Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, DAN MINAT BELAJAR

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Retno Susilo Watli Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi, 2) Disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi, dan 3) Minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.

Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas satu dan dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 94 siswa, penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2006. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 62 siswa dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestrasi belajar akuntansi digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400 dan rhitung sebesar 0,447 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 4,075 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003), 2) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400 dan rhitung sebesar 0,309 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 2,903 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400 dan rhitung sebesar 0,324 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 2,423 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003).


(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHER TEACHING STYLE VARIATION, STUDENTS’ DISCIPLINE,

STUDENTS’ LEARNING ATTENTION, AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study at The Students of”BOPKRI 1”Vocational High School, Yogyakarta

Retno Susilo Wati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purpose of this research was to know the relationships between: 1) Students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement, 2) Students’ discipline and accounting learning achievement, 3) Students’ learning attention and accounting learning achievement.

The population in this research was the first and second grade students’ of “BOPKRI 1” Vocational High School Yogyakarta majoring in Accounting consisted of 94 students’. It was conducted from June to July 2006. The writer took 62 students’ as sample, by using Accidental Sampling Technique. The data collecting techniques used were questionnaire, documentary study, and interview.

To know the correlation between students’ perception of teacher teaching style variation, students’ discipline, students’ learning attention, and accounting learning achievement, the writer used multiple regression analysis teachnique with three variables.

The findings were: 1) There was a positive and significant correlation between students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning

achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and robserved= 0,447 and rtable 0,05 = 0,165 and tobserved =

4,075 > ttable 0,05 = 2,0003), 2) There was a positive and significant correlation between

students’ discipline and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r

observed= 0,309 > rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,903 > ttable 0,05 = 2,0003), 3) There was a

positive and significant correlation between students’ learning attention and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r

observed= 0,324>rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,423 > ttable 0,05 = 2,0003).


(3)

(4)

ii


(5)

(6)

iv


(7)

(8)

vi


(9)

(10)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, DAN MINAT BELAJAR

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Retno Susilo Watli Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi, 2) Disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi, dan 3) Minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.

Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas satu dan dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 94 siswa, penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2006. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 62 siswa dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestrasi belajar akuntansi digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar

akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400

dan rhitung sebesar 0,447 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 4,075 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003), 2) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400 dan rhitung sebesar 0,309 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 2,903 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R2) sebesar 0,400 dan rhitung sebesar 0,324 > rtabel 0,05 sebesar 0,165 serta thitung sebesar 2,423 > ttabel 0,05 sebesar 2,0003).


(11)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHER TEACHING STYLE VARIATION, STUDENTS’ DISCIPLINE,

STUDENTS’ LEARNING ATTENTION, AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study at The Students of”BOPKRI 1”Vocational High School, Yogyakarta

Retno Susilo Wati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purpose of this research was to know the relationships between: 1) Students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement, 2) Students’ discipline and accounting learning achievement, 3) Students’ learning attention and accounting learning achievement.

The population in this research was the first and second grade students’ of “BOPKRI 1” Vocational High School Yogyakarta majoring in Accounting consisted of 94 students’. It was conducted from June to July 2006. The writer took 62 students’ as sample,

by using Accidental Sampling Technique. The data collecting techniques used were

questionnaire, documentary study, and interview.

To know the correlation between students’ perception of teacher teaching style variation, students’ discipline, students’ learning attention, and accounting learning achievement, the writer used multiple regression analysis teachnique with three variables.

The findings were: 1) There was a positive and significant correlation between students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning

achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination

Coefficient (R2) = 0,400 and robserved= 0,447 and rtable 0,05 = 0,165 and tobserved = 4,075 > ttable 0,05 = 2,0003), 2) There was a positive and significant correlation between

students’ discipline and accounting learning achievement (Correlation

Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r

observed= 0,309 > rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,903 > ttable 0,05 = 2,0003), 3) There was a

positive and significant correlation between students’ learning attention and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient

(R2) = 0,400 and r

observed= 0,324>rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,423 > ttable 0,05 = 2,0003).


(12)

x


(13)

(14)

xii


(15)

(16)

xiv


(17)

(18)

xvi


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan pembangunan yang terjadi dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari suatu proses pendidikan yang baik. Proses pendidikan yang baik dapat menghasilkan suatu pekerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang benar-benar ahli dan menguasai pada bidangnya, sehingga dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu dan tehnologi. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan suatu masalah yang selalu mendapat perhatian karena merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pelaksanaan pembangunan masyarakat suatu negara.

