kategori rendah ini selalu merasa bahwa dirinya adalah orang yang tidak mampu dan memiliki kekurangan sehingga tidak bisa menyelesaikan
permasalahan ataupun keluar dari kesulitan yang dialami. Aspek terakhir adalah enduranceketahanan. Pengertian dari aspek
endurance ini adalah sebuah dimensi yang mempertanyakan sejauh mana kesulitan dan penyebab dari kesulitan itu akan berlangsung. Berdasarkan
hasil penelitian terdapat 42 mahasiswa dalam kategori sedang, 20 mahasiswa berada dalam kategori rendah dan tidak ada mahasiswa yang
berada dikategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa ada beberapa mahasiswa yang cenderung untuk menunda-nunda apa yang harus
dikerjakan. Pada aspek ini mahasiswa yang berada pada kategori rendah ada 20 mahasiswa dan ini lebih banyak daripada aspek-aspek yang lainnya.
Tingkat adversity quotient didukung oleh terpenuhinya ke empat aspek adversity quotient yaitu control, origin dan ownership, reach serta
endurance. Selain keempat aspek ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi, sedang dan rendahnya tingkat adversity quotient.
Kemampuan mahasiswa angkatan 2014 dalam mempertahankan tingkat adversity quotient yang ada dalam dirinya, tergolong cukup mampu hal ini
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni 1 Mahasiswa harus mampu
mengendalikan perasaannya ketika
menghadapi bahkan
mengalami suatu kesulitan dalam hidupnya 2 Mahasiswa menyadari bahwa kesulitan yang dialami semata-mata bukanlah faktor yang berasal
dari luar diri melainkan dari dalam diri 3 Mahasiswa menyadari bahwa sejauh mana ia dapat menjangkau kesulitan yang sedang dialaminya
tersebut sehingga mahasiswa tersebut mampu bertahan dan menyelesaikan kesulitan yang tengah dihadapinya.
Berdasarkan tipologi adversity Quotient, mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling ini masuk dalam tipologi Campers mereka
yang berkemah. Kelompok campers atau mahasiswa pada tipe ini cenderung mudah puas dengan hasil yang diperolehnya. Mereka tidak
ingin melanjutkan usahanya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah mereka dapatkan saat ini. Di sini mereka mengakhiri
usahanya karena sudah merasa puas dengan hasil yang didapat. Mahasiswa pada tipe ini mereka selalu membuat target dalam
setiap perjuangan mereka, namun ketika target itu sudah mereka capai mereka akan berhenti berjuang. Dapat dikatakan mahasiswa ini mudah
puas dengan apa yang sudah dicapainya. Tipe campers ini merupakan mahasiswa yang memiliki adversity quotient sedang, dan hal ini sesuai
dengan mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling angkatan 2014 yang secara besar berada pada kategori sedang. Mahasiswa tipe ini
juga dikenal lebih bertahan pada zona zaman mereka. Tipe campers ini pada hirarki kebutuhan Maslow berada pada posisi terpenuhinya rasa
aman,Stoltz 2000. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Aspek Yang Teridentifikasi Rendah dan Usulan Program yang dapat Meningkatkan
Adversity Quotient Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan
2014
Hasil Penelitian menunjukkan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki tingkat adversity quotient sedang.
