Hasil Wawancara Siswa Kelas II

102 melihat bagaimana bentuk angkanya, bagaimana bentuk bendanya, dan lain sebagainya. Selain jam, alat yang pernah dibuat oleh guru yaitu seperti tabel penjumlahan dan perkalian. Alat peraga sangat membantu pemahaman siswa, karena guru jarang menggunakan metode diskusi seperti kerja kelompok. Hal ini dikarenakan waktu yang disediakan cukup terbatas, sehingga guru masih sering menggunakan metode ceramah.

c. Hasil Wawancara Siswa Kelas II

Kegiatan wawancara selanjutnya dilakukan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan dan sejauh mana kemampuan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 hari yaitu 5 siswa pada Rabu, 22 Februari 2017 dan 5 siswa pada Kamis, 23 Februari 2017. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.12 dan 4.13. Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Indikator Hasil Wawancara Tanggapan terhadap pembelajaran Matematika yang selama ini terjadi 1. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan, kemudian latihan, selanjutnya membahas soal. Soal dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian satu persatu sesuai dengan posisi tempat duduk. Tempat duduk sendiri sejak awal sudah diatur oleh guru kelas. Selama kegiatan belajar mengajar guru sangat jarang mengajak berdiskusi secara berkelompok. bahkan mungkin dapat dikatakan tidak pernah ada diskusi kelompok. 2. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan. Sembari menjelaskan biasanya guru juga memberikan sedikit cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dengan kata lain guru masih menggunakan metode ceramah. Kemudian guru akan memberikan latihan soal, selanjutnya membahas soal tersebut. 103 Indikator Hasil Wawancara 3. Bagi siswa Matematika terasa menyenangkan. Setiap kegiatan belajar Matematika berlangsung, guru selalu memulai dengan memberikan materi dengan cara memberikan catatan, kemudian guru akan menjelaskan materi yang telah disampaikan dengan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal kemudian dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian. 4. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Hal ini disebabkan karena ketika ada PR dan siswa merasa kesulitan, kedua orang tuanya tidak dapat membantu menyelesaikan PR Matematika yang diberikan guru. Sedangkan guru sendiri selalu memberikan PR terutama pada mata pelajaran Matematika. Selama mengajar, guru selalu mengawali dengan memberikan materi yang berupa catatan, kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal latihan. Selanjutnya siswa akan diminta untuk mengerjakan secara individu setelah itu akan dibahas, setiap siswa akan mendapat giliran untuk menjawab setiap soal secara bergantian. Selain itu siswa juga menyatakan bahwa setiap pagi, guru akan mengajak untuk melakukan kegiatan mencongak. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meminta semua siswa maju ke depan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru secara bergantian. 5. Menurut siswa Matematika itu pelajaran yang menyenangkan. Selama belajar Matematika di sekolah, guru selalu mengajar dengan cara memberikan latihan soal kemudian akan dibahas dengan cara meminta siswa memberikan jawaban secara bergantian pada nomor soal yang berbeda. Selama kegiatan belajar mengajar siswa jarang sekali melakukan kegiatn secara berkelompok. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika 1. Selama kegiatan belajar mengajar guru pernah menggunakan alat peraga, namun masih jarang. Salah satu alat peraga yang pernah digunakan yaitu spidol. Namun menurut siswa menggunakan atau tidak menggunakan alat peraga siswa tetap merasa paham dengan yang diajarkan oleh guru. 2. Selama pembelajaran berlangsung, terkadang guru menggunakan alat peraga. Ketika mempelajari materi perkalian guru pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga. Menurut siswa, pembelajaran Matematika lebih mudah jika menggunakan bantuan alat peraga. 3. Sebelumnya guru pernah mengajarkan Matematika dengan bantuan spidol sebagai alat peraga. Alat peraga tesebut digunakan untuk menjelaskan materi perkalian dan pembagian. Menurut siswa mempelajari Matematika menggunakan alat peraga terasa lebih mudah dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga. 104 Indikator Hasil Wawancara 4. Selain itu dalam proses belajar mengajar guru terkadang juga memanfaatkan alat peraga. Guru menggunakan spidol sebagai alat peraga untuk membantu pemahaman siswa terutama pada materi perkalian. siswa merasa lebih mudah mempelajari perkalian menggunakan bantuan alat peraga. 