Kecerdasan Emosional TINJAUAN PUSTAKA

Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Dalli 1982:12, mengemukakan bahwa persepsi siswa terhadap profesionalisme guru adalah proses memahami, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesionalisme guru melalui panca indera siswa. Dari persepsi inilah, maka akan menimbulkan reaksi bagi siswa: apakah guru tersebut memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggambarkannya dalam proses belajar mengajar.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional Welchser 1958 yang dikutip oleh Trisniwati dan Suryaningsum 2003, kecerdasan adalah keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk berpikir rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Sedangkan pengertian emosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer 1991 adalah keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran. Suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal- hal yang berhubungan dengan emosi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence yang lebih dikenal dengan istilah EQ Emotional Quotient adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa Goleman, 1999:45. Patton 1998 menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Salovey dan Mayer dalam Goleman, 2001 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Sedangkan, Salovey dan Sluyter 1997 menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi, menilai dan meghasilkan emosi yang dapat membantu pikiran, memahami emosi dan arti emosional serta untuk mengatur emosi secara efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran. Jadi, pengertian kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain yang berguna untuk mencapai tujuan, serta membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional sebagai suatu keseluruhan mempunyai banyak komponen yang terasa kompleks karena terkait dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan subjektif seseorang untuk dapat menggunakan kemampuan dan potensi emosionalnya dalam kehidupan sehari- hari. Komponen-komponen tersebut antara lain keterampilan yang berhubungan dengan perilaku moral, cara berpikir, pemecahan masalah, interaksi sosial, keberhasilan akademik dan pekerjaan, serta emosi. Goleman 2001: 39 membedakan antara kecerdasan emosional dengan kecakapan emosional. Goleman berpendapat bahwa kecakapan emosional adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosional. Inti kecakapan emosional adalah dua 2 kemampuan, yaitu: empati yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan keterampilan sosial yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik. Sedangkan kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima 5 unsurnya, yaitu: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan sesama. Cooper dan Sawaf 1998 menawarkan kecerdasan emosional sebagai sebuah titik awal “Model Empat Batu Penjuru”. Tawaran model ini lebih ditujukan pada EQ eksekutif, yaitu penggunaan kecerdasan emosional di tempat kerja. Model Empat Batu Penjuru terdiri dari: a. Kesadaran emosi emotional literacy, yang bertujuan membangun rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan terhadap emosi yang dialami dan kejujuran terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, sekaligus kemampuan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengelola emosi yang sudah dikenalnya, membuat seseorang dapat menyalurkan energi emosinya ke reaksi yang tepat dan konstruktif. b. Kebugaran emosi emotional fitness, bertujuan untuk mempertegas antusiasme dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan dan perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai orang lain dan menampilkan diri apa adanya, menghargai ketidakpuasan diri sendiri dan orang lain, serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang paling konstruktif. c. Kedalaman emosi emotional depth, mencakup komitmen untuk menyelaraskan hidup dari kerja dengan potensi serta bakat unik yang dimiliki. Komitmen yang berupa rasa tanggung jawab ini pada gilirannya mempunyai potensi untuk memperbesar pengaruh tanpa perlu menggunakan kewenangan untuk memaksakan otoritas. d. Alkemia emosi emotional alchemy, ialah kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah- masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut di dalamnya. Hal ini mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka terhadap kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka, untuk mengevaluasi masa lalu, menghadapi masa kini, dan menciptakan masa depan. Apabila seseorang secara efektif memiliki keseluruhan aspek dalam model uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa ia adalah pribadi yang tangguh, yaitu pribadi yang dapat menggunakan emosinya secara cerdas dalam artian tepat waktu dan dalam porsi yang tepat, tanpa tergantung dari pengaruh jenis kelamin. Goleman 1999:57-59 memperluas kemampuan kecerdasan emosional memiliki 5 lima wilayah utama yang memungkinkan seseorang akan menguasai kebiasaan berpikir menuju produktivitas yang juga sangat penting untuk diperlukan di dunia kerja, yaitu: a. Mengenali emosi diri Kemampuan ini merupakan kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan mengetahui apa yang dirasakan saat emosi bergolak di dalam diri. b. Mengelola emosi Kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. c. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitannya untuk memotivasi diri. Kendali diri emosional dan kemampuan menyesuaikan diri adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan tersebut cenderung lebih produktif dan efektif dalam bekerja. d. Mengenali emosi orang lain Orang yang empatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan dapat menangkap hal- hal yang dikehendaki orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Membina hubungan Membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi. Orang-orang yang sukses dalam berbagai bidang mengandalkan pergaulan yang baik dengan orang lain. 2. Dimensi Kecerdasan Emosional Ada lima dimensi kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Pada dimensi mengenali emosi diri, indikator kecerdasan emosional mencakup: amengetahui keterbatasan diri; bkeyakinan akan kemampuan sendiri; cmengetahui kekuatan; dmengenali emosi diri. Pada dimensi mengelola emosi, indikator kecerdasan emosional mencakup: amenahan emosi dan dorongan negatif; bmenjunjung norma kejujuran dan integritas; cbertanggung jawab atas kinerja sendiri; dluwes terhadap perubahan; eterbuka dengan ide- ide serta informasi baru. Pada dimensi memotivasi diri, indikator kecerdasan emosional mencakup: adorongan untuk menjadi lebih baik; bmenyesuaikan dengan sasaran kelompok dan organisasi; ckesiapan untuk memanfaatkan kesempatan; dkegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan. Pada dimensi mengenali emosi orang lain, indikator kecerdasan emosional mencakup: amemahami perasaan orang lain; btanggap terhadap kebutuhan orang lain; cmengerti perasaan orang lain; dsiap sedia melayani. Pada dimensi membina hubungan dengan orang lain indikator kecerdasan emosional mencakup: akemampuan persuasi; bterbuka mendengarkan orang lain dan memberi kesan yang jelas; ckemampuan menyesuaikan tanggung jawab; dmemiliki semangat leadership ; ekolaborasi dan kooperasi; fada kemampuan untuk membangun tim. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecerdasan Emosi Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosi dalam diri seseorang ada 2. a. Faktor internal Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk menanggapi lingkungan sekitar. Menurut Goleman 1999:23, faktor ini berasal dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. b. Faktor eksternal Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah hidup. Pengaruh luas yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara, misal media massa. Faktor lain dapat melalui lingkungan fisik tempat manusia berada ketika berkomunikasi dengan pihak lain, melalui lingkungan sosial di mana keberadaan manusia lain sebagai penerima komunikasi maupun hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hadir di sana, serta melalui keikutsertaan individu dalam berbagai kegiatan seperti keaktifan di dalam mengikuti berbagai organisasi Goleman, 1997:275-279. 4. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi Menurut Goleman 1997:403-405, orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut. a. selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidupnya; b. terampil dalam membina emosinya, mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi, dan kesadaran emosi terhadap orang lain; c. memiliki kecakapan kecerdasan emosi, meliputi intensionalitas, kreativitas, hubungan antar pribadi dan ketidakpuasan konstruktif; d. optimal pada nilai- nilai belas kasihan atau empati, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi, dan integritas; e. optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship quotient , dan kinerja optimal. Menurut Goleman 1997:214-215, ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah adalah: a. dikuasai dorongan hati, kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral; b. menerima kritik dari orang lain sebagai serangan pribadi dan bukan sebagai keluhan yang harus diatasi; c. bersifat prasangka pada orang lain; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. menutup diri atau sikap bertahan yang pasif; e. mudah patah semangat; f. amarah gampang meledak.

C. Prestasi Belajar

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKU

0 0 18

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan motivasi bejalar siswa : studi kasus siswa kelas X dan XI SMK YPKK 3 Sleman.

0 0 153

Hubungan antara persepsi siswa tentang media pengajaran dan kedisplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus kelas XI SMK YPKK 3 Sleman.

0 2 147

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, intensitas belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada SMK YPKK III Depok Sleman.

0 0 139

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta.

0 0 197

Hubungan antara persepsi siswa tentang media pengajaran dan kedisplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi studi kasus kelas XI SMK YPKK 3 Sleman

0 2 145

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 153

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, intensitas belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada SMK YPKK III Depok Sleman - USD Repository

1 1 137

Hubungan antara motivasi belajar dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar - USD Repository

0 0 143