sangat menyayanginya. Lingkungan yang mulai mengenalkan dia dengan masa depannya, yang memberi dorongan yang sangat kuat padanya untuk meraih sesuatu
didepannya, juga menyadarkan dia akan siapa dirinya. Namun lagi-lagi karena percekcokan yang kerap terjadi dalam keluarga tersebut akibat keberadaannya,
membuat dia harus meninggalkan keluarganya, karena dia sangat menyayangi dan tidak mau merusak keluarga tersebut. Tetapi banyak hal yang telah keluarga itu
berikan kepadanya. Juga membuat dia menjadi sesosok anak yang secara perlahan menemukan jati dirinya, mulai memantapkan hatinya untuk meraih apa yang
diinginkannya. Akhirnya dia kembali ke keluarga yang sebelumnya, dan disitulah dia telah menentukan pilihan untuk hidup kedepannya, bahwa disitulah dia menemukan
keluarga terakhirnya, hingga dia bisa menjadi apa yang dia cita-citakan, dan menemukan siapa dirinya sebenarnya.
4.2 Penyajian dan Analisis Data
4.2.1 Penyajian Data
Novel “The Lost Boy” karya Dave Pelzer ini terbit pada Desember 2001. Novel ini menceritakan tentang kisah seorang anak berumur 12 tahun yang
ditampilkan sebagai korban kekerasan oleh ibunya yang telah berhasil diselamatkan oleh pihak sekolahnya. Tak pernah sekalipun dia merasakan kasih sayang dari orang
tuanya, ia hidup penuh dengan siksaan selama 8 tahun. Namun dia tidak pernah membenci keluarganya, terlebih ibunya yang sudah memperlakukan dia tidak wajar.
Selama ini dia merasa bahwa hukuman yang sering diterimanya adalah kesalahannya
sendiri. Dia merasa pantas untuk menerima segala kekejaman itu. Dia selalu memaafkan apa pun yang dilakukan ibunya.
Setelah berhasil lepas dari kekejaman sang ibu, dia hidup tak menentu. Dia diurus oleh dinas sosial, hidupnya menjadi tanggungan pengadilan. Dia dititipkan di
keluarga yang satu ke keluarga yang lain yang mampu menampungnya. Namun tidak selalu dia mendapatkan kasih sayang keluarga yang dicarinya. Masih banyak cobaan
hidup yang harus dilaluinya. Seringkali keberadaannya tidak diterima oleh sebuah keluarga. Dan pernah juga dia dimasukan kedalam rehabilitasi remaja akibat
kenakalannya. Kebiasannya dari dulu saat tinggal dengan ibunya adalah bagaimana caranya bertahan hidup sebisa mungkin. Dia sering melakukan kejahatan hanya untuk
mendapatkan makanan, dan itulah yang tidak bisa dia hindari. Dia bahkan rela melakukan kejahatan apapun hanya demi dicintai oleh orang-orang sekitarnya.
Sehingga cara bertahan hidup seperti itulah yang dia gunakan saat tinggal bersama keluarga asuhnya. Ini jelas menjadi masalah bagi kehidupannya, karena kenakalan
seperti itu tidak bisa diterima oleh keluarga asuhnya, dan seringkali ia membangkang dikeluarga barunya sehingga harus diusir dan berpindah-pindah lagi.
Ada keluarga yang sudah sangat dekat dengannya, dia benar-benar merasakan kasih sayang seorang ibu. Namun suatu hal selalu terjadi dan membuat dia harus
pergi dari rumah itu. Adapun dia tinggal dengan keluarga yang sudah sangat dia cintai, dan merasa bahwa itulah keluarga yang sesungguhnya. Namun sadar bahwa
dia hanyalah anak asuh membuat dia harus bisa menerima jika sesuatu terjadi dan dia harus meninggalkan keluarga itu. Karena ketidakcocokan dengan saudaranya yang
sangat nakal tak ada pembelaan untuk dirinya, dia memutuskan untuk meninggalkan keluarga tersebut. Dan kemudian dia tinggal dengan keluarga dan lingkungan yang
sangat menyayanginya. Lingkungan yang mulai mengenalkan dia dengan masa depannya, yang memberi dorongan yang sangat kuat padanya untuk meraih sesuatu
didepannya, juga menyadarkan dia akan siapa dirinya. Namun lagi-lagi karena percekcokan yang kerap terjadi dalam keluarga tersebut akibat keberadaannya,
membuat dia harus meninggalkan keluarganya, karena dia sangat menyayangi dan tidak mau merusak keluarga tersebut. Tetapi banyak hal yang telah keluarga itu
berikan kepadanya. Juga membuat dia menjadi sesosok anak yang secara perlahan menemukan jati dirinya, mulai memantapkan hatinya untuk meraih apa yang
diinginkannya. Akhirnya dia kembali ke keluarga yang sebelumnya, dan disitulah dia telah menentukan pilihan untuk hidup kedepannya, bahwa disitulah dia menemukan
keluarga terakhirnya, hingga dia bisa menjadi apa yang dia cita-citakan, dan menemukan siapa dirinya sebenarnya.