5. Sebelumnya guru pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga materi perkalian. Siswa juga merasa lebih mudah memahami materi dengan bantuan alat peraga. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika 1. Materi yang dirasa sulit ktika mempelajari Matematika yaitu perkalian, terutama pada perkalian lebih dari 1 angka. Untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan walaupun menggunakan sistem meminjam ataupun menyimpan. Bentuk soal cerita, bergambar, maupun simbolik juga tidak terasa sulit bagi siswa. 2. Materi yang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi pembagian. Siswa masih belum memahami dengan baik dalam menyelesaikan persoalan pembagian. Pada materi perkalian, siswa juga masih merasa kesulitan terutama pada perkalian dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa juga masih belum paham ketika dijelaskan oleh guru. Sehingga siswa masih merasa kesulitan terutama ketika menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Namun menurut siswa, ketika mereka masih merasa tidak paham guru akan kembali mencoba menjelaskan dengan cara memberikan contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehinga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Untuk bentuk- bentuk soal Matematika terutama pada materi perkalian, siswa merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan bentuk soal cerita. Karena siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal, sehingga siswa lebih senang mengerjakan soal bentuk simbolik. 3. Siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan pada materi perkalian dan pembagian. Untuk perkalian dan pembagian dengan 1 angka, siswa masih bisa memahami dengan baik, namun ketika harus menyelesaikan persoalan materi perkalian dan pembagian dengan 2 angka, siswa masih merasa kesulitan. Namun untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan. Apabila berdasarkan bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika harus menyelesaikan persoalan Matematika berbentuk soal cerita, terutama pada materi perkalian. 4. Selama ini siswa tidak begitu menyukai Matematika dikarenakan orang tuanya akan memarahinya apabila siswa tidak memperoleh hasil yang memuskan dalam pelajaran Matematika. Sedangkan orang tua sendiri kurang mampu mendampingi siswa ketika belajar di rumah dan mengalami kesulitan. Untuk materi Matematika ang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih kesulitan dalam menentukan hasil perkalian 2 angka, 105 Indikator Hasil Wawancara sedangkan untuk pembagian siswa masih merasa kesulitan mulai dari pembagian dasar. Namun untuk materi penjumlahan siswa sudah tidak merasa kesulitan baik dengantanpa teknik meminjam dan menyimpan. Untuk bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan soal bentuk cerita karenasusah untuk memahami sehingga tidak mengerti maksud dari isi soal. 5. Untuk meteri Matematika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi. Bentuk soal yang dirasa sulita bagi siswa yaitu bentuk soal cerita pada materi perkalian dan pembagian, terutama pada soal cerita campuran dari perkalian dan pembagian. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan- kesulitan di atas 1. Ketika di rumah, siswa meluangkan waktu setiap harinya pukul 17.00-18.00 WIB untuk belajar ataupun mengerjakan PR. Ketika belajar siswa terkadang didampingi mamanya karena ayahnya berada di luar kota untuk bekerja. Selain mamanya, siswa terkadang juga didampingi nenek atau pakdhenya terutama ketika meminta bantuan dalam menyelesaikan persoalan Matematika. 2. Ketika di rumah siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Hanya ketika ada PR saja siswa akan meluangkan waktu untuk mengerjakan PR sembari belajar. Jika tidak ada PR siswa lebih memilih untuk bermain dengan adiknya. Ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, siswa biasanya akan meminta bantuan kedua orang tuanya. 3. Ketika di rumah, siswa jarang meluangkan waktu untuk belajar. Siswa meluangkan waktu untuk belajar hanya ketika mendapatkan PR dari guru di sekolah. Ketika siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan PR, siswa akan meminta bantuan ibunya karena ayahnya tidak tinggal bersama siswa yang bersangkutan. 