Passing Off Pengabaian Perlindungan Merek Dagang Terkenal 1. Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Di Indonesia

konsumen tidak memiliki waktu untuk meneliti merek tersebut dengan kata lain produk yang lebih murah lebih mudah membingungkan konsumen barang yang harganya lebih mahal. 2. Situasi pada saat barang-barang tersebut dijual. Sebagai contoh, apakah konsumen bertanya pada pramuniaga tentang merek tertentu atau konsumen mengambilmemilih sendiri barang tersebut. Perlindungan merek terkenal merupakan salah satu aspek penting dari hukum merek. Kepentingan ekonomi dari merek-merek terkenal diakui dalam perjanjian internasional WIPO Bab XX. Salah satu ciri utama merek terkenal adalah bahwa reputasi merek terkenal tidak hanya terbatas pada pada produk tertentu atau jenis produk, para konsumen dapat menyaksikan bahwa hampir seluruh jenis barang yang tidak berhubungan dengan merek terkenal telah dieksploitasi untuk jenis barang dan jasa yang berbeda, seperti pada merek-merek Caterpillar dan Porsche. Ciri lain dari merek terkenal adalah bahwa perlindungan diberikan dalam hubungan pemakaian secara umum dan tidak hanya berhubungan dengan jenis barang-barang dimana merek tersebut didaftarkan.

