9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru
1. Persepsi Siswa Davidoff 1998:232, mengemukakan bahwa persepsi adalah
proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri. Kartono 1984:232, juga mengemukakan persepsi adalah pengamatan secara global,
belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya baru ada proses memiliki tanggapan.
Sarlito 1992:45, mendefinisikan persepsi sebagai sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih
tinggi dari otak sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek. Bermula dari adanya rangsang dari luar individu stimulus, individu menjadi
sadar akan adanya stimuli ini melalui sel-sel syaraf reseptor penginderaan yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu cahaya, suara, suhu. Bila
sumber ene rgi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor, maka terjadilah penginderaan.
Menurut Morgan, King dan Robinson yang dikutip juga oleh Adi 1994:105, persepsi menunjukkan pada bagaimana kita melihat, mendengar,
merasakan, mengecap dan mencium dunia di sekitar kita. Dengan kata lain, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Oleh karena faktor-faktor yang ada pada setiap orang itu berbeda,
maka persepsi yang dilakukan oleh beberapa orang terhadap objek yang sama dapat menghasilkan beberapa persepsi yang berbeda pula.
Menurut Bimo 1994:53, persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, diterimanya stimulus melalui reseptor
kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, dengar, dan sebagainya. Syarat
seseorang mengadakan persepsi menurut Bimo 1994: 53-54 adalah sebagai berikut.
a. Adanya objek yang dipersepsikan b. Alat indera atau reseptor
c. Perhatian Menurut Mitfah 1983:149-157, ada berbagai macam faktor
perhatian yang berasal dari luar maupun dari dalam yang dapat mempengaruhi proses persepsi.
a. Faktor dari luar yang berasal dari pengaruh lingkungan luar, antara lain : intensitas, ukuran, keberlawanan atau kontras, pengulangan, gerakan.
b. Faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi, antara lain : proses belajar, motivasi, kepribadian.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah segala sesuatu yang dialami seseorang yang dia terima
dari alat inderanya yang kemudian diteruskan ke otak sehingga ia sadar apa yang ia alami.
2. Profesionalisme Guru Profesional berasal dari kata sifat profesi yang berarti pencaharian
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Istilah profesi memang selalu menyangkut pekerjan, tetapi tidak semua pekerjaan
dapat disebut sebagai profesi Samuel, 2007:25. Profesi adalah sesuatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari pelakunya, tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Ciri-ciri profesi Partino: 1999, adalah sebagai berikut: 1diperoleh melalui masa pendidikan yang panjang;
2pelaksanaan tugas profesi harus dilandasi oleh rasa tanggung jawab yang tinggi; 3profesi seseorang harus selalu ditingkatkan, diperbaharui, sesuai
dengan kemajuan dan tuntutan jaman; 4sesama profesi terdapat suatu ikatan Sujud 1991 mengemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sudjana 1989:40, pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lain.
Profesionalisme Samuel, 2007:25 menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan, sesuai dengan profesinya. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sahertian 1992, mengemukakan bahwa jabatan guru
mengandung arti pelayanan yang luhur. Guru adalah pelayan, pelayan anak- anak yang terhormat yang memanusiakan manusia muda. Guru adalah orang
yang profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Lembaga pendidikan yang
berwenang saat ini adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK.
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya Samana, 1994:32. Menurut Suwarno 1981, pekerjaan guru adalah suatu profesi di dalam
masyarakat, karena itu pekerjaan guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak memenuhi syarat untuk profesi tersebut. Menurut Ahmadi
dan Uhbiyati 1991:52, persyaratan khusus untuk menjadi seseorang pendidik adalah: 1pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan yang
dianut oleh suatu negara; 2pendidik harus mengenal peserta didik; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3pendidik harus mempunyai prinsip di dalam menggunakan alat pendidikan. Pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan mulia yang sangat
berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu sebenarnya yang boleh menjadi guru adalah orang-orang pilihan.
Dengan demikian guru dapat dikatakan profesional jika telah menguasai bidang yang akan diajarkan, strategi belajar, landasan
kependidikan, mampu menggunakan media pendidikan, teknik mengelola kelas, mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar, mampu melaksanakan
bimbingan dan penyuluhan, mampu melaksanakan administrasi sekolah serta mampu menafsirkan hasil- hasil penelitian untuk kepentingan kerjanya.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kemampuan.