Pembangunan bangsa Indonesia yang berorientasi pada pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya menjadikan pembangunan bidang pendidikan menempati posisi yang paling penting. Dewasa ini pendidikan telah tumbuh meluas dan sudah menjadi kebutuhan semua masyarakat. Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat tercapai apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengembangkan potensi dalam dirinya dengan baik. Salah satu cara untuk dapat mengembangkan potensi diri adalah dengan belajar. Menurut Oemar Hamalik (1975:4) belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.


(20)

2

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mendidik siswa-siswanya untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan juga untuk dapat lebih hidup bermasyarakat. Supaya kegiatan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka situasi kelas harus memiliki hubungan manusiawi efektif antara sesama murid dan murid dengan guru-gurunya sehingga akan mampu menciptakan perasaan bersatu dan perasaan kebersamaan (Hadari, 1981:47). Di dalam kegiatan belajar mengajar adakalanya siswa merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.

Di sekolah guru memegang peranan yang penting dan dominan. Guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar (Muhibbin, 1995:185). Setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang gaya mengajar guru, khususnya dalam hal ini guru akuntansi. Variasi dalam mengajar dianggap sangat penting untuk mengatasi rasa kebosanan pada diri siswa karena adanya variasi dalam mengajar yang dilakukan seorang guru diharapkan dapat memacu semangat belajar siswa.

Adanya variasi gaya mengajar guru yang tidak membosankan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar akan menimbulkan minat dalam diri siswa untuk lebih belajar dengan tekun. Variasi gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap


(21)

prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan FX. Yusti Subroto (2004), yang berjudul Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru Akuntansi, Minat Belajar Akuntansi, dan Fasilitas Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan.

Dalam penelitian yang dilakukan Yuliyanti (2004), yang berjudul Hubungan antara persepsi belajar siswa, jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa dalam memilih program studi di SMU disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan.

Menurut hasil penelitian yang berjudul pengaruh bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa studi kasus siswa kelas II Akuntansi SMK Katholik Klaten, Theresia Trisusanti (2003) menyimpulkan bahwa (1) Bimbingan guru di kelas berpengaruh positif dan signifikansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada tarif 5% t hitung 2, 346> t_tabel 1,665 dengan SE sebesar 6,68%). (2) Minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 2,475> t_tabel 1,665 dengan SE sebesar 13,648). (3) Motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 3,035 > t_tabel 1,665 dengan SE sebesar 7,583). (4) Bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar


(22)

4

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 14,9 > t_tabel 2,725 dengan SE sebesar 27,946%.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan lingkungan belajar yang baik, dorongan orang tua dan minat belajar dari diri siswa.

Dalam belajar siswa juga harus dapat mendisiplinkan diri yaitu dengan cara siswa harus dapat mengendalikan diri dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan sikap disiplin dalam proses belajar mengajar diharapkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Sehingga dalam hal ini kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Semakin siswa dapat mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi yang akan diperoleh siswa akan semakin baik, tetapi sebaliknya jika siswa tidak dapat mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa tidak akan memuaskan. Dari penelitian yang berjudul Hubungan antara Disiplin Belajar, Motivasi Belajar dan Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa (Fransiska Dian Wasitaningsih, 2002), diperoleh hasil bahwa kedisiplinan belajar mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.


(23)

Dengan adanya hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Variasi Gaya Mengajar Guru

Akuntansi, Disiplinan Belajar Siswa, dan Minat Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan mengenai

hubungan antara variasi gaya mengajar guru akuntansi, kedisiplinan belajar, dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi?

2. Apakah ada hubungan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi? 3. Apakah ada hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar akuntansi?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya mengajar guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.


(24)

6

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.

3.Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran bagi guru untuk lebih menyempurnakan kegiatan belajar mengajar terutama tentang variasi gaya mengajar yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi siswa bahwa betapa pentingnya minat belajar yang ada untuk dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan khususnya dalam bidang pendidikan.