3. Passing Off Pengabaian

Reputasi atau itikad baik dalam dunia bisnis dipandang sebagai kunci sukses atau kegagalan dari sebuah perusahaan. Banyak pelaku usaha berusaha keras untuk mendapatkan dan menjaga reputasi mereka dengan mempertahankan kualitas produk dan memberi jasa kelas satu kepada para konsumen. Kalangan pelaku usaha mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk keperluan periklanan dan membangun reputasi produk baru atau mempertahankan reputasi dari produk yang telah ada. Hukum melindungi orang-orang yang memiliki reputasi dari orang-orang Universitas Sumatera Utara yang ingin ikut dengan terkenal dengan memakai merek orang lain. Meskipun reputasi bukan sesuatu yang berwujud, hukum memandang reputasi ini sebagai sesuatu yang harus dilindungi, dimana undang-undang melindungi merek terdaftar dan mempunyai kesempatan terhadap pemegang merek untuk menuntut seseorang yang tidak berhak. Dalam Passing Off hal-hal tersebut diatas memang dilindungi, dimana kompetitor lain tidak dapat menggunakan merek-merek, tulisan-tulisan, kemasan atau indikasi lain yang akan mendorong pembeli meyakini bahwa barang-barang yang dijual mereka diproduksi oleh orang lain. Jadi Passing Off mencegah orang-orang untuk melakukan 2 dua hal, yaitu: 1. Menampilkanmenyebabkan anggapan bahwa barangjasanya adalah barangjasa orang lain. 2. Menimbulkan anggapan bahwa barang jasanya ada hubungan dengan barangjasa penggugat. 92 Tetapi Passing Off ini tidak pernah dilakukan dalam menyelesaikan kasus pelanggaran reputasi di Indonesia, namun dasar hukum untuk melakukan Passing Off di Indonesia ada berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan bahwa: “a Pelaku usaha harus melakukan usahanya dengan itikad baik...” Ketentuan diatas mirip dengan Pasal 52 Undang-Undang Praktek Perdagangan Australia 1974 dimana ketentuan tersebut menyatakan “Suatu perusahaan dalam perdagangan dan perniagaan tidak diperkenankan terlibat dalam Universitas Sumatera Utara tipu muslihat atau kecurangan atau kecenderungan menyesatkan atau mencurigai”. 93 Pasal 52 ini telah dipakai sebagai dasar persidangan untuk memeriksa perusahaan- perusahaan yang telah menurunkan reputasi perusahaan lain. Tindakan tipu muslihat dan penyesatan adalah bagian dari tindakan yang dapat dikategorikan sebagai itikad tidak baik. Untuk memenangkan kasus Passing Off di Australia sendiri, penggugat harus membuktikan tiga hal, yaitu: 1. Penggugat mempunyai reputasi, 2. Tergugat menipu konsumen sehingga konsumen berfikir bahwa produk itu milik tergugat, bukan milik penggugat, dan 3. Penipuan tersebut merugikan penggugat. 94 Penggugat mempunyai reputasi maksudnya adalah jika penggugat tidak mempunyai reputasi di daerah negara tempat Passing Off terjadi, penggugat tidak akan berhasil dalam kasus Passing Off. Sebagai contoh, sebuah produk yang lama telah dikenal di Indonesia seperti Aqua mempunyai reputasi yang bagus di Indonesia, namun merek produk Aqua mempunyai kemungkinan memilik sedikit peluang untuk menuntut berdasarkan Passing Off di Amerika karena produk tersebut jarang ditemui di Amerika, dengan kata lain tidak mempunyai reputasi atau tidak dikenal luas di Amerika. Anggapan yang salah dapat timbul jika tergugat menggunakan nama, slogan, tampilan atau logo yang sama atau mirip dengan milik penggugat. Anggapan 92 Tim Lindsay, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT Alumni, 2002, hlm. 152. 93 Ibid, hlm. 153. 94 Tim Lindsay, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT Alumni, 2002, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara keliru ini meyebabkan konsumen mengasosiasikan produk tergugat dengan milik penggugat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah dengan menjiplak kemasan atau ciri dari produk lain. Cara pengadilan dalam memutuskan bahwa telah terjadi penipuan atau membingungkan masyarakat ini telah terjadi dan apakah Passing Off dapat diberlakukan adalah dengan memperhatikan bahwa barang tersebut dikenali oleh konsumen sebagai barang yang asli tanpa ada keraguan pada konsumen. Maksud dari kerugian dalam kasus Passing Off adalah bahwa representasi yang menyesatkan dari tergugat telah menyebabkan kerugian yang nyata sehingga penggugat dapat mengalami kerugian dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Penggugat dapat menunjukan bahwa bisnisnya sudah menderita kerugian baik dalam itikad baiknya maupun bisnisnya. Penurunan itikad baik dapat disebabkan oleh diversi perdagangan tergugat sebagai akibat dari anggapan keliru tergugat yang menciptakan kesan palsu seolah-olah jasa atau barang dari penggugat dan tergugat adalah sama atau mempunyai karakter yang sama, sehingga mengurangi ke-eksklusifan atau produk penggugat. 2. Penggugat dapat menunjukan bahwa tergugat merusak potensi penggugat untuk mempergunakan itikad baiknya di masa yang akan datang. 3. Penggugat telah kehilangan kesempatan untuk mengembangkan usahanya di bidang lain. Dengan demikian dapat kita lihat dalam sengketa merek terkenal selain berdasarkan Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 dapat juga menggunakan Passing Off, yang akan menggunakan Passing Off ini harus memenuhi beberapa kriteria yang telah disebutkan diatas. Kesempatan untuk memenangkan perkaranya pun sangat tergantung dari reputasi dan pengetahuan umum terhadap eksistensi merek tersebut. Universitas Sumatera Utara

B. Penyelesaian Atas Sengketa Merek Dagang Terkenal

Dokumen yang terkait

Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan Agama Medan

17 361 123

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatalan Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek(Studi Kasus Pada Putusan-Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

1 41 156

Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Sengketa Merek Terkenal (Studi Atas Putusan Pengadilan)

0 32 136

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DI LEMBAGA KEUANGAN MELALUI PENGADILAN Penyelesaian Sengketa Wanprestasi di Lembaga Keuangan Melalui Pengadilan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DI LEMBAGA Penyelesaian Sengketa Wanprestasi di Lembaga Keuangan Melalui Pengadilan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 13

TINJAUAN PEMBATALAN MEREK DAGANG (STUDI DI PENGADILAN NIAGA SEMARANG) Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 2 12

PENDAHULUAN Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 1 15

TINJAUAN PEMBATALAN MEREK DAGANG (STUDI DI PENGADILAN NIAGA SEMARANG) Tinjauan Pembatalan Merek Dagang (Studi Di Pengadilan Niaga Semarang).

0 1 19

ANALISIS PRINSIP FIRST TO FILE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEREK DAGANG ASING DI PENGADILAN : STUDI TENTANG GUGATAN PENCABUTAN HAK MEREK

1 1 13