Penerimaan Diri Profil Subjek Penelitian

62 teman kantor. Begitu pun dengan atasan, subjek hanya berbicara seperlunya saja. Subjek mengatakan demikian: “Ya mbak kasir itu sok cerita tentang suamine. Tapi aku ra tau, nggak pernah cerita tentang pribadiku nang mbak’e kui. Dadi aku ra terbuka wonge mbak. Yo apik sih sebenere nek sama kasire yang istrine manager itu. Nek deknen cerita, yo wis cerita. Yo tak tanggepi seperlunya aja, yo lebih banyak ndengerin sih mbak. aku yo nggak pernah cerita apa-apa malahan. Yo nek nang kerjaan yo ming meneng kok mbak. Aku nek misal ra dipanggil gitu yo nggak ngomong, males kok. Nek ro bosku ya nek ngomong-ngomong yo hanya seperlunya.” Subjek 2,18-26, 240-241, 356-357, 370-371 dan 293-295 Subjek juga cukup akrab dengan semua teman kantornya. Tidak ada konflik antara subjek dengan teman-teman di kantornya. Berikut pernyataannya saat wawancara: “Yo akrab sih, penak kok mbak. Yo nek keluar-keluar rumah ngono yo nggak pernah kok mbak. Yo nggak pernah sih dolan ro temen-temen kantor. Pernah sih tapi ming ro sak temen tok, kui ya cuma nang kos’e tok. Belum pernah ada konflik juga.” Subjek 2, 276-282 Selain itu, subjek juga memiliki hubungan baik dengan teman- teman lamanya saat SMA. Diantara subjek dengan teman-temannya tersebut saling terbuka satu sama lain. Meskipun saat ini jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, akan tetapi hubungan masih tetap terjaga dengan menjaga komunikasi lewat handphone. Subjek mengatakan demikian: “Yo bagus sih. Tapi yo nggak pernah main. Yo ada sih temen deket SMA, tapi kan saiki wis pada sibuk dewe-dewe semenjak lulus itu lo mbak, dan do semenjak kerja. Kui trus nggak pernah ketemu. Yo kadang, dia sok kesini datang ke rumahku. 63 Tapi ya itu, nek nggak perlu banget yo ora. Yo nek apa-apa dikandani mbak. yo misal ada info temen nikah, punya anak gitu itu. Yo komunikasi lewat HP. Tapi yoo nek penting, nek ra penting yo ora kok mbak. Jarang lah. Sebenere apik-apik ro temen-temen sih. Cuma nek ra penting banget yo do ra sms kok. Yo suka curhat. Ya maksute yo pada terbuka sih. Cuma yo emang jarang ketemu. Tapi yo ada sih, nek misal ada waktu yo teko kesini. Yo ming teko curhat-curhat gitu mbak.” Subjek 2, 386-407 Subjek juga memiliki hubungan baik dengan teman di lingkungan rumah. Berikut pernyataannya ketika wawancara: “Ya paling ming ro si T. Dia pun jarang, kan kuliah. Ya aku sih paling akrabnya ming sama T kok. Kan rumahe ndelalah yo deket to, ming depan belakang Trus yang agak jauh disana paling ming 2 anak. Wis ming itu. Laine do ra akrab. Apalagi sing rumahe jauh-jauh sana.” Subjek 2, 412-420 Subjek selalu berusaha untuk menjaga hubungan pertemanannya dengan saling mengerti, mengalah dan tidak saling menyakiti. Hal tersebut dilakukan agar hubungan subjek dengan teman-teman tetap baik. Subjek mengatakan demikian: “Kalau dengan teman-teman dekatku sih nggak pernah. Ya pokoke harus bisa saling ngerti, ngalah, gak menyakiti, ya gitu sih ben hubungane tetep apik. “ Subjek 2, 425-429 Pacar menjadi tempat untuk cerita ketika subjek kangen dengan ibu dan subjek mendapat dukungan kekuatan dari ibu pacarnya tersebut. Selain itu, subjek juga terbuka dengan pacar dengan masalah yang sedang dihadapi. Subjek mengatakan: 64 “Ya aku kadang kan cerita sama pacarku nek kangen. Dia