Namun, berdasarkan hasil analisis butir kuesioner tingkat adversity quotient mahasiswa angkatan 2014, menunjukkan bahwa masih ada
beberapa aspek yang belum bisa dicapai secara maksimal oleh mahasiswa angkatan 2014. Dari hasil analisis keseluruhan aspek, lebih banyak
mahasiswa angkatan 2014 berada dikategori rendah pada aspek Endurance Daya Tahan dengan hasil 32 atau terdapat 21 mahasiswa,
dibanding pada aspek lainnya. Artinya bahwa beberapa mahasiswa angkatan 2014 ini daya tahan dalam menghadapi suatu tantangan kurang
ditingkatkan. Melihat hal ini, maka akan diusulkan rencana program
“Pengembangan Diri Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam meningkatkan adversity quotient
khususnya pada angkatan 2014” melalui kegiatan diluar kampus yang dilaksanakan dua kali pada satu semester. Kegiatan ini diisi dengan
sharing bersama teman-teman dan dosen pembimbing akademik, dan pada akhir kegiatan ditutup dengan outbond yang mengangkat satu jenis
permainan mengenai adversity quotient. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Usulan program ini, dimaksudkan agar para mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 dapat menyadari bahwa
perlunya meningkatkan dan mengembangkan adversity quotient yang ada pada diri mereka. Sehingga mereka lebih mampu menghadapi kesulitan-
kesulitan serta dapat mencapai semua target dalam kehidupan. Program pengembangan ini di usulkan akan dilaksanakan dua kali
pada satu semester, di mana pada agenda kegiatan pertama Mahasiswa diajak untuk sharing kegiatan perkuliahan dan magang yang sedang
berlangsung, serta sharing bagaimana relasi dan komunikasi dengan lingkungan keluargakos, bersama dosen pembimbing akademik dan
teman-teman satu kelas di luar kampus. Pada kegiatan pertama ini juga diisi dengan outbond adversity quotient, kemudian pada akhir sesi ada
refleksi dan evaluasi seluruh kegiatan selama perkuliahan, magang, dan kegiatan selama dua hari di luar kampus tersebut.
Pada kegiatan kedua ini akan diadakan kegiatan follow up dari kegiatan pertama dan melihat bagaimana perubahan yang ada pada diri
mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pertama. Kegiatan kedua ini dilaksanakan di kampus.
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk berbagai pihak. Bagian kesimpulan memuat proses dan hasil
penelitian, untuk bagian keterbatasan memuat kelemahan dari penelitian ini sedangkan bagian saran diberikan sesuai dengan hasil penelitian yang
ditujukan pada berbagai pihak terkait.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan Deskripsi Tingkat Adversity Quotient, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
Adversity Quotient mahasiswa angkatan 2014 termasuk dalam kategori sedang atau dapat dikatakan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil
analisis skor angket tingkat Adversity Quotient yakni 84 mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
angkatan 2014 teridentifikasi berada dalam kategori sedang. Menurut tipologi adversity quotient ini mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling berada pada kategori sedang ini berarti mahasiswa cenderung pada tipe campers mereka yang berkemah. Kelompok
campers atau mahasiswa pada tipe ini cenderung mudah puas dengan hasil yang diperolehnya. Mereka tidak ingin melanjutkan usahanya
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah mereka dapatkan saat ini.
Hasil penelitian ini aspek yang teridentifikasi rendah ialah aspek endurance ketahanan, dengan hasil persentase 32 yang
artinya ada beberapa mahasiswa yang memiliki ketahanan rendah. Melihat hasil analisis skor pada setiap aspek ini maka diusulkan sebuah
program pengembangan serta peningkatan adversity quotient bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014.
Program pengembangan ini akan dilaksanakan 2 kali dalam satu semester. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan adversity quotient
yang ada pada diri mahasiswa.
B. Saran
Berikut ini dikemukakan saran bagi beberapa pihak: 1. Peneliti lain
Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai topik Adversity Quotient diharapkan:
a. Dalam menyusun kuesionernya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian, dan sesuai dengan tingkat
perkembangan responden. b. Mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai
Adversity Quotient sehingga didapatkan hasil yang maksimal. 2. Bagi program studi Bimbingan dan Konseling
Diharapkan program studi mampu menjadi wadah atau tempat menyalurkan pendapat bagi para mahasiswa
dalam proses pengembangan diri mahasiswa.
3. Bagi para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
Diharapkan para dosen lebih mempertahankan dan meningkatkan lagi pendampingan bagi para mahasiswa, sehingga para mahasiswa semakin
merasa mendapat suport baik dari para dosen dalam mengembangkan pribadi mereka.