lingkup, dan wilayah penggunaan merek, b Pasar, c Tingkat daya pembeda, d Kualitas nama baik, e Luas sebaran pendaftaran di dunia, f Sifat ekslusifitas, g Luas sebaran pengguna di dunia, h Tingkat ekslusifitas, i Nilai perdagangan dari merek, j Rekor perlindungan hukum yang berhasil diraih, k Hasil litigasi dalam penentuan merek terkenal, dan l Intentisitas pendaftaran merek lain yang mirip dengan merek yang bersangkutan. 81 D. Merek Dagang Terkenal Mencakup Barang Sejenis dan Tidak Sejenis Dalam Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dinyatakan bahwa permohonan pendaftaran ditolak jika mempunyai persamaan dalam pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang atau jasa sejenis. Kemudian dalam Pasal 6 ayat 2 ketentuan sebagai dimaksud dalam ayat 1 sub b, dapat diberlakukan barang atau jasa tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Mengenai hal ini persamaan pada pokoknya pada barang yang tidak sejenis, masih diharapkan Peraturan Pemerintah yang akan dibuat. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 masih dikatakan bahwa yang diutamakan persamaan pada pokonya atau keseluruhannya dengan milik merek orang 81 Jurnal Hukum, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perkembanganya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1999, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan jasa sejenis yang termasuk dalam 1 satu kelas. Di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dapat dilihat pengertian yang lebih luas. Dalam penjelasan resmi Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dinyatakan mengenai ayat 1 huruf a yang dimaksud persamaan dalam pokoknya adalah kemiripan adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek lain, dan ini dapat menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur atau persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut. Dalam huruf b dinyatakan penjelasan resmi bahwa penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pendapat umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Apabila suatu merek terkenal telah didaftarkan untuk suatu barang atau jasa tertentu dan kemudian merek tersebut dipakai untuk barang atau jasa yang tidak sejenis dengan barang atau jasa yang pertama kali memakai merek terebut, persyaratannya ialah pemakai merek tersebut memberikan indikasi adanya suatu hubungan antara barang atau jasa dan pemilik dari merek terkenal itu serta dengan ketentuan bahwa kepentingan merek terkenal tersebut cenderung mendapat kerugian karena itu. Dalam Pasal 6 ayat 3, Pasal 16 ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, disebutkan bahwa kantor merek dapat menolak permintaan pendaftaran merek yang terkenal milik orang lain. Ketentuan ini dapat diberlakukan Universitas Sumatera Utara terhadap barang atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu. Dalam prakteknya kriteria yang berkenaan dengan pendaftaran merek terkenal pada umumnya pembuktian di muka pengadilan yang dipakai sebagai acuan bahwa merek tersebut terkenal atau tidak adalah bahwa merek tersebut telah didaftarkan di dalam negeri, negara asalnya serta juga didaftarkan di negara-negara lain, selain dari faktor promosi dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB TERJADINYA

SENGKETA MEREK DAGANG TERKENAL DI INDONESIA

A. Faktor-Faktor Penyebab Sengketa Merek Dagang Terkenal

Dokumen yang terkait

Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan Agama Medan

17 361 123

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek(Studi Kasus Pada Putusan-Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

1 41 156

Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Sengketa Merek Terkenal (Studi Atas Putusan Pengadilan)

0 32 136

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DI LEMBAGA KEUANGAN MELALUI PENGADILAN Penyelesaian Sengketa Wanprestasi di Lembaga Keuangan Melalui Pengadilan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DI LEMBAGA Penyelesaian Sengketa Wanprestasi di Lembaga Keuangan Melalui Pengadilan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 13

TINJAUAN PEMBATALAN MEREK DAGANG (STUDI DI PENGADILAN NIAGA SEMARANG) Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 2 12

PENDAHULUAN Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 1 15

TINJAUAN PEMBATALAN MEREK DAGANG (STUDI DI PENGADILAN NIAGA SEMARANG) Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 1 19

ANALISIS PRINSIP FIRST TO FILE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAGANG ASING DI PENGADILAN : STUDI TENTANG GUGATAN PENCABUTAN HAK MEREK

1 1 13