Prosedur Pengembangan METODE PENELITIAN

produk tersebut diuji lapangan operasional. Menurut Borg Gall dalam Sugiyono, 2016:46 uji lapangan utama untuk produk pendidikan dilakukan pada 10-30 sekolah dengan subjek 40-200. Setelah produk direvisi maka selanjutnya produk didiseminasikandisebarluaskan dan diimplementasikan pada masyarakat. Bila produk telah dipakai oleh masyarakat, maka peneliti perlu melakukan monitoring untuk mengetahui keluhan dan harapan masyarakat dalam menggunakan produk tersebut. Jika hasil diseminasi memuaskan pengguna, maka produk dibuat secara masal untuk digunakan pada lingkup yang lebih luas. Semakin banyak dan luas pengujian produk, maka produk akan semakin dapat digunakan pada lingkup yang semakin luas Sugiyono, 2016:44- 47.

D. Prosedur Pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti mengadopsi dan memodifikasi langkah-langkah penelitian dari Sugiyono 2016. Hal ini disebabkan karena waktu penelitian yang relatif singkat sehingga penelitian yang dilakukan dibatasi hanya sampai uji coba terbatas dan menghasilkan prototipe alat peraga yang telah divalidasi. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti dari hasil modifikasi terdiri dari 7 langkah yaitu penelitian terhadap produk yang telah ada, studi literatur dan penelitian lapangan, perencanaan pengembangan produk, pengujian internal desain, revisi desain, pembuatan produk, dan uji coba terbatas. Penelitian ini dimulai dengan meneliti produk yang sudah ada kemudian mengidentifikasi masalah yang ada melalui observasi, kuesioner mengenai analisis kebutuhan guru dan siswa, dan wawancara. Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberapa instrumen berupa tes dan kuesioner yang akan dilakukan selama penelitian. Kemuduan dilanjutkan dengean menentukan produk yang akan dikembangkan berdasarkan karakteristik alat peraga pada tahap pengembangan desain. Setelah itu produk divalidasi oleh beberapa ahli, hasil validasi akan digunakan sebagai bahan untuk merevisi dan memperbaiki produk yang akan dikembangkan sebelum digunakan pada tahap uji coba terbatas. Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan mengadopsi dan memodifikasi model Sugiyono 2016 dan model Borg Gall dalam Sugiyono, 2016. Peneliti memodifikasi tahap-tahap penelitian tersebut menjadi 7 langkah yaitu penelitian terhadap produk yang telah ada, studi literatur dan penelitian lapangan, perencanaan pengembangan produk, pengujian internal desain, revisi desain, pembuatan produk, dan uji coba terbatas. Langkah-langkah tersebut akan digambarkan sebagai berikut: Penelitian dan Pengumpulan Informasi Perencanaan Mengembangkan Produk Awal Pengujian Lapangan Awal Revisi Desain Pembuatan Produk Uji Coba Terbatas Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian Gambar 3.3 menunjukkan 7 langkah penelitian dalam mengembangkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori. Berikut uraian dari 7 langkah pengembangan tersebut: 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Langkah pertama peneliti akan mengumpulkan informasi melalui identifikasi masalah pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta terutama pada materi perkalian. Materi tersebut mengacu pada Kompetensi Dasar KD 3.1 yaitu melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan instrumen observasi ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL. Sedangkan untuk instrumen wawancara dikembangkan dari penelitian sebelumnya oleh Widyaningrum 2015. Setelah instrumen wawancara selesai dipersiapkan, instrumen tersebut akan divalidasi oleh ahli. Dari hasil validasi tersebut akan diperoleh instrumen wawancara. Kegiatan observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang ada ketika pembelajaran Matematika materi perkalian. Kegiatan wawancara dilakukan Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Hasil dari kegiatan observasi dan wawancara akan dianalisis guna mencari keterkaitan antara permasalahan yang terjadi, karakteristik siswa, penggunaan dan ketersediaan alat peraga, dan kesulitan belajar terkait dengan pembelajaran Matematika. Hasil dari kegiatan observasi dan wawancara juga akan digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Karakteristik alat peraga berbasis Montessori juga akan ditambahkan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Setelah kuesioner tersebut selesai dipersiapkan, selanjutnya akan divalidasi oleh ahli. Setelah divalidasi dan dinyatakan layak, barulah kuesioner tersebut dapat digunakan dan disebarkan.

