Karakteristik Perkembangan Remaja Remaja

15 keraguan atas peran yang akan dilakukan. Kebingungan akan peran tersebut memberi pengaruh terhadap tingkat emosi yang cenderung tinggi, perubahan minat dan peran serta memunculkan keinginan akan kebebasan. Akan tetapi, perasaan ingin bebas dalam diri remaja cenderung mendapatkan intervensi dari orangtua terutama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Papalia, Feldman Martorell 2014, pencapaian identitas seksual sebagai bagian dari kesadaran seksual juga merupakan aspek penting dari pembentukan identitas yang selebihnya dapat memberikan dampak pada citra diri dan hubungan. Pada diri remaja mulai muncul orientasi seksual yang mengarah pada romantisme dan afeksi yang bisa terjadi kepada lawan jenis heteroseksual, sesama jenis homoseksual atau keduanya biseksual Dalam kehidupannya di keluarga, remaja banyak melakukan pemberontakan terhadap orangtua. Hubungan remaja dengan saudara kandung juga menunjukkan adanya jarak dan keseimbangan kekuatan antara saudara tua dengan saudara muda menjadi lebih setara. Remaja lebih memiliki ketertarikan di dunia luar daripada di dalam keluarga. Oleh sebab itu, remaja akan menghabiskan banyak waktu dengan teman sebayanya. Remaja 16 akan ikut bergabung atau membentuk persahabatan, geng dan kerumunan.

B. Piatu

Yatim piatu adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan seseorang yang tidak memiliki ayah dan ibu lagi. Yatim merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti seseorang yang tidak memiliki ayah, sedangkan piatu yang berarti seseorang yang tidak memiliki ibu. Anak piatu pada sebagian daerah diartikan sebagai anak yang tidak memiliki ibu saja www.organisasi.org . Sumber lain mengartikan anak piatu sebagai seseorang yang tidak memiliki ibu lagi karena telah meninggal dunia, ketika anak belum menginjak usia baligh atau dewasa, baik itu laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin dan beragama apa pun file.upi.edu . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak piatu adalah anak yang ibunya sudah meningal atau anak yang sudah tidak beribu lagi. Sedangkan dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan kata motherless, yang berarti kehilangan seorang ibu, tidak memiliki kasih sayang dan tidak kenal dengan ibunya www.artikata.com . Berdasarkan beberapa definisi mengenai anak piatu, maka dapat disimpulkan bahwa anak piatu adalah anak yang terpisah dengan ibu 17 kandungnya sebelum anak dewasa karena ibu meninggal, sehingga seorang anak tidak lagi memiliki sosok ibu kandung dalam hidupnya.

C. Kesejahteraan Psikologis

Psychological Well-Being 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Psychological Well-Being Kesejahteraan psikologis Psychological Well-Being adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima diri apa adanya, menciptakan hubungan hangat dengan orang lain, mandiri terhadap tekanan sosial, mengendalikan lingkungan eksternal, mempunyai arti dalam hidup dan merealisasikan potensi dirinya secara kontinyu Ryff Keyes, 1995. Menurut Bartram Boniwell 2007, kesejahteraan psikologis berhubungan dengan kepuasan pribadi, keterikatan, harapan, rasa syukur, stabilitas suasana hati, pemaknaan terhadap diri sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasan dan optimisme termasuk juga mengenali kekuatan dan mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki. Sementara menurut Lopea dalam Phronesis, 2008, kesejahteraan psikologis bukan hanya ketiadaan penderitaan, tapi lebih dari itu kesejahteraan psikologis merupakan keterikatan aktif di dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup serta menciptakan hubungan dengan objek maupun orang lain. Menurut Ryff 1995, kesejahteraan psikologis merupakan penggambaran kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan enam dimensi kesejahteraan psikologis. Dimensi-dimensi tersebut adalah 18 penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah gambaran dari kesejahteraan psikologis individu berdasarkan pemenuhan dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis yang terdiri dari penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi.

2. Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis

Individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang positif adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis Ryff dalam Papalia, 2008. Ryff membuat enam dimensi pada kesejahteraan psikologis Ryff, 1989; Ryff dan Keyes, 1995, yaitu: a. Penerimaan Diri Self-Acceptance Penerimaan diri merupakan bagian utama dari kesehatan mental, seperti karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi optimal dan kedewasaan. Teori rentang kehidupan juga menekankan pada individu untuk dapat menerima diri sendiri dan dan masa lalunya. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri merupakan karakteristik utama dari fungsi-fungsi psikologis. 19 Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi penerimaan diri memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek dalam diri yakni kualitas baik maupun buruk dan mampu bersikap positif terhadap kehidupan masa lalu. Sementara individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini memiliki perasaan tidak puas dengan diri sendiri, kecewa dengan apa yang sudah terjadi di masa lalu, bermasalah dengan kualitas pribadi tertentu dan ingin menjadi berbeda dari yang sekarang. b. Relasi Positif dengan Orang Lain Positive Relations with Others Hubungan positif dengan orang lain sangat penting dalam konsep kesejahteraan psikologis, yang mempunyai makna memiliki hubungan yang berkualitas dengan orang lain. Dimensi ini menekankan pada pentingnya memiliki hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain, individu yang mampu mengaktualisasi diri dengan baik, memiliki empati dan afeksi yang kuat terhadap orang lain dan mampu mengidentifikasi dirinya secara lengkap terhadap orang lain. Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini memiliki hubungan yang hangat, puas dan saling percaya dengan orang lain, peduli dengan kesejahteraan orang lain, mampu menunjukkan sikap empati, afeksi dan keintiman yang kuat, serta mampu memahami hubungan timbal balik manusia yang saling memberi dan 20 menerima. Sementara skor rendah ditunjukkan oleh individu yang sedikit tertutup dan tidak percaya dalam menjalin relasi dengan orang lain, mengalami kesulitan dalam menciptakan hubungan yang hangat, tidak terbuka dan tidak peduli dengan orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam berelasi dan tidak bersedia membuat kompromi untuk memelihara ikatan yang penting dengan orang lain. c. Otonomi Autonomy Otonomi, yaitu tingkat kemampuan individu dalam menentukan nasib sendiri, kebebasan, pengendalian internal, individual dan pengaturan perilaku internal. Dasar kepercayaannya adalah bahwa pikiran dan tindakan seseorang berasal dari dirinya sendiri dan seharusnya tidak ditentukan oleh kendali orang lain. Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik adalah individu yang memiliki keberfungsian yang otonom dan memiliki ketahanan yang baik dari pengaruh lingkungan. Individu yang berfungsi secara utuh adalah individu yang memiliki evaluasi internal. Individu tidak mencari-cari pengakuan dari orang lain namun melakukan evalusi diri, tidak tergantung pada ketakutan kolektif, kepercayaan dan aturan lingkungan. Individu memiliki kebebasan atas norma yang mengatur kehidupan sehari-hari.