Novel Sebagai Media Komunikasi Massa

ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Ada juga faktor lingkungan yang mempengaruhi. Menurut John Locke, faktor pembawaan tidak ada pengaruhnya. Saat dilahirkan, anak masih suci bersih. Sehingga karena faktor lingkungan seorang anak tersebut bisa berkembang dan mulai mencari jati dirinya. Faktor lain yang mempengaruhi pencarian jati diri adalah pendidikan seseorang tersebut, peran orang tua dan orang-orang terdekat, faktor pengetahuan, dan terutama faktor yang paling terpenting adalah dari sudut pandang si individu itu sendiri atau keinginan dan niatnya.

2.3 Novel Sebagai Media Komunikasi Massa

Novel merupakan salah satu jenis buku dalam bentuk sastra. Sama seperti media cetak lainnya, novel juga memberikan informasi pada pembacanya. Selain itu novel juga berfungsi menghibur dan mempersuasi pembacanya keraf, 1993:187- 188 . Menurut Cecep Syamsul Hari www.kompas.comkompas cetak, istilah novel berasal dari Italia, Novella, yaitu prosa naratif fiksional yang panjang dan kompleks, yang secara imajenatif merupakan pengalaman manusia melalui suatu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok atau sejumlah orang tokoh, karakter di dalam latar setting yang spesifik. Sedangkan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua, novel diartikan sebagai kerangka prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku. Menurut De Flour dan Dennis Mc Quail dalam Ganarsih 2006: 33, secara garis besar media komunikasi massa dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu media cetak atau print buku, majalah, surat kabar, dan film, khususnya film komersial serta media broadcasting yaitu radio dan televisi Media cetak sebagai salah satu bentuk media komunikasi umumnya memiliki fungsi sebagai pemberi informasi, artikel majalah lebih bersifat mempengaruhi, dan novel yang mempunyai fungsi utama untuk menghibur. Selain itu novel juga memberi informasi dan memprsuasi pembacanya. Novel merupakan media massa, dimana melalui media novel itulah pengarang mengkomunikasikan sebuah pesan. Sementara, kegiatan komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan proses pembentukan makna Lindlof, 1995 : 13. Dalam kajian budaya, segala artifak yang dapat dimaknai disebut sebagai teks, karena ia dapat dimaknai, baik dari segi bentuk, pengemasan, maupun isi pesannya. Sebagai teks, novel memiliki siifat polisme, dan membuka peluang pembacanya untuk memaknai sebuah teks tersebut secara berbeda McQuail, 1997 : 19. Perbedaan dalam memaknai teks dipengaruhi oleh aspek individu, seperti karakter dan pengalaman individu. Serta aspek sosial budaya, meliputi faktor lingkungan, sosialisasi norma, adat istiadat, tingkat pendidikan, serta faktor-faktor lain terbentuk dari hasil interaksi individu dengan dunia luar. Aspek budaya itulah yang nantinya mempengaruhi pemaknaan terhadap teks media. Novel memiliki keunggulan dibanding media cetak lain. Selain dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama, aktualitas novel tidak diukur dalam hitungan hari atau minggu sebagaimana halnya surat kabar atau majalah, sehingga novel dapat dibaca kapan saja. Novel menyajikan pengalaman-pengalaman yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan membaca novel, berarti pembaca telah mendapatkan pengalaman tokoh yang diciptakan oleh penulis tanpa harus mengalaminya sendiri. Pembaca juga diberi kesempatan untuk memvisualisasikan cerita dalam sesuai dengan imajinasinya. Sebagai sebuah teks, sangat memungkinkan bagi novel untuk dimaknai secara berbeda oleh pembaca yang berbeda pula.

2.4 Representasi

Dokumen yang terkait

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 3 15

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 14

INTRODUCTION Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 9

BIBLIOGRAPHY Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 4

CHILD ABUSE IN DAVE PELZER’S TRILOGY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 13

INTRODUCTION Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 14

BEHAVIORIST ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

SOCIOLOGICAL ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

BIBLIOGRAPHY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 5

REPRESENTASI PENCARIAN JATI DIRI DALAM NOVEL “THE LOST BOY” KARYA DAVE PELZER (studi semiologi representasi pencarian jati diri seorang anak dalam novel “the lost boy” karya dave Pelzer)

1 2 18