4. Ketika sudah di rumah siswa terkadang menyempatkan untuk belajar. Tetapi ketika sudah merasa mengantuk, siswa menjadi tidak belajar. Siswa juga mengatakan jika sudah mengantuk siswa akan mudah tertidur sehingga meninggalkan aktivitas belajarnya dan menjadi tidak sempat menggosok gigi sebelum tidur. Namun ketika belajar siswa tetap didampingi oleh kedua orang tuanya. Untuk soal Matematika yang tidak begitu sulit, terkadang ayahnya akan membantu, namun tidak banyak. Ibu dari siswa mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak dapat membantu menyelesaikan persoalan Matematika karena dulu ketika sekolah hanya memperoleh nilai 4 pada mata pelajaran Matematika. 106 Indikator Hasil Wawancara 5. Ketika di rumah siswa selalu menyediakan waktu untuk belajar yaitu pukul 18.00-21.00 WIB. Kebiasaan ini dilakukan karena permintaan dari ayahnya. Selama belajar, siswa didampingi oleh papanya dan apabila ada persoalan Matematika yang dirasa sulit, siswa akan meminta bantuan ayahnya, karena ibunya merasa tidak terlalu memahami Matematika. Tabel 4.13 Hasil Wawancara Hari Kedua dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Indikator Hasil Wawancara Tanggapan terhadap pembelajar an Matematika yang selama ini terjadi 1. Siswa menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Selama pelajaran Matematika berlangsung, guru akan memulai dengan memberikan materi kamudian menjelaskannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Kemudian guru akan memberikan latihan soal dan siswa akan diminta untuk mengerjakan secara individu, setelah itu akan dibahas dengan cara setiap siswa bergiliran mengungkapkan hasil pekerjaannya pada nomor soal yang berbeda- beda. Selama pelajaran Matematika siswa jarang sekali melakukan diskusi kelompok. 2. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun sesekali siswa juga merasa takut katika dihadapkan dengan persoalan Matematika. Ketakutan itu muncul dikarenakan siswa takut salah dalam menentukan jawaban dari soal yang diberikan. Selama pelajaran Matematika, siswa sangat jarang melakukan diskusi kelompok. Biasanya ketika pelajaran Matematika berlangsung, guru akan mengawali dengan memberikan materi dan menjelaskannya dengan bercerita atau dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal kemudian membahasnya dengan cara siswa diminta secara bergantian memberikan jawaban dari setiap soal dengan nomor yang berbeda. 3. Siswa mengatakan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Karena pada Matematika banyak kegiatan berhitung, kegiatan inilah yang membuat siswa tidak pernah bosan dalam mempelajari Matematika. Karena Matematika terasa menyenangkan, siswa menjadi tidak merasa takut ketika mempelajari Matematika. Ketika pelajaran Matematika, guru akan emmulai dengan memberikan materi dan menjelsakannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal. Siswa akan diminta mengerjakan secara individu, kemudian soal akan dibahas dengan cara siswa diminta secara bergantian untuk menjawab latihan soal yang diberikan pada nomor soal yang bebeda-beda. Saat belajar Matematika siswa jarang sekali melakukan kegiatan diskusi secara berkelompok. 107 Indikator Hasil Wawancara 4. Menurut siswa, Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Siswa juga menatakan bahwa ia tidak pernh merasa bosan ataupun takut ketika belajar Matematika. Siswa sangat menyukai pelajaran Matematika, apalagi pada materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selama pelajarn Matematika di kelas, guru selalu memulai dengan memberikan materi berupa catatan kemudian menjelaskannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal yang dikerjakan secara individu kemudian nanti akan membahasnya dengan cara meminta siswa mengemukakan jawabannya secara berganttian pada tiap nomor soal yang berbeda. Ketika siswa yang endapat giliran tidak mampu menjawab soal yang diberikan, maka soal tersebut akan dilempar ke siswa yang memperoleh giliran selanjutnya, dengan catatan siswa yang tidak bisa menjawab tidak akan memperoleh nilai tambahan. 5. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun terkadang siswa merasa takut karena siswa merasa guru suka marah-marah ketika siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan bai. Selian itu ketika materi mulai teras sulit, siswa juga menjadi bosan mengikuti pelajaran Matematika. Ketika pelajaran Matematika biasanya guru memulai dengan memberikan materi berupa catatan, kemudian menjelaskan materi tersebut dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal kemudian dibahas dengan cara meminta siswa secara bergantian mengemukakan jawabannya pada nomor soal yang berbeda-beda. Penggunaa n alat peraga dalam pembelajar an Matematika 1. