Kode Gnomic Hasil Analisis Data

Dengan sungguh percaya diri bahwa yang dilakukannya benar. Dia pernah mengalami hal terburuk, sehingga kabur dari rumah bukanlah hal yang besar baginya. Namun dia tetap meninggalkan kesan, dan ingin memberitahu kepada orang lain bahwa dia tidak suka dengan apa yang disuruh kepadanya dan dia memilih jalan sendiri. Ini terlihat dari kata “dengan sengaja kubanting pintu lebih keras dari biasanya”. Dia berharap ada orang yang tahu, dan sadar apa yang dirasakan dan ingin dilakukannya. Dan keputusan nya saat ini adalah tindakan yang paling benar dan harus dilakukan baginya.

E. Kode Gnomic

Leksia 18 Halaman 290 “Mr. Marsh menyarankan aku untuk masuk militer, dan aku langsung mencoba mendaftarkan diri. Tetapi karena usiaku masih setingkat siswa kelas satu sekolah lanjutan atas, aku harus mengikuti aptitude test-tes bakat berdasarkan kecerdasan-dan ternyata aku gagal total. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti berhasil melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan formal di sekolah” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan Gnomic yang berwujud sebagai semacam suara kolektif yang anonym dan otoritatif, bersumber dari pengalaman manusia yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkanya sebagai pengetahuan tau kearifan wisdom yang terus menerus dirujuk oleh teks atau menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu wacana. Dari leksia ini terdapat kebudayaan dalam masyarakat, yaitu, untuk militer pasti ada aturan untuk mengikuti aptitude test-tes bakat berdasarkan kecerdasan untuk anak seusia SMA. Masuk militer lebih dikenal ketat dan susah. Namun disini David bisa mengubah penilaian tersebut. Dia memang gagal masuk militer, padahal dia juga sudah menyukainya, namun dia tetap percaya diri. Dia tetap optimis bahwa dia pasti bisa masuk militer. Mungkin hanya belum saatnya saja. Dan dia tetap yakin, bahwa mengikuti sekolah formal bukanlah satu-satunya cara. Dia tetap berkeyakinan teguh, bahwa orang bisa sukses walaupun tanpa mengikuti sekolah formal. Yang terpenting adalah kemauan keras. Dan optimisme tinggi pun menjadi salah satu hal yang penting. David membuktikan dia adalah anak yang tidak mudah menyerah, walaupun dia telah mengalami kegagalan namun dia tetap yakin apa yang dilakukan dan dipercayai benar dan suatu saat dia pasti bisa. Dia tidak pernah menyerah. Dari saat dia tidak tahu apa-apa, kemudian mulai mengetahui jati dirinya samara-samar, orang lain mulai membukakan pikirannya, hingga akhirnya tinggal selangkah lagi dia bisa menemukan jati dirinya, apa yang selama ini dia cari, dia cita-citakan, dan bertahun-tahun dia menunggu saat ini dengan penuh banyak pengorbanan, dia tidak akan pernah melepaskannya begitu saja. Karena dia merasa bahwa ini lah jawaban dari semuanya. Dari analisis data 19 leksia diatas dijelaskan bahwa untuk menemukan jati diri memang tidak mudah. Pencarian jati diri adalah sebuah proses yang memakan waktu yang lama, tidak bisa dipastikan kapan akan ditemukan. Dan pencarian diri pasti membutuhkan banyak pengorbanan. Juga membutuhkan banyak pemikiran- pemikiran dan respon yang cepat terhadap semua yang terjadi. Yang terpenting adalah sifat optimis yang tinggi, dan tidak mudah menyerah. Respon yang cepat terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar, maupun dalam diri sendiri. Dan tetap cepat berpikir secara jernih, apa saja yang harus dilakukan kedepan, tidak gegabah. Dari leksia ini bisa dilihat bahwa saat banyak pertanyaan dalam hidup, dengan seiring perjalanan waktu, kita pasti bisa menjawabnya kalau kita berusaha. Semua usaha pasti ada hasilnya, yang penting kerja keras. Karena menemukan jati diri bukanlah hal yang mudah. Bahkan bisa sampai seumur hidup. Tapi disini bisa kita lihat semangat David tidak pernah pudar sedikitpun, karena dia tahu benar, apa yang dicari dan ingin dicapai dalam hidupnya ini.

4.3 Sistem Mitos

Dokumen yang terkait

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 3 15

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 14

INTRODUCTION Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 9

BIBLIOGRAPHY Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 4

CHILD ABUSE IN DAVE PELZER’S TRILOGY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 13

INTRODUCTION Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 14

BEHAVIORIST ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

SOCIOLOGICAL ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

BIBLIOGRAPHY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 5

REPRESENTASI PENCARIAN JATI DIRI DALAM NOVEL “THE LOST BOY” KARYA DAVE PELZER (studi semiologi representasi pencarian jati diri seorang anak dalam novel “the lost boy” karya dave Pelzer)

1 2 18