Cooper 1977 mengatakan bahwa guru harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
menuliskan tujuan pengajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan
mengevaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Depdikbud 1983:5, kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan
membuat rencana pelajaran, kemampuan melaksanakan pengajaran, dan kemampuan dalam melaksanakan hubungan antar pribadi. Berdasarkan Pasal
28 PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, seorang guru harus memiliki empat jenis kompetensi, sebagai berikut.
1. Kompetensi kepribadian Guru memiliki keterampilan yang tinggi dalam mengenal dan mengelola
emosinya. Ini penting karena dalam praktiknya minat belajar siswa didik tumbuh, bukan karena lengkapnya fasilitas sekolah melainkan karena hati
guru. Kompetensi ini meliputi: menghayati serta mengamalkan nilai hidupnya, bertindak jujur dan bertanggung jawab.
2. Kompetensi Pedagogik Guru diharuskan melaksanakan dengan benar perihal menyangkut
penugasan dan pelaksanaan pembelajaran, pemahaman terhadap siswa didik, dan dorongan terhadap anak didik agar mampu mengaktualisasikan
potensi dirinya. Hal ini mengharuskan guru memiliki dasar-dasar yang kuat diseputar permasalahan didaktik dan metodik.
3. Kompetensi Profesional Mengharuskan guru semakin me nyadari bahwa tugasnya sebagai guru
adalah sebuah komitmen untuk menjalankan sebuah pekerjaan pokok dan bukan pekerjaan sambilan atau hobi. Tugas pokok ini mengharuskan guru
untuk terus belajar dan senantiasa menambah wawasan. Kompetensi profesional ini meliputi hal- hal sebagai berikut: menguasai landasan
kependidikan, menguasai bahan pelajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, mampu mengelola kelas, mampu
menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, serta
mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Kompetensi Sosial Mencakup kemampuan guru untuk senantiasa melaksanakan tugas
sosialnya. Guru harus mampu berkomunikasi dengan baik, tidak hanya dengan siswa didik, melainkan juga dengan orangtua dan masyarakat pada
umumnya. Kompetensi ini meliputi: mampu berperan sebagai pemimpin, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, bersikap bersahabat
dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik, mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya
masyarakatnya. Bila keempat potensi tersebut di atas dapat dimiliki oleh setiap
guru, maka ia akan dianggap sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru. Menurut Darling- Harmond dan Goodwin 1993, hakikat pekerjaan guru
sebagai pekerja profesional paling tidak memiliki tiga ciri utama, yaitu: 1. penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada
kepentingan individu pada setiap kasus; 2. pekerjaan profesional memiliki mekanisme internal yang terstuktur,
yang mengatur rekruitmen, pelatihan dan pemberian lisensi ijin kerja, dan ukuran standar untuk praktik yang etis dan memadai;
3. kaum profesional memiliki tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya.
Dari ciri-ciri profesionalisme tersebut di atas bahwa guru yang ahli bukan seorang teknisi, melainkan seseorang profesional yang layak dan
mampu mengambil keputusan serta membuat rencana yang didasarkan pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengetahuan atau ilmu yang disesuaikan dengan situasi siswa, wawasannya sendiri, nilai, serta komitmennya Zahera, 1997. Dengan demikian, seorang
guru profesional harus mampu mengambil keputusan situasional dan transaksional. Keputusan situasional diambil guru ketika merancang
pembelajaran, sedangkan keputusan transaksional diambil ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Seorang guru bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan dalam proses belajar- mengajar, karena fungsi guru adalah sebagai seorang
pengajar atau pendidik dalam setiap proses belajar- mengajar di sekolah. Dengan kecakapan, ketrampilan serta penguasaan dari guru yang baik, tujuan
pengajaran atau tujuan instuksional akan tercapai. Kemampuan guru merupakan prasyarat utama untuk keberhasilan suatu strategi belajar-
mengajar. Kehadiran guru mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan tingkah laku siswa.
Guru dan siswa adalah subjek yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diperlukan adanya hubungan resiprokal yaitu
suasana yang bersifat pengajaran. Dalam situasi instruksional para siswa tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar melalui interaksi. Dari interaksi
tersebut maka akan memberikan reaksi emosional pada guru sehingga membentuk penilaian oleh orang-orang yang saling berinteraksi dalam hal ini
guru dan murid. Sebagai pengajar guru pun harus membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan.
Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.
Dalli 1982:12, mengemukakan bahwa persepsi siswa terhadap profesionalisme guru adalah proses memahami, menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesionalisme guru melalui panca indera siswa. Dari persepsi inilah, maka akan menimbulkan reaksi bagi
siswa: apakah guru tersebut memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis
dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggambarkannya dalam proses belajar mengajar.
B. Kecerdasan Emosional