100
Topik Pertanyaan Hasil Wawancara
kesulitan-kesulitan di
atas sampai
×9 yang diberikan secara acak. Kemudian dilihat hasilnya, apabila semua siswa sudah memperoleh nilai di atas 50, maka hari berikutnya dilanjutkan dengan perkalian kali 5. Kegiatan mencongak ini setiap harinya dimulai
dari kali 2, kali 5, kali 9, kali 3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Begitu urutan yang diberikan. Karena perkalian kali 2 dianggap perkalian yang paling mudah, kemudian kali 5 dan kali 9. Setelah itu baru kembali lagi keperkalian kali
3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Apabila hasil dari kegiatan mencongak di hari tersebut masih terdapat siswa yang memperoleh nilai 40, 30, 20, maka hari berikutnya kegiatan mencongak kembali dilakukan dengan angka perkalian
yang sama. Untuk perkalian 6-9 siswa juga diajarkan dengan bantuan jarimatika. Selain itu kegiatan belajar mengajar juga dilakukan dengan metode yang menyenangkan, seperti memberi games ataupun melakukan kegiatan belajar
berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa takut, melainkan merasa senang ketika belajar Matematika.
b. Hasil Wawancara Guru Kelas II
Kegiatan wawancara kedua dilakukan kepada Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada Rabu, 7 Desember 2016. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Indikator
Hasil Wawancara
Kesulitan yang dialami guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran Matematika
Kesulitan yang dirasakan ketika mengajar siswa kelas II terutama pada mata pelajaran Matematika yaitu ketika membuat suatu persoalan Matematika terlihat mudah, bukan mencari penyelesaian secara instan. Jika persoalan
terlihat mudah maka siswa akan lebih paham maksud dari persoalan tersebut dan dapat menentukan penyelesaiannya. Karena setiap siswa pasti memiliki gambaran sendiri-sendiri pada satu permasalahan yang sama.
Di sinilah yang membuat sulit, bagaimana membuat semua siswa fokus pada gambaran yang sama? Untuk soal-
101 soal penjumlahan dan pengurangan, teknik menyimpan dan meminjam terutama pada bilangan ratusan masih dirasa
sulit bagi siswa. Menurut guru kelas II Matematika itu sulit, sehingga perlu sering diajarkan supaya siswa tidak mudah lupa. Sedangkan untuk pemahaman siswa terhadap materi perkalian guru belum begitu mengetahui karena
baru akan mengajar perkalian di semester 2 nanti. Untuk kesulitan-kesulitan yang dialami siswa biasanya disebabkan karena mereka sulit untuk berkonsentrasi dan kurang teliti. Penyebab lainnya bisa saja karena kurangnya
bimbingan dari orang tua ketika di rumah. Karena perlu juga sebenarnya menyadarkan setiap orang tua murid bahwa mendampingi belajar terutama pada Matematika sangat penting bagi anak. Di kelas II ada 1 anak yang masih lemah
dalam membaca, mungkin ini juga ada kaitannya dengan sulitnya anak dalam menyelesaikan persoalan Matematika, terutama pada soal cerita. Karena apabila kemampuan membacanya masih kurang maka akan sulit dalam memahami
soal cerita. Soal cerita memang juga dirasa sulit bagi siswa lainnya untuk dipahami. Mungkin karena jumlah kosakata yang diketahui oleh siswa masih kurang. Seperti ayah membeli ayam sekian, sampai rumah mati sekian,
dalam hal ini mereka terkadang masih belum mengetahui kalau mati itu berarti dikurang, nanti beli lagi berarti ditambah. Apalagi pada operasi hitung campuran. Mereka lebih mudah memahami soal simbolik yang jelas terlihat
ini tambah ini, ini kurang ini, ini kali ini, ini bagi ini.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan di atas Cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan banyak memberikan latihan dan praktek, jadi
Matematika “didril” terus, “dipush” terus. Selain itu gunakan contoh yang sekiranya mereka benar-benar mengalami dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan perumpamaan ayah membeli bebek, perumpamaan itu jarang dialami oleh
setiap siswa, karena belum tentu semua ayah mereka pernah membeli bebek. Maka gunakan perumpamaan yang lain.
Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain:
a. Alat Alat peraga
Matematika yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan alat peraga
Matematika oleh guru Alat perga yag tersedia di sekolah masih kurang sehingga para guru harus membuatnya sendiri. Ketika dirasa butuh
alat peraga, guru baru membuat. alat peraga yang dibuat pun bukan alat peraga yang permanen, namun hanya yang bersifat sementara sehingga mudah rusak. Misalnya membuat alat peraga untuk jam, guru hanya membuat dari
gambar saja atau menggunakan papan yang dijadikan jam. Untuk materi perkalian guru belum pernah membuat alat peraga, karena baru di tahun ini mengajar di kelas II. Sedangkan untuk upaya pengadaan alat peraga hanya ketika
ada waktu luang dan ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan. Alat peraga tersebut dibuat sendiri oleh guru.
Penggunaan alat peraga Matematika dalam
pembelajaran Ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan
guru akan mengupayakan menggunakan alat peraga. Karena dengan alat peraga anak akan terlihat lebih mampu memahami materi. Apalagi bagi siswa kelas II, mereka lebih mudah memahami materi apabila mereka melihat
bentuknya seperti apa karena membayangkan itu sulit. Jadi perlu digunakan alat inderanya sehingga mereka bisa
102 melihat bagaimana bentuk angkanya, bagaimana bentuk bendanya, dan lain sebagainya. Selain jam, alat yang pernah
dibuat oleh guru yaitu seperti tabel penjumlahan dan perkalian. Alat peraga sangat membantu pemahaman siswa, karena guru jarang menggunakan metode diskusi seperti kerja kelompok. Hal ini dikarenakan waktu yang
disediakan cukup terbatas, sehingga guru masih sering menggunakan metode ceramah.
c. Hasil Wawancara Siswa Kelas II