Tujuan Hidup Profil Subjek Penelitian

59 merasa sedih dan belum dapat menerima keadaan tersebut sepenuhnya. Subjek mengatakan demikian: “Yo maksute piye yo, yo teko jalani wae lah. Soale kadang aku ki mikire, yo kadang teko sok merasa lali barang kadang yoan lo mbak. La kan wis terbiasa ibu nggak ada. Ya njuk kadang lali lah. Tapi yo kadang nek pas inget yo, kok kenapa ning aku gitu lo, sedih lah. Maksute le ibu e nggak ada, kenapa kok ibuku gitu lo.” Subjek 2, 514-523 Subjek merasa kehilangan kasih sayang dan kehilangan sosok yang menjadi tempat curhat. Subjek sering berandai-andai jika ibu masih ada, maka dirinya akan lebih baik dari saat ini. Meskipun subjek mengaku dirinya sudah ‘pasrah’, tapi tetap saja perasaan menyesali keadaan yang sudah terjadi masih sering muncul. Hal tersebut sesuai dengan perkataan subjek saat wawancara: “Yo kadang nek misal ada apa-apa, hanya mikire paling nek ada ibu aku nggak bakal kayak gini. Ngono lo mbak. Yo maksute untuk hidupku saat ini. Yo ming mikire, ngopo to kok malah ra ono. Maksute sing tak ajak aku curhat. Mesti mikire yo ming, seandainya ada ibu pasti aku bakal cerita apa-apa nang ibu. Yo mikire pasti nek ada ibu, aku bisa menjadi lebih baik lah. Yo sok kangen-kangen juga. Kadang nek bengi-bengi gitu sok kangen juga. Yach, maksute ya kasih sayange ki baru aja, belum penuh. Yo aku sih njuk teko sok pasrah gitu lo. Yo kadang njuk teko sok nggetuni =menyesali ngono lo. Wah aku yo belum merasakan kasih sayang ibu sepenuhnya.” . Subjek 2, 566-580 dan 1049-1053 Selain itu, subjek sering merasa iri ketika melihat kedekatan antara seorang anak dengan ibu dan ketika teman-teman 60 menceritakan tentang ibunya masing-masing. Dalam wawancara, subjek berkata demikian: “...Yo njuk mulai kerasa banget disitu. Eh kok yo pada akrab banget e ma ibu. Sedangkan aku ming bapak. Yo maksute ma bapak yo deket, tapi kan nggak ada ibu njuk nggak ada sing tak ceritake. Yo gitu itu lah mbak. Yo kadang kalau pas kumpul ma temen-temen di sekolah dulu, pada cerita-cerita tentang ibu . Njuk nek sekarang ini misal ada acara-acara, misal kumpul kelurga apa kondangan gitu sok pada duduk-duduk ro ibu e. Yo irine ya karna hal-hal kayak gitu lah mbak. Kok do karo ibu, sedangkan aku tidak gitu lo.” Subjek 2, 1026-1046 Menurut subjek keadaan ekonomi keluarganya pasti akan lebih baik apabila ibu masih ada, karena ibu bisa membantu bapak bekerja. Subjek mengatakan demikian: “Kan bapak sendirian, otomatis kebutuhan keluarga kan ya cuma dari penghasilane bapak. Nek misal masih ada ibu kan ya setidaknya bisa membantu, kan pasti juga bisa bantu bapak kerja.” Subjek 2, 840-845 Subjek juga merasa dirimya akan lebih baik di agama jika ibu masih ada, karena ibu akan membimbingnya untuk mempelajari agama. Berikut pernyataan subjek saat wawancara: “.. Jane nek ada ibu mesti kan iso pengajian bareng, yo di ajar-ajari ngono lah. La tapi nek sekarang kan kabeh-kabeh kudu dewe. Ya punya keinginan, tapi le melakukan kui lo. Nek misal masih ada ibu kan terus ada yang memotivasi.” Subjek 2, 886-895