2. Perencanaan

Langkah kedua dalam prosedur pengembangan yaitu perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan membuat beberapa instrumen, yaitu instrumen tes dan kuesioner. Instrumen tersebut akan divalidasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan divalidasi oleh guru kelas II untuk mengetahui tingkat kevalidan isi dari setiap butir soal. Hasil dari validasi tersebut akan digunakan sebagai bahan perbaikan instrumen. Setelah dinyatakan valid, peneliti melakukan uji keterbacaan soal tes. Selanjutnya hasil dari uji keterbacaan direvisi. Setelah dianggap layak digunakan, instrumen tes diuji cobakan terlebih dahulu secara empiris. Uji keterbacaan dan uji coba empiris dilakukan kepada siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo dikarenakan siswa kelas III dianggap sebelumnya sudah pernah mempelajari materi perkalian dengan hasil tidak lebih dari dua angka. Kegitan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap soal yang telah dibuat dan untuk mengetahui reliabilitas soal tersebut. Setelah itu peneliti akan menggunakan soal yang dianggap valid untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Untuk instrumen kuesioner kelayakan produk, langkah yang dilakukan sama seperti pada instrumen tes yaitu dimulai dengan mempersiapkan instrumen kemudian dilakukan validasi. Instrumen kuesioner untuk guru validasi dilakukan oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran, sedangkan instrumen kuesioner untuk siswa dilakukan validasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan oleh guru. Pada instrumen kuesioner untuk siswa tidak dilakukan uji keterbacaan dikarenakan peneliti sudah melakukan validasi kepada guru dan sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Hasil dari validasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan kuesioner kelayakan produk sebelum nantinya akan digunakan. 3. Mengembangkan Produk Awal Langkah ketiga dalam penelitian ini yaitu pengembangan produk awal yang akan dilakukan menjadi beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan desain alat peraga dan album penggunaan alat peraga. Pengembangan desain alat peraga didasarkan pada hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan guru dan siswa. Album penggunaan alat bertujuan sebagai pedoman yang memaparkan mengenai cara atau langkah- langkah dalam menggunakan alat peraga papan perkalian. Tahap kedua yaitu mengumpulkan dan mencari bahan-bahan yang akan dijadikan alat peraga. Pengembangan alat peraga papan perkalian ini tentunya sesuai dengan lima karakteristik alat peraga berbasis Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto correction, dan kontekstual. 4. Pengujian Lapangan Awal Langkah keempat dalam penelitian ini yaitu uji coba lapangan awal yang dilakukan dengan cara validasi desain produk. Alat peraga papan perkalian yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh beberapa ahli diantaranya yaitu ahli Pembelajaran Matematika, pakar Montessori, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Validasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk sebelum diakukan uji coba lapangan terbatas. Selanjutnya akan dilakukan analisis kelebihan dan kekurangan dari alat peraga papan perkalian berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan oleh para ahli. 5. Revisi Desain Langkah kelima dari penelitian ini yaitu merevisi desain yang sebelumnya telah digunakan pada uji coba lapangan awal. Revisi dilakukan agar produk yang dihasilkan memiliki standar kualitas yang baik. Revisi yang diberikan para ahli yaitu perbaikan ukuran tulisan pada kartu soal dan penambahan anak panah pada kartu bilangan. Hal ini dikarenakan ukuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tulisan pada beberapa kartu soal terlalu kecil sehingga akan menyulitkan siswa dalam membaca soal. Selain itu penambahan anak panah diberikan untuk mengurangi kemungkinan adanya pemasangan kartu bilangan yang terbalik ketika dimasukkan ke dalam slot. Setelah direvisi, alat peraga dapat diproduksi sesuai dengan saran yang diperoleh dari para ahli. 6. Pembuatan Produk Langkah keenam dari penelitian ini yaitu membuat produk berdasarkan saran para ahli. Sehingga saat digunakan, produk papan perkalian sudah layak diuji cobakan dilapangan. 7. Uji Coba Terbatas Langkah ketujuh dari penelitian ini yaitu ujo coba lapangan terbatas menggunakan alat peraga papan perkalian. Produk diuji cobakan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta yang sebelumnya telah diberi pretest. Tujuan pemberian pretest yaitu untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas II sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian. Selanjutnya produk akan divalidasi oleh siswa. Validasi dilakukan dengan cara memberikan posttest setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga papan perkalian. Pembelajaran tersebut akan dilakukan secara berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 siswa dengan tujuan untuk mengetahui kualitas produk yang telah dikembangkan. Soal posttest yang diberikan dikerjakan tanpa menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bantuan alat peraga papan perkalian. Hasil validasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum produk diproduksi secara massal. Namun penelitian ini dibatasi hingga prototipe alat peraga Matematika berupa papan perkalian berbasis Montessori.

E. Instrumen Penelitian