22
Individu memiliki skor tinggi pada dimensi ini apabila memiliki rasa memiliki dan mampu mengelola lingkungan,
mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan berbagai kesempatan yang ada di lingkungan dengan
efektif serta mampu memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. Sedangkan inividu dengan skor
rendah pada dimensi ini mengalami kesulitan dalam mengatur aktifitas sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau
memperbaiki lingkungan, tidak menyadari dengan kesempatan yang ada di lingkungan dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia luar.
e. Tujuan Hidup Purpose in Life
Dimensi ini menekankan pada adanya tujuan dan makna dalam kehidupan. Tujuan hidup diartikan sebagai pemahaman
mengenai tujuan hidup, perasaan terarah dan makna hidup. Individu yang memiliki tujuan hidup adalah individu yang kreatif atau dapat
melakukan penyatuan emosional dalam akhir hidup. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki
tujuan dan arah untuk hidupnya, merasakan adanya arti dalam hidup di masa kini dan masa lalu, memegang keyakinan yang memberikan
tujuan hidup serta memiliki tujuan dan sasaran untuk hidup. Sedangkan skor rendah tampak apabila individu kurang mempunyai
23
arti hidup, tujuan, arah hidup, dan tidak memiliki sikap atau keyakinan yang memberikan makna hidup.
f. Pertumbuhan Pribadi Personal Growth
Pertumbuhan pribadi merupakan kemampuan individu dalam mengembangkan potensinya secara terus menerus, menumbuhkan
dan memperluas diri sebagai seorang individu. Dalam dimensi ini, individu memiliki kekuatan untuk terus berjuang menyatakan diri
dan melawan rintangan eksternal, Skor yang tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi
menunjukkan bahwa individu merasakan pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, melihat diri sebagai sebagai sesuatu yang
tumbuh dan berkembang, terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi diri, melihat adanya peningkatan pada diri dan
perilaku dari waktu ke waktu serta mau berubah untuk mencerminkan lebih banyak pengetahuan diri dan keefektifan.
Sedangkan skor yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak merasakan adanya kemajuan dan pengembangan potensi dalam
dirinyai dari waktu ke waktu, merasa bosan dan tidak tertarik dengan kehidupan serta tidak mampu untuk mengembangkan sikap
atau tingkah laku baru.
24
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
Menurut Ryff 1989, kesejahteraan psikologis seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Usia
Perubahan usia memberikan pengaruh pada beberapa dimensi dari kesejahteraan psikologis, yakni dimensi penguasaan
lingkungan, dimensi relasi positif dengan orang lain dan dimensi otonomi. Dimensi penguasaan lingkungan dan relasi positif dengan
orang lain cenderung tinggi pada usia lansia. Sementara dimensi otonomi cenderung meningkat pada usia dewasa awal dan madya
Ryff Keyes, 1995 b.
Jenis Kelamin Jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan pada dimensi
relasi positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Wanita menunjukkan angka yang lebih tinggi pada kedua dimensi
tersebut dibandingan dengan pria. Sedangkan untuk keempat dimensi yang lain tidak menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan. c.
Status Pernikahan, Keuangan, Kesehatan dan Tingkat Pendidikan Status pernikahan memberikan pengaruh pada dimensi
penerimaan diri dan tujuan hidup. Sedangkan kondisi keuangan dan kesehatan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada
25
dimensi penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan tujuan hidup. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang Ryff, Keyes Shmotkin, 2002.
d. Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh terhadap konsep diri dan relasi positif dengan orang lain. Budaya individualistic
cenderung memiliki nilai self oriented menunjukkan tingkat otonomi yang tinggi dan relasi positif dengan orang lain yang
rendah. Sedangkan other-oriented memiliki tingkat otonomi yang rendah dan tingkat relasi positif dengan orang lain yang tinggi.
e. Kepribadian
Penelitian yang dilakukan oleh Schmutte Ryff 1997 menunjukkan adanya hubungan antara trait kepribadian Big Five
Extraversion, Neuroticism, Opennes, Agreeableness, Conscientiousness dengan kesejahteraan psikologis. Dimensi
penerimaan diri, penguasaan ligkungan, tujuan hidup dan otonomi memiliki hubungan yang kuat pada trait
Neuroticsm, Conscientiousness, Extraversion dan Agreeableness. Dimensi relasi
positif dengan orang lain memeiliki kecenderungan berhubungan dengan trait Agreeableness. Sementara dimensi pertumbuhan
pribadi menjadi prediktor pada kepribadian Opennes.