Penyajian data penelitian ini adalah 19 leksia yang menunjukan unsur pencarian jati diri yang tedapat pada novel “The Lost Boy” karya Dave Pelzer sesuai
dengan corpus yang tercantum dalam corpus penelitian dalam bab III. 19 leksia tersebut adalah :
20. Aku berjanji pada diriku sendiri aku tak akan pernah mau pulang lagi.
Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan, berusaha mati-matian untuk tetap bertahan terhadap berbagai pukulan yang menyiksa, dan
mengais-ngais tempat sampah untuk bisa makan, kini aku tahu bagaimanapun aku akan tetap hidup halaman 12
21. Kupejamkan mata. Kubayangkan diriku dibawa ibu kembali kerumah
itu, tempat dia biasa memukuli aku dan hidup dibasement. Semua itu membuatku berharap suatu hari kelak aku bisa melarikan diri dari
keadaan itu dan bisa menjadi anak-anak biasa yang bebas dari rasa takut, bisa bermain sepuas hati diluar rumah. Beberapa detik kutahan
napasku, lalu sebelum keberanianku lenyap, aku berkata lantang, “kau, pak hakim Aku mau tinggal bersamamu” halaman 69
22. Saat mendengar suara anak-anak berlarian dari tempat ayunan, aku
memejamkan mata, berharap menemukan jawaban pertanyaan mengapa hubunganku dengan ibu jadi sedemikian buruk. Dua
pertanyaan selalu mengganggu pikiranku: apakah ibu pernah mencintai aku dan mengapa ia memperlakukan aku sedemikian rupa
halaman 91 23.
“Dia tidak menyayangi aku, bukan? Aku..aku tidak mengerti. Mengapa? Mengapa dia bahkan tidak mau berbicara kepadaku?
Apakah aku ini memang nakal sekali? Aku sudah mencoba menjadi anak baik. Aku sudah mencoba menjadi anak penurut” suaraku
semakin keras dan tinggi, penuh rasa marah halaman 98 24.
Rasanya aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk memahami anak- anak asuh yang lain sehingga aku bisa belajar-sehingga aku bisa
diterima di dalam lingkungan anak-anak lain yang lebih tua halaman 118
25. “Aku sama sekali tidak mengerti. Aku merasa begitu bodoh, begitu
kecil. Maksudku, aku tahu tentang ibu, dan aku memang salah lalu aku dengan sepenuh hati berusaha untuk melupakan semua itu. Mungkin
ibu memang sakit. Aku tahu penyebabnya adalah kegemarannya menenggak minuman keras. Bagaimanapun aku ingin tahu: apakah
aku ini ikut-ikutan jadi sakit juga seperti ibu? Apakah aku kelak seperti dia? Aku sungguh ingin tahu. Aku sungguh ingin tahu
mengapa seperti ini jadinya. Kami keluarga yang tidak kurang suatu apa, mengapa bisa sampai jadi begitu” halaman 129
26. Saat pertama masuk sekolah, aku sudah mematikan perasaanku. Bosan
aku dengan berbagai macam akibat yang ditimbulkan oleh kehidupanku yang baru. Aku sendiri sepenuhnya bisa merasakan
perubahan yang sedang terjadi dalam diriku. Tapi aku tak memperdulikannya. Kuyakinkan diriku sendiri bahwa agar mampu
bertahan hidup aku harus bersikap keras agar aku aku tak pernah lagi membiarkan orang lain, siapapun, menyakiti diriku halaman 147
27. Tanpa mempertimbangkan apa-apa lagi aku berlari ke kamar,
mengambil semua uang yang kusimpan dalam toples, menyambar jaket, dan bergegas menuruni tangga. Dengan rasa percaya diri
kukeluarkan sepedaku, lalu dengan sengaja kubanting pintu lebih
keras dari biasanya. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah halaman 155
28. Aku merasakan kehangatan yang pelan-pelan merambat dari dalam
jiwaku. Aku akan melakukannya Aku bersumpah, akan ku buktikan pada Mrs. C, Mr. Hutchenson, dan kepada ibu bahwa aku anak baik
Aku tahu bahwa sidang pengadilan kasusku tinggal beberapa minggu lagi. Jadi, kataku dalam hati, aku harus berusaha lebih keras lagi
halaman 204 29.
