Kode Proaretik Hasil Analisis Data

Dia merasa sekolah bukanlah satu-satunya kunci untuk menuju keberhasilan. Namun ilmu-ilmu juga bisa diperoleh diluar dinding sekolah, dengan proses pembelajaran yang formal. Dia merasa bahwa lama-lama bersekolah juga tidak pasti merubah hidupnya. Dia tahu apa yang dia butuh dan dia sukai. Dia merasa bahwa waktunya harus lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang dia butuhkan sekarang. Dia membutuhkan uang, dan dia lebih suka mencari uang untuk hidupnya. Dia merasa tidak terlalu begitu bodoh sehingga dia lebih memilih bekerja daripada harus bersekolah. Pekerjaan lah yang terpenting, karena dari dulu dia juga sudah diajarkan secara tidak langsung oleh kenyataan untuk bisa hidup mandiri dan mencukupi hidupnya sendiri.

D. Kode Proaretik

Leksia 1 Halaman 12 “Aku berjanji pada diriku sendiri aku tak akan pernah mau pulang lagi. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan, berusaha mati-matian untuk tetap bertahan terhadap berbagai pukulan yang menyiksa, dan mengais-ngais tempat sampah untuk bisa makan, kini aku tahu bagaimanapun aku akan tetap hidup” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan Proaretik yaitu kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”. Dari kata-kata ini menunjukan adanya sebuah tindakan yang rasional, yaitu “mengais-ngais tempat sampah untuk bisa makan”. Mungkin mengais tempat sampah pada umumnya adalah hal yang sangat jorok, dan mungkin tidak rasional harus makan dari tempat sampah. Namun dengan keadaan David seperti ini, hal ini menjadi rasional. Ini dilakukan David karena tidak mempunyai pilihan lain. Satu-satunya cara agar dia tetap hidup adalah makan, dan satu-satunya cara untuk bisa makan adalah memakan apa saja yang bisa dia makan, baik itu makanan baru ataupun lama, sehat ataupun tidak, dan tidak mengenal dari mana asal makanan itu. Yang terpenting adalah itu sesuatu yang bisa dimakan, bisa sedikit ‘mengganjal’ perut agar tidak mati. Dan itulah yang dilakukan David untuk meneruskan hidupnya dan mendapatkan apa yang dicarinya. Dari leksia ini juga menunjukan bahwa segala apapun yang dia lakukan adalah demi kelanjutan hidupnya. Dia mengeraskan hati dan berjanji tidak akan pulang. Walaupun terlihat sebagai anak yang tidak tahu diri tidak mau pulang kerumah, namun ini dilakukan karena dia tidak mau lagi merasakan kekejaman ibunya. Dimana dia selalu hidup dalam ketakuta, dia berusaha menahan pukulan yang menyiksa, semuanya harus dialami saat bersama ibunya. Dan bagaimanapun dia harus bertahan hidup walaupun dia harus tidak kembali kerumah ibunya. Dia tahu bagaimana caranya bertahan hidup sekarang. Leksia 8 Halaman 155 “Tanpa mempertimbangkan apa-apa lagi aku berlari ke kamar, mengambil semua uang yang kusimpan dalam toples, menyambar jaket, dan bergegas menuruni tangga. Dengan rasa percaya diri kukeluarkan sepedaku, lalu dengan sengaja kubanting pintu lebih keras dari biasanya. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan Proaretik yaitu kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”. Dari leksia ini bisa dilihat bahwa ada tindakan yang terjadi, yaitu mengambil semua uang, menyambar jaket, dan menuruni tangga. Juga mengeluarkan sepeda, dan membanting pintu. David sudah terbiasa hidup untuk dirinya sendiri. Dia mungkin membangkang, tapi dia akan melakukan apa yang dia senangi. Dari menjadi anak baik, sabar, hingga paling nakal pun pernah dirasakannya. Dan saat dia sedang senang ‘membangkang’ dan merasa sudah tidak nyaman ditempat itu, dia akan melakukan sesuatu berdasarkan logikanya. Saat dia harus tetap dirumah dan dia bosan, lalu dia melihat sesuatu diluar sana yang dia rasa sangat menyenangkan, akan dilakukannya. Sehingga saat dia merasa sudah tak tahan dirumah, dia pun memutuskan untuk kabur. Saat sesuatu yang menyenangkan terlintas di otaknya, dia akan melakukan hal tersebut dengan bersemangat. Dengan sungguh percaya diri bahwa yang dilakukannya benar. Dia pernah mengalami hal terburuk, sehingga kabur dari rumah bukanlah hal yang besar baginya. Namun dia tetap meninggalkan kesan, dan ingin memberitahu kepada orang lain bahwa dia tidak suka dengan apa yang disuruh kepadanya dan dia memilih jalan sendiri. Ini terlihat dari kata “dengan sengaja kubanting pintu lebih keras dari biasanya”. Dia berharap ada orang yang tahu, dan sadar apa yang dirasakan dan ingin dilakukannya. Dan keputusan nya saat ini adalah tindakan yang paling benar dan harus dilakukan baginya.

E. Kode Gnomic

Dokumen yang terkait

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 3 15

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 14

INTRODUCTION Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 9

BIBLIOGRAPHY Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 4

CHILD ABUSE IN DAVE PELZER’S TRILOGY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 13

INTRODUCTION Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 14

BEHAVIORIST ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

SOCIOLOGICAL ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

BIBLIOGRAPHY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 5

REPRESENTASI PENCARIAN JATI DIRI DALAM NOVEL “THE LOST BOY” KARYA DAVE PELZER (studi semiologi representasi pencarian jati diri seorang anak dalam novel “the lost boy” karya dave Pelzer)

1 2 18