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga. Guru menggunakan spidol dan kertas lipat sebagai alat peraga. Selain itu siswa juga merasa lebih mudah memahami materi apabila menggunakan alat peraga. 2. Sebelumnya guru pernah menggunakan alat peraga guna membantu pemahaman siswa. alat peraga yang digunakan yaitu berupa spido, pensil, dan penggaris. Siswa merasa jika menggunakan alat peraga akan terasa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari. 3. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga sebagai alat bantu. Alat yang pernah digunakan yaitu spidol dan gelas ketika menjelaskan materi perkalian dan pembagian. Tetapi siswa merasa tidak senang menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan apabila menggunakan alat peraga, materi tersebut menjadi terasa lebih mudah. Sedangkan siswa tidak suka apabila Matematika terasa mudah, padahal siswa menginginkan Matematika diselesaikan dengan otak yang bekerja secara maksimal. Selain itu siswa tidak begitu senang menggunakan alat peraga agar suatu ketika apabila ada materi Matematika yang tidak memiliki alat peraga, siswa tidak akan merasa kesulitan dalam memahami materi tersebut karena sudah terbiasa tidak menggunakan bantuan alat peraga. 108 Indikator Hasil Wawancara 4. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga. Alat yang digunakan yaiu spidol dan gelas untuk materi perkalian dan pembagian. Siswa merasa lebih senang mengguakan alat peraga ketika belajar Matematika, karena dengan menggunakan alat peraga siswa merasa lelbih cepat dalam memahami materi. 5. Sebelumnya guru sudah menggunakan alat peraga ketika pelajaran Matematika berlangsung. Alat yang digunakan adalah spidol. Siswa merasa lebih senang ketika menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Karena dengan begitu siswa merasa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajar an Matematika 1. Pada pelajaran Matematika, materi yang dirasa sulit bagi siswa yaitu perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian dasar, siswa sudah tidak merasa kesulitan, namun pada perkalian dengan 2 angka, siswa masih merasa kesulitan. Sedangkan untuk materi pembagian, siswa masih merasa kesulitan, baik pembagian dengan 1 angka maupun pembagian dengan 2 angka. Untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa sudah tidak merasa kesulitan baik dengantanpa menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Dari berbagai macam bentuk soal Matematika, siswa masih meras kesulitan apabila diminta menelesaikan soal dengan bentuk soal cerita. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan. Siswa lebih menyukai soal Matematika bentuk simbolik, karena pada bentuk tersebut sudah jelas operasi hitung apa yang digunakan. 2. Selama belajar Matematika, siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dan pembagian. Untuk perkalian dasar siswa sudah tidak merasa kesulitan, namun untu perkalian dengan 2 angka siswa mengaku memerlukan kertas untuk coret- coretan ketika neghitung hasil perkalian. sedangkan untuk seluruh materi pembagian siswa masih merasa kesulitan. Untuk materi penjumlahan dan pangurangan baik dengantanpa menggunakan teknik meminjam dan menyimpan, siswa sudah tidak meras kesulitan. Untuk bentuk soal yang dirasa sulit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita. Karena siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal sehingga tidak mampu menentukan operasi hitung yang akan digunakan. 3. Selama mempelajari Matematika siswa merasa kesulitan pada materi pembagian. Untu materi peralian, penjumlahan, dan pengurangan siswa mengaku sudah tidak mengalami kesulitan lagi. Untuk bentuk soal pada Matematika, siswa masih mengalami kesulitan ketika menyelesaikan persoalan dalam bentuk soal cerita. Karena pada soal cerita siswa terkendala dalam memahami maksud dari soal tersebut, sehingga siswa juga menjadi kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang akan digunakan. 