Semiotika Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA

orang sekitarnya. Dia benar-benar ingin merasakan bagaimana disayang oleh orang lain. Namun dia seorang anak yang mempunyai tekad yang bulat yang tidak mau kalah oleh kerasnya cobaan hidup, dia tetap memegang teguh bahwa suatu saat dia pasti berhasil mendapatkan dan menjadi apa yang dia inginkan. Dia tetap mencintai keluarganya, tetap menjadikan sang ayah sebagai sosok pahlawan di hidupnya. Dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Akhirnya dia mendapatkan keluarga yang selama ini diimpikan dan dicarinya, keluarga normal yang sangat mencintai dia dengan sepenuh hati juga mendukungnya untuk meraih apa yang dia cita-citakan dari kecil. Yang mampu melihatnya dari sisi lain, bukan hanya seorang anak yang nakal dan kurang kasih sayang, namun mempunyai bakat yang besar. Hingga sekarang jalannya untuk menemukan jati dirinya semakin terbuka lebar. Dia mempunyai keluarga, dan dia sukses menjadi apa yang dia inginkan. Meninggalkan segala masa lalu nya yang penuh pertanyaan dan memulai hidup baru.

2.7 Semiotika Komunikasi

Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani “semion” yang berarti “tanda” atau “sign” dalam bahasa inggris, adalah ilmu yang memperlajari sistem tanda seperti : bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum semiotika didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile and olfactory semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indra yang kita miliki, ketika tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Sobur, 2004:30 Dalam kajian ini, huruf dan kalimat jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya memiliki arti significant dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda denga apa yang ditandakan signife sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan Sobur, 2004:17. Sehubungan dengan pandangan tersebut, maka perlu diberikan catatan bahwa bahasa yang digunakan didunia ini ada yang diciptakan sendiri, yaitu bahasa yang tidak berkembang dengan sendirinya, seperti tanda lalu lintas dan sistem kaidah yang berlaku dalam logika. Terdapat juga sistem tanda sekunder yang berfungsi didalam rangka sebuah sistem primer, seperti dalam bahasa alam. Singkatnya bahasa itu tidak hanya biasa kita jumpai secara umum, tetapi juga terdapat bahasa-bahasa diluar itu. Pandangan bahasa seperti inilah yang ada dalam semiotika. Pada dasarnya semiotika dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah, yaitu : S s,i,e,r,c S adalah untuk semiotic relation hubungan semiotik; s untuk sign tanda; i untuk interpreter penafsir, e untuk effect pengaruh. Misalnya suatu disposisi pada i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s.r untuk reference rujukan; dan c untuk context konteks atau condition kondisi Sobur, 2004:17 Awal mulanya konsep semiotika diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat atomistis. Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enak faktor dalam komunikasi, yaitu pengirin komunikator, penerima kode sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan hal yang dibicarakan. Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu, lebih mengutamakan segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya Sobur, 2004:15.

2.8 Semiologi Roland Barthes

Dokumen yang terkait

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 3 15

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 14

INTRODUCTION Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 9

BIBLIOGRAPHY Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 4

CHILD ABUSE IN DAVE PELZER’S TRILOGY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 13

INTRODUCTION Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 14

BEHAVIORIST ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

SOCIOLOGICAL ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

BIBLIOGRAPHY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 5

REPRESENTASI PENCARIAN JATI DIRI DALAM NOVEL “THE LOST BOY” KARYA DAVE PELZER (studi semiologi representasi pencarian jati diri seorang anak dalam novel “the lost boy” karya dave Pelzer)

1 2 18