Kurogoh saku celanaku, lalu kukeluarkan selembar kertas yang berisi catatan alamat serta nomor telepon semua keluarga yang
menampungku. Dengan pena yang kupinjam dari Gordon, aku membuat garis yang memisahkan Joanne dan Michael Nulls. Tak
kurasakan penyesalan. Kuusir semua perasaanku terhadap keluarga Nulls-atau terhadap siapapun halaman 230
30. Setelah kantong kertasku kujejali dengan semua milikku, aku
mematikan perasaan iba ku terhadap keluarga Jones. Mereka orang baik-baik dan aku ikut prihatin atas masalah yang menimpa mereka,
tetapi aku terpaksa mendahulukan kepentinganku sebab bagiku semua itu menyangkut hidupku yang sebatang kara ini halaman 246
31. Aku tak perduli. Aku tak perduli harus tidur di sofa atau di dipan
berpaku sekalipun. Aku cuma ingin tinggal di sebuat tempat yang bisa kurasakan sebagai home-rumah halaman 248
32. Dalam semua pertemuan berkalaku seminggu sekali dengan Dr.
Robertson, aku tidak pernah dipaksa untuk menceritakan apapun, tetapi aku segera menyadari justru akulah yang selalu memulai
pembicaraan mengenai pengalaman masa laluku. Akulah yang mengajukan pertanyaan kepada Dr. Robertson mengenai segala hal,
termasuk pertanyaan: apakah aku ditakdirkan untuk jadi orang seperti ibuku. Aku selalu berusaha untuk tetap membicarakan berbagai
masalah yang kurasakan selama ini dalam upayaku mendapat jawaban-jawabannya halaman 254
33. Dalam perjalanan waktu, aku belajar menerima hadiah. Dan bagiku,
itulah salah satu pelajaran paling sulit yang dapat kupahami halaman 256
34. Aku berusaha keras melakukan hal-hal yang biasa dilakukan anak-
anak normal tanpa merasa terancam. Aku sekedar ingin menyesuaikan diri dengan hidup yang wajar. Aku ingin berlaku dan diperlakukan
seperti anak-anak pada umumnya halaman 268 35.
Sejak itu kutinggalkan semua kegiatan pendidikan formalku, sebab aku tahu bahwa masa depanku ada diluar dinding sekolah. Aku
menghabiskan lebih dari 48 jam dalam seminggu untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, dan aku yakin tak satupun pelajaran yang aku
peroleh disekolah dapat dipakai dalam kehidupan nyata halaman 279
36. Aku duduk terus dihadapannya dan menghujaninya dengan berbagai
pertanyaan tentang masa depanku halaman 280 37.
Mr. Marsh menyarankan aku untuk masuk militer, dan aku langsung mencoba mendaftarkan diri. Tetapi karena usiaku masih setingkat
siswa kelas satu sekolah lanjutan atas, aku harus mengikuti aptitude test-tes bakat berdasarkan kecerdasan-dan ternyata aku gagal total.
Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti berhasil melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan formal di sekolah
halaman 290 38.
Supaya bisa memenuhi niatku untuk tinggal di Russian River, aku tahu bahwa pertama-tama aku harus menemukan diriku sendiri. Tak
mungkin aku bisa tinggal di dekat kenangan masa laluku. Aku harus membebaskan diriku. Kurasakan kehangatan di dalam diriku. Aku
telah menetapkan keputusanku. Kuhirup napas dalam-dalam, lalu berkata lirih, seakan-akan memperbarui janji seumur hidupku. Aku
akan kembali halaman 292
4.2.2 Hasil Analisis Data