26
f. Coping
Coping stress yang dilakukan seseorang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya. Penelitian yang dilakukan oleh Kling,
Seltzer dan Ruff 1997 menyatakan bahwa individu yang menggunakan
problem focused coping secara signifikan
memberikan pengaruh pada kesejahteraan psikologis di dimensi penguasaan lingkungan dan tujuan hidup. Sedangkan yang
menggunakan emotional focused coping menunjukan kesejahteraan psikologis yang cenderung rendah pada dimensi penguasaan
lingkungan dan penerimaan diri.
D. Kesejahteraan Psikologis Psychological Well-Being Remaja Piatu
Kehilangan orangtua karena kematian merupakan hal yang dapat menimbulkan kedukaan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Bukan
hanya karena kesedihan tidak dapat menjumpai secara fisik, melainkan juga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Begitu pun
perubahan status yang akan dialami oleh orang-orang yang ditinggalkannya. Pasangan hidup yang ditingalkan akan menjadi duda atau janda, sementara anak
akan menjadi anak yatim piatu apabila kedua orangtuanya sudah meninggal. Sedangkan anak yang kehilangan bapak akan menjadi anak yatim dan anak
yang kehilangan ibu akan menjadi anak piatu.
27
Keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam perkembangan anak sejak kecil hingga dewasa. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Carloss
1995, remaja mengatakan bahwa ibu lebih terlibat dalam pengasuhan mereka dibandingkan dengan ayah. Hal ini dikarenakan seorang ibu memiliki peranan
yang paling penting dalam mengasuh anak sejak kecil hingga dewasa. Seorang ibu mampu memberikan sikap-sikap positif seperti kehangatan, kasih sayang
dan perhatian. Oleh sebab itu, anak selalu merasakan kenyamanan ketika bersama ibu. Hal tersebut yang kemudian dapat memunculkan kelekatan antara
ibu dan anak. Menurut Lazarus 1991, kelekatan antara ibu dan anak terbentuk sejak awal kehidupan anak atau sejak kelahiran. Masa tersebut dianggap
sebagai peletak dasar emosi yang berkelanjutan sepanjang hidup. Seorang anak yang memiliki kelekatan dengan ibu akan memiliki sikap percaya dengan orang
lain, sehingga dalam dirinya muncul perasaan aman terhadap lingkungan. Hal tersebut yang menjadikan anak memiliki sikap positif dalam memandang dan
menyikapi lingkungannya. Sebaliknya anak yang tidak memiliki kelekatan dengan ibu, tidak memiliki kepercayaan dengan orang lain sehingga dirinya
merasa tidak aman dengan lingkungannya. Dengan demikian, anak akan memandang negatif lingkunganya.
Menurut Santrock 1995, masa remaja ialah periode transisi dari masa anak-anak hingga masa dewasa awal, yang berlangsung pada usia kira-kira 12
atau 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Pada masa ini, individu tidak lagi disebut sebagai anak kecil, namun juga tidak dapat disebut sebagai orang
28
dewasa. Masa ini sering disebut sebagai masa peralihan dari kanak-kanak menuju ke arah kedewasaan yang diikuti dengan berbagai perubahan
perkembangan yakni perubahan secara fisik, kognitif dan psikososial. Dengan demikian, remaja akan melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai tahapan
perkembangan yang terjadi di dalam dirinya beserta tugas-tugas di setiap tahap perkembangannya.
Kesejahteraan psikologis menurut Ryff 1995 adalah kondisi seseorang yang bukan hanya terbebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja,
melainkan lebih dari itu yaitu individu yang mampu menerima diri sendiri saat ini maupun masa lalu self acceptance, pengembangan atau pertumbuhan diri
personal growth, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan purpose in life, memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain positive
relationship with other, kapasitas untuk mengukur kehidupan dan lingkungannya secara efektif enviromental mastery dan kemampuan untuk
menentukan tindakan sendiri autonomy. Seorang remaja piatu harus menyesuaikan diri terhadap berbagai
perubahan yang terjadi dalam hidupnya tanpa didampingi oleh ibu. Sementara itu, ibu merupakan sosok yang memberikan kehangatan, kasih sayang,
perhatian dan rasa aman kepada anak-anaknya. Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam mengasuh anak sejak kecil hingga dewasa. Dengan
demikian, situasi tersebut mempengaruhi seorang anak dalam memandang dirinya dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya.