Analisis Hasil Adversity Qoutient Berdasarkan Tipologi Adversity Quotient
kesulitan yang dialami itu timbul dari dalam diri mereka sendiri. Terbukti pada item “Sesuatu yang menyebabkan teman tidak memberitahu saya
ketika ada tugas perkuliahan ”, banyak mahasiswa angkatan 2014 yang melingkari angka 4 dan 5 pada rentan skor yang tersedia. Hal ini
menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa sudah mampu menyadari dan mengolah penyebab-penyebab terjadinya suatu masalah atau hambatan
yang terjadi. Pada ownership pengakuan dapat terlihat bahwa beberapa
mahasiswa yang memiliki ownership yang tinggi mampu memberikan pengakuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan rasa
tanggungjawab. Seperti halnya ketika mereka diminta untuk mengisi angket, mereka sangat antusias dan mengungkapkan kesulitan yang sedang
mereka alami. Aspek yang ketiga adalah aspek reach jangkauan. Salah satu
aspek ini juga dapat mempengaruhi tingkat adversity quotient yang dimiliki mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014. Reach jangkauan
merupakan bentuk jangkauan yang mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan melibatkan bagian-bagian lain dari kehidupan. Pada aspek inilah
individu dituntut untuk memberikan respon terhadap peristiwa yang sedang terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 52 mahasiswa dalam kategori sedang, 10 mahasiswa berada dalam kategori rendah dan tidak ada
mahasiswa yang berada dikategori tinggi. Individu yang berada pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kategori rendah ini selalu merasa bahwa dirinya adalah orang yang tidak mampu dan memiliki kekurangan sehingga tidak bisa menyelesaikan
permasalahan ataupun keluar dari kesulitan yang dialami. Aspek terakhir adalah enduranceketahanan. Pengertian dari aspek
endurance ini adalah sebuah dimensi yang mempertanyakan sejauh mana kesulitan dan penyebab dari kesulitan itu akan berlangsung. Berdasarkan
hasil penelitian terdapat 42 mahasiswa dalam kategori sedang, 20 mahasiswa berada dalam kategori rendah dan tidak ada mahasiswa yang
berada dikategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa ada beberapa mahasiswa yang cenderung untuk menunda-nunda apa yang harus
dikerjakan. Pada aspek ini mahasiswa yang berada pada kategori rendah ada 20 mahasiswa dan ini lebih banyak daripada aspek-aspek yang lainnya.
Tingkat adversity quotient didukung oleh terpenuhinya ke empat aspek adversity quotient yaitu control, origin dan ownership, reach serta
endurance. Selain keempat aspek ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi, sedang dan rendahnya tingkat adversity quotient.
Kemampuan mahasiswa angkatan 2014 dalam mempertahankan tingkat adversity quotient yang ada dalam dirinya, tergolong cukup mampu hal ini
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni 1 Mahasiswa harus mampu
mengendalikan perasaannya ketika
menghadapi bahkan
mengalami suatu kesulitan dalam hidupnya 2 Mahasiswa menyadari bahwa kesulitan yang dialami semata-mata bukanlah faktor yang berasal
dari luar diri melainkan dari dalam diri 3 Mahasiswa menyadari bahwa sejauh mana ia dapat menjangkau kesulitan yang sedang dialaminya