Definisi Etiologi Epideminologi Patofisiologi Hepatitis B

kandungan, menghasilkan zat faktor pembekuan darah, dan masih banyak lagi. Namun jika digolongkan, fungsi hati secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 golongan saja, antara lain: 1. berfungsi penampung dan penyaring darah. 2. berfungsi produksi empedu. 3. berfungsi dalam pengolahan metabolisme dari berbagai zat gizi, seperti: protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin Japaries, 1996.

B. Patofisiologi Hepatitis B

1. Definisi

Hepatitis merupakan suatu penyakit peradangan pada hati. Penyebabnya yang paling umum adalah infeksi dari salah satu dari 5 virus hepatitis yang disebut hepatitis A, B, C, D, dan E Anonim, 2000a. Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus DNA yang disebut HBV hepatitis B virus. Diameter virus hepatitis B yang terbesar berukuran 42 nm yang disebut partikel Dane dengan 3200 pasang basa tiap genomnya. Basa tersebut diselubungi double-stranded serat ganda virus DNA suatu anggota famili Hepadnaviridae Zuckerman, 1996. Hepatitis B dapat golongkan menjadi: hepatitis B akut dan hepatitis B kronis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Etiologi

Gambar 3. Struktur dari partikel HBV Anonim, 2007 Virus Hepatitis B adalah virus DNA yang disebut HBV hepatitis B virus. Diameter virus hepatitis B yang terbesar berukuran 42 nm yang disebut partikel Dane dengan 3200 pasang basa tiap genomnya. Basa tersebut diselubungi double-stranded serat ganda virus DNA suatu anggota famili Hepadnaviridae. Virus partikel ini terdiri atas selubung luar dan inti pusat. Selubung luar mengandung antigen permukaan hepatitis B HBsAg, dan inti pusat mengandung molekul tunggal dari sebagian double-stranded DNA, sebagai HBV core antigen hepatitis B HBcAg yang berdiameter 27 nm, hepatitis B e antigen HBeAg, DNA, dan DNA polymerase Raebel, Mercier, and Pai, 2005.

3. Epideminologi

Penyakit hepatitis B telah menjadi epidemik pada sebagian Asia dan Afrika dan hepatitis B telah menjadi endemik di China, dan berbagai negara Asia William, 2006. Kebanyakan orang terinfeksi HBV sejak masa kecil, dan 8-10 dari penderita terinfeksi secara kronik. Anak-anak yang terinfeksi HBV sebagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI besar berkembang menjadi infeksi kronik. Sekitar 90 bayi terinfeksi HBV selama tahun pertama hidupnya, dan 30-50 dari anak-anak antara umur 1-4 tahun yang terinfeksi HBV berkembang menjadi infeksi kronik. Sebanyak 5-10 penderita berkembang menjadi hepatitis kronik, morbiditas kronik, mortalitas, dan karsinoma hepatoseluler Garcia, 1992. Penyakit hepatitis B mula-mula dikenal sebagai “serum hepatitis”, karena diperkirakan hanya dapat ditularkan lewat darah melalui: suntikan, transfusi, cuci darah, operasi, luka koreng, borok, frambesia yang terciprat darah penderita hepatitis B yang masih infektif, jarum atau alat tusuk tato perajahan kulit, tindikan dan sejenisnya, yang tidak disterilkan dengan baik dan digunakan banyak orang sekaligus. Namun kemudian diketahui, bahwa virus hepatitis B HBV tidak hanya dapat ditemukan dalam darah penderita, tetapi semua cairan badan lain, seperti: air liur, getah liang vagina, air mani sperma, air susu ibu, keringat, dalam urin dan juga tinja. Di samping itu, ditemukan pula bukti bahwa penyakit hepatitis B, dapat ditularkan lewat serangga penghisap darah misalnya: nyamuk, kepinding, dan sebagainya Japaries, 1996. Macam penularannya ada 2 yaitu: a. secara vertikal Cara penularan vertikal terjadi dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada janin, bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan, dan anaknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. secara horizontal Cara penularannya dapat terjadi antar satu orang ke orang lain yang ‘sederajat’ yang diakibatkan oleh penggunaan alat suntik yang tercemar tidak steril, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama, serta hubungan seksual dengan penderita Anonim, 2007. Di Indonesia sendiri, penularan horizontal ternyata yang lebih sering terjadi Japaries, 1996.

4. Patogenesis