Subjek Penelitian Unit Analisis Corpus

mempengaruhi. Apakah seseorang tersebut ingin maju saat dia tertinggal dari orang lain, apakah dia merasa dia perlu untuk memiliki sesuatu tersebut, dan apakah dia berpikir jauh kedepan, mencari apa yang dia butuhkan dalam hidupnya.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian itu yaitu leksia dari teks novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer yang menunjukkan adanya unsur pencarian jati diri seorang anak. Penelitian ini menggunakan objek sebuah novel “THE LOST BOY“ karya Dave Pelzer dan di terbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum pada tahun 2001, yang pada teksnya terhadap leksia. Berdasarkan sifat representatifnya tanda pada teks novel tersebut diterjemahkan ke dalam struktur dasar elemen literature fisik. Elemen tersebut adalah elemen yang di gunakan mengidentifikasi hal yang akan di cari, sebelum melangkah ke tahap interpretasi. Elemen-elemen dasar itu adalah latar belakang novel ini yaitu fenomena kehidupan seorang anak yang hidup tanpa orang tua maupun keluarga yang menyayanginya. Sedangkan tema dari novel ini adalah perjalanan panjang seorang anak dalam mencari jati dirinya. Penelitian ini berusaha mengungkapakan bagaimana penggambaran karakteristik pencarian seorang anak dalam menemukan jati dirinya selama ini dalam novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer.

3.5 Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan leksia dari Barthes sebagai unit analisis. Leksia merupakan satuian bacaan tertentu dengan panjang pendek bervariasi Kurniawan, 2001:93 . Leksia ini dapat berupa satu dua kata, kelompok kata, beberapa kalimat atau beberapa paragraf dari teks novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer yang menunjukkan adanya unsur pencarian jati diri, sesuai dengan subyek penelitian. Dengan adanya analisis naratif yang ditawarkan oleh Barthes, maka peneliti memilih untuk menggunakan analisis tersebut agar lebih mudah untuk menganalisis teks dalam novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer. Sehingga makna dapat lebih mudah ditemukan pula.

3.6 Corpus

Penelitian ini adalah keseluruhan teks dari awal cerita hingga akhir cerita dalam novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer. Corpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang di tentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin Kurniawan, 2001:70 . Corpus pada penelitian ini adalah teks novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer berupa leksia-leksia yang mengandung unsur pencarian jati diri. Dalam teks novel “THE LOST BOY” karya Dave Pelzer, terdapat 19 leksia yang menunjukkan adanya unsur pencarian jati diri. 1. Aku berjanji pada diriku sendiri aku tak akan pernah mau pulang lagi. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan, berusaha mati-matian untuk tetap bertahan terhadap berbagai pukulan yang menyiksa, dan mengais-ngais tempat sampah untuk bisa makan, kini aku tahu bagaimanapun aku akan tetap hidup halaman 12 2. Kupejamkan mata. Kubayangkan diriku dibawa ibu kembali kerumah itu, tempat dia biasa memukuli aku dan hidup dibasement. Semua itu membuatku berharap suatu hari kelak aku bisa melarikan diri dari keadaan itu dan bisa menjadi anak-anak biasa yang bebas dari rasa takut, bisa bermain sepuas hati diluar rumah. Beberapa detik kutahan napasku, lalu sebelum keberanianku lenyap, aku berkata lantang, “kau, pak hakim Aku mau tinggal bersamamu” halaman 69 3. Saat mendengar suara anak-anak berlarian dari tempat ayunan, aku memejamkan mata, berharap menemukan jawaban pertanyaan mengapa hubunganku dengan ibu jadi sedemikian buruk. Dua pertanyaan selalu mengganggu pikiranku: apakah ibu pernah mencintai aku dan mengapa ia memperlakukan aku sedemikian rupa halaman 91 4. “Dia tidak menyayangi aku, bukan? Aku..aku tidak mengerti. Mengapa? Mengapa dia bahkan tidak mau berbicara kepadaku? Apakah aku ini memang nakal sekali? Aku sudah mencoba menjadi anak baik. Aku sudah mencoba menjadi anak penurut” suaraku semakin keras dan tinggi, penuh rasa marah halaman 98 5. Rasanya aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk memahami anak- anak asuh yang lain sehingga aku bisa belajar-sehingga aku bisa diterima di dalam lingkungan anak-anak lain yang lebih tua. Aku ingin sekali disukai anak-anak lain, tetapi tetap saja aku tak mampu halaman 118 6. “Aku sama sekali tidak mengerti. Bagaimanapun aku ingin tahu: apakah aku ini ikut-ikutan jadi sakit juga seperti ibu? Apakah aku kelak seperti dia? Aku sungguh ingin tahu. Aku sungguh ingin tahu mengapa seperti ini jadinya. Kami keluarga yang tidak kurang suatu apa, mengapa bisa sampai jadi begitu” halaman 129 7. Saat pertama masuk sekolah, aku sudah mematikan perasaanku. Bosan aku dengan berbagai macam akibat yang ditimbulkan oleh kehidupanku yang baru. Aku sendiri sepenuhnya bisa merasakan perubahan yang sedang terjadi dalam diriku. Tapi aku tak memperdulikannya. Kuyakinkan diriku sendiri bahwa agar mampu bertahan hidup aku harus bersikap keras agar aku aku tak pernah lagi membiarkan orang lain, siapapun, menyakiti diriku halaman 147 8. Tanpa mempertimbangkan apa-apa lagi aku berlari ke kamar, mengambil semua uang yang kusimpan dalam toples, menyambar jaket, dan bergegas menuruni tangga. Dengan rasa percaya diri kukeluarkan sepedaku, lalu dengan sengaja kubanting pintu lebih keras dari biasanya. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah halaman 155 9. Aku merasakan kehangatan yang pelan-pelan merambat dari dalam jiwaku. Aku akan melakukannya Aku bersumpah, akan ku buktikan pada Mrs. C, Mr. Hutchenson, dan kepada ibu bahwa aku anak baik Aku tahu bahwa sidang pengadilan kasusku tinggal beberapa minggu lagi. Jadi, kataku dalam hati, aku harus berusaha lebih keras lagi halaman 204 10. Kurogoh saku celanaku, lalu kukeluarkan selembar kertas yang berisi catatan alamat serta nomor telepon semua keluarga yang menampungku. Dengan pena yang kupinjam dari Gordon, aku membuat garis yang memisahkan Joanne dan Michael Nulls. Tak kurasakan penyesalan. Kuusir semua perasaanku terhadap keluarga Nulls-atau terhadap siapapun halaman 230 11. Setelah kantong kertasku kujejali dengan semua milikku, aku mematikan perasaan iba ku terhadap keluarga Jones. Mereka orang baik-baik dan aku ikut prihatin atas masalah yang menimpa mereka, tetapi aku terpaksa mendahulukan kepentinganku sebab bagiku semua itu menyangkut hidupku yang sebatang kara ini halaman 246 12. Aku tak perduli. Aku tak perduli harus tidur di sofa atau di dipan berpaku sekalipun. Aku cuma ingin tinggal di sebuat tempat yang bisa kurasakan sebagai home-rumah halaman 248 13. Dalam semua pertemuan berkalaku seminggu sekali dengan Dr. Robertson, aku tidak pernah dipaksa untuk menceritakan apapun, tetapi aku segera menyadari justru akulah yang selalu memulai pembicaraan mengenai pengalaman masa laluku. Akulah yang mengajukan pertanyaan kepada Dr. Robertson mengenai segala hal, termasuk pertanyaan: apakah aku ditakdirkan untuk jadi orang seperti ibuku. Aku selalu berusaha untuk tetap membicarakan berbagai masalah yang kurasakan selama ini dalam upayaku mendapat jawaban-jawabannya halaman 254 14. Dalam perjalanan waktu, aku belajar menerima hadiah. Dan bagiku, itulah salah satu pelajaran paling sulit yang dapat kupahami halaman 256 15. Aku berusaha keras melakukan hal-hal yang biasa dilakukan anak- anak normal tanpa merasa terancam. Aku sekedar ingin menyesuaikan diri dengan hidup yang wajar. Aku ingin berlaku dan diperlakukan seperti anak-anak pada umumnya halaman 268 16. Sejak itu kutinggalkan semua kegiatan pendidikan formalku, sebab aku tahu bahwa masa depanku ada diluar dinding sekolah. Aku menghabiskan lebih dari 48 jam dalam seminggu untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, dan aku yakin tak satupun pelajaran yang aku peroleh disekolah dapat dipakai dalam kehidupan nyata halaman 279 17. Aku duduk terus dihadapannya dan menghujaninya dengan berbagai pertanyaan tentang masa depanku halaman 280 18. Mr. Marsh menyarankan aku untuk masuk militer, dan aku langsung mencoba mendaftarkan diri. Tetapi karena usiaku masih setingkat siswa kelas satu sekolah lanjutan atas, aku harus mengikuti aptitude test-tes bakat berdasarkan kecerdasan-dan ternyata aku gagal total. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti berhasil melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan formal di sekolah halaman 290 19. Supaya bisa memenuhi niatku untuk tinggal di Russian River, aku tahu bahwa pertama-tama aku harus menemukan diriku sendiri. Tak mungkin aku bisa tinggal di dekat kenangan masa laluku. Aku harus membebaskan diriku. Kurasakan kehangatan di dalam diriku. Aku telah menetapkan keputusanku. Kuhirup napas dalam-dalam, lalu berkata lirih, seakan-akan memperbarui janji seumur hidupku. Aku akan kembali halaman 292

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 3 15

VIOLATION OF CHILDREN’S RIGHTS IN DAVE PELZER’S TRILOGY: A CHILD CALLED IT, THE LOST BOY, AND Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 14

INTRODUCTION Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 9

BIBLIOGRAPHY Violation Of Children’s Rights In Dave Pelzer’s Trilogy: A Child Called It, The Lost Boy, And A Man Named Dave.

0 2 4

CHILD ABUSE IN DAVE PELZER’S TRILOGY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 13

INTRODUCTION Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 14

BEHAVIORIST ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

SOCIOLOGICAL ANALYSIS Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 35

BIBLIOGRAPHY Child Abuse In Dave Pelzer’s Trilogy A Child Called It (1993), The Lost Boy (1995), And A Man Named Dave (1999).

0 2 5

REPRESENTASI PENCARIAN JATI DIRI DALAM NOVEL “THE LOST BOY” KARYA DAVE PELZER (studi semiologi representasi pencarian jati diri seorang anak dalam novel “the lost boy” karya dave Pelzer)

1 2 18