4. Ketika belajar Matematika siswa merasa kesulitan pada materi pembagian. Untuk materi perkalian siswa merasa tidak mengalami kesulitan. Begitu pula untuk materi penjumlahan dan pengurangan, siswa tidak mengalami kesulitan walaupun pada soal yang 109 Indikator Hasil Wawancara menggunakan atau tidak menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Pembagian semakin terasa sulit bagi siswa ketika pembegian tersebut memiliki hasil yang bersisa, misalkan pada soal : . Untuk materi perkalian dasar siswa sudah tidak merasa kesulitan, sedangkan perkalian dengan bilangan 2 angka biasanya siswa akan menggunakan sifat komutatif untuk menyelesaikannya. Untuk bentuk soal Matematika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita, karena siswa keulitan dalam memahami maksud soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan. Siswa lebih merasa senang ketika diminta menyelesaikan soal dengan bentuk simbolik, karena dengan begitu sudah terlihat jelas operasi hitung apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. 5. Dalam pelajaran Matematika, siswa masih merasa kesulitan pada materi perkalian dan pembagian. Perkalian dan pembagian dasar siswa juga masih merasa bingung. Untuk penjumlahan dan pengurangan siswa merasa sudah mampu menyelesaikan persoalan dengan baik walaupun terkadang juga masih merasa bingung. Bentuk soal yang dirasa sullit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita, karena siswa merasa belum lancar dalam berhitung sehingga untuk memahami makna soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan siswa masih merasa kebingungan. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan- kesulitan di atas 1. Ketika di rumah, siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika ada PR yang diberika guru di sekolah. Ketika mengerjakan PR, siswa akan didampingi oleh ibunya, karena ayahnya berada di luar kota, yaitu di Makasar. 2. Ketika di rumah siswa selalu meluangkan waktu pukul 17.00-21.00 WIB untuk belajar dan mengerjakan PR. Selama belajar siswa didampingi oleh orang tuanya, apabila siswa merasa kesulitan ketika mengerjakan PR, siswa juga akan dibantu oleh kedua orang tuanya. 3. Ketika di rumah, siswa jarang meluangan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika diberi PR oleh gurunya di sekolah. Apabila siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan PR, siswa akan meminta bantuan ayahnya. Selain itu ayahnya juga berpesan agar anaknya rajin belajar supaya pintar, karena ayahnya sendiri mengatakan bahw beliau juga tidak terlalu pintar Matematika. 4. Ketika di rumah, siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika diberi PR oleh guru di sekolah dan ketika akan menghadapi ulangan keesokan harinya. Ketika belajar dan mengerjakan PR, siswa didampingi oleh ibu atau kakaknya karena bapaknya harus bekerja. Apabila siswa mengalami kesulitan ketika belajar Matematika, ia akan meminta bantuan ibunya. 110 Indikator Hasil Wawancara 5. Ketika di rumah siswa tidak selalumeluangkan waktu untuk belajar.kurangnya peran orang tua juga mempengaruhi kemampuan pemahaman seorang siswa terhadap materi yang diajarkan di sekolah. Siswa mengatakan ketika di rumah, orang tua lebih banyak menggunkan waktunya untuk bekerja membungkus kue. Sehingga siswa hanya belajar ketika ada PR saja. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 narasumber, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga yang dimiliki sekolah belum memadahi dan sangat terbatas. Selain itu guru juga belum mengusahakan alat peraga dengan optimal. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan jawaban narasumber yang digambarkan pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo masih sangat terbatas. Alat peraga yang tersedia belum memenuhi kebutuhan, terutama bagi siswa kelas II. Selain itu guru juga masih kurang dalam mengupayakan ketersediaan alat peraga bagi siswa. Hal tersebut yang menyebabkan kurangnya penggunaan alat peraga sebagai alat bantu pemahaman siswa terhadap materi Matematika khususnya pada materi perkalian. Kepala Sekolah Sekolah belum memiliki alat peraga yang memadai. Terutama alat peraga untuk mata pelajaran Matematika Guru Kelas II Kelas tidak memiliki alat peraga untuk mendukung pembelajaran Matematika terutama pada materi perkalian. yang tersedia hanya tabel perkalian dengan bilangan terbatas. Siswa Kelas II Guru jarang menggunakan alat peraga. Guru hanya mengunakan spidol sebagai alat bantu pemahaman siswa. siswa merasa kurang paham ketika mempelajari suatu materi tanpa bantuan alat peraga. Ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo terutama bagi siswa kelas II masih sangat terbatas dan guru belum mengupayakan alat peraga secara optimal

b. Observasi