juga cerita ro ibuke. Yo mungkin ibunya bisa mengerti, wong ya digemateni. Wong ya wis nggak punya ibu, kasian. Untungnya ibu e ki ngono, jadi aku kan yo seneng kan mbak. Malah cerita ke pacar. Yo Alhamdulilahe wae bisa ngerteni lah.” Subjek 2, 549-555 dan 584-586 Sementara itu, subjek tidak pernah menceritakan masalah yang sedang dialaminya ke bapak, karena khawatir akan membebani bapak. Begitu pula dengan kakak, subjek juga tertutup dengan masalah yang sedang dialaminya. Ketika wawancara, subjek mengatakan: “Yo kan misal aku cerita ro orangtuaku kan yo nggak mungkin, nanti malah kepikiran to. Iya dong mbak. Kasihan to wong tinggal punya bapak. Kasihan nek trus malah melu mikir. Kan aku ra terbuka mbak kalau sama bapakku. Maksute kalau ada apa-apa, aku jarang cerita ro bapak sama masku yo nggak pernah. Nek masalah pribadi aku nggak pernah cerita ro bapak. Nek masalah kerjaan aku yo nggak pernah cerita. Yo biasa kok mbak. Akrab sih. Tapi nek masalah pribadi, masalah kerjaan ra tak ceritake. Yo kadang yo ming ngobrol-ngobrol biasa.” . . Subjek 2, 170-178, 580-584, 669-675 Kedekatan subjek tampak dari perhatian yang subjek berikan untuk bapak ketika memberi ijin untuk bapak menikah lagi. Meskipun pada akhirnya bapak tidak mau untuk menikah lagi. Hal tersebut dilakukan karena subjek memikirkan kehidupan masa tuanya bapak. Subjek mengatakan demikian: “Yo piye yo mbak, kan aku terbiasa apa-apa dengan bapak. Jadi yo cedak. Ya maksute, nek minta opo-opo kan trus cuma ma bapak to. Bapakku tu ya, maksute piye ya.Dulu kan pernah tak tawarkan, ya nek misal meh nikah maksute ki nggak popo. 65 Yo aku SMP SMA lah mbak aku ngomong ngono ke bapak. Tapi yo bapak emang nggak mau kok. Ya kan, masa tuane tu lo mbak. Ya maksute kan aku besok-besok juga punya suami. La trus, bapak meh dengan siapa. Trus yang ngurusi bapak siapa gitu to. Gitu kui sih mbak. Kepikiran masa tuane. Tapi, bapak emoh kok yo wis. Kan aku juga nggak mungkin maksa to mbak.” Subjek 2, 681-691 dan 726-734 Sementara itu, hubungan subjek dengan kakak sepupumya sering tidak baik dikarenakan pekerjaan rumah. Subjek tidak mengerjakan pekerjaan rumah karena bekerja, sedangkan kakak sepupu ingin subjek meluangkan waktu untuk ikut mengerjakan pekerjaan rumah. Berikut pernyataan subjek saat wawancara: “Yo biasanya sama mbak sepupu, sik anake budhe kui lo. Kan maksute nek soal kerjaan rumah sok jarang megange lah. Nek ra minggu maksute. La soale kan yo wektune, berangkat yo jam segitu. Yo ming sok ngomong,”Kok ra pernah ndemek gawean ngomah to?” Yo piye ya, la aku yo kerja e mbak. Aku nek misal iso yo tak kerjakan sendiri. Yo ming masalah kerjaan rumah sih. Aku yo seringnya ro mbakku itu, nek ro bapak malah ra tau. Yo sering ngono kui mbak. Ya piye ya, orange ki emang akeh omonge, banyak bicara mbak. Yo nek di rumah yo ming masalah kerjaan rumah tok.” Subjek 2, 739-756 Subjek mendapatkan perhatian dari neneknya dengan menyiapkan makan untuk subjek. Meskipun demikian, subjek sering menegur supaya istirahat karena neneknya sudah tua seperti yang subjek katakan saat wawancara: “Mbah ki usia meh 100 tahun mbak. Yo wis sepuh lah. Kadang nek mbah bangun gasik, kadang sok nanak nasi mbak. Perhatian ro aku mbak. Sok ngliwetke nggo aku, buat sarapan. Kadang kan aku kan, wis lah mbok yo istirahat wae kan aku