(25)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman atau wawasan untuk peneliti sendiri sebelum benar-benar terjun langsung di dunia pendidikan.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin belajar siswa, minat belajar siswa di sekolah, dan prestasi belajar akuntansi. Selain hal tersebut, juga menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seorang yang lebih tahu atau yang sekarang disebut dengan guru (Ali Imron, 1996:2).

Winkel dalam Psikologi Pengajaran (1996:53) memberikan pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat konstan.

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan (1995:91) mengatakan bahwa belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses


(27)

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku dan latihan.

Sardiman (1986:22-23) memberikan beberapa pengertian belajar adalah sebagai berikut:

a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya berkaitan

dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri,

b. Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan

pribadi seutuhnya,

c. Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya,

d. Belajar adalah rangkaian jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan

pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, rana kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku menuju perkembangan manusia seutuhnya melalui serangkaian kegiatan yang dibimbing oleh seorang yang lebih tahu. Perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya interaksi


(28)

10

dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik.

2. Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru a. Persepsi Siswa

Persepsi adalah proses pemahaman yang terorganisir dan

menggabungkan data-data indera atau penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita (Linda L. Davidoff, 1981:232).

Persepsi dapat juga diartikan sebagai proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, perasaan, penciuman, dan pendengaran. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Miftah Thoha, 1983:138).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan mengintepretasikan rangsang dari lingkungan melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakannya.

Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada prestasi belajar yang mereka hasilkan, karena seorang guru bagi siswa


(29)

merupakan subyek yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar, karena fungsi guru adalah sebagai pengajar atau pendidik dalam setiap proses mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar suatu kebosanan akan terjadi apabila kita melihat atau mengalami hal yang sama terjadi secara berulang-ulang terus-menerus sehingga menjadi rutin. Untuk menanggulangi rasa bosan ini maka diperlukan adanya suatu variasi dalam proses belajar mengajar, sehingga belajar mengajar di sekolah tidaklah terasa sebagai beban yang berat. Adanya variasi gaya mengajar guru akuntansi yang baik dapat membantu siswa untuk lebih memusatkan perhatian siswa pada pelajaran yang sedang diajarkan.

b. Pengertian Mengajar

Mengajar pada umumnya merupakan suatu upaya pendidikan dalam

memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1983:7) mengajar adalah sebagai penanam dan penyampaian pengetahuan pada anak, serta suatu kegiatan mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.


(30)

12

Mengajar merupakan peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar

adalah peristiwa yang terikat oleh tujuan, pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Winarno,1973:29). Karena mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, maka seorang pendidik dalam hal ini adalah guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik, dan materi pelajaran dapat diterima oleh siswa sebagai peserta didik.

Guru dalam mengajar harus sudah memiliki rencana pembelajaran

(satuan pelajaran) dan menetapkan strategi belajar mengajar, karena dalam hal ini guru melakukan kegiatan mendidik, dalam artian guru mengantar peserta didik ke tingkat kedewasaannya, baik secara fisik maupun mental. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk berusaha seoptimal mungkin menciptakan kondisi yang mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

Mengajar secara luas dapat diartikan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar atau sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 1986:46-47).


(31)

c. Gaya Mengajar

J. Roggema dalam Winkel (1996:205) membedakan gaya mengajar

menjadi dua, yaitu: 1) Formal, ciri-ciri:

a) Guru sangat terikat dengan kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan. b) Menuntut banyak prestasi hafalan.

c) Berpegang pada buku pelajaran. d) Bergaya memimpin lebih otoriter.

e) Kurang bersedia menerima sumbangan pikiran dari siswa. f) Menekankan perlunya siswa belajar untuk lulus ujian. 2) Informal, ciri-ciri:

a) Penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan siswa. b) Mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran. c) Memberikan pandangan sendiri terhadap pelajaran.

d) Bergaya memimpin lebih demokratis.

e) Menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa.

f) Menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri sendiri.

Gaya mengajar menurut Winkel (1996:204) adalah keseluruhan

tingkah laku guru yang khas bagi dirinya dan agak bersifat menetap pada setiap kali mengajar.


(32)

14

d. Variasi Gaya Mengajar

Kebosanan merupakan salah satu masalah penting didalam kelas.

Murid-murid duduk dengan tenang mendengar dan melihat guru mengajar selama berjam-jam, sambil terkantuk-kantuk dan penuh kebosanan. Gaya mengajar yang monoton akan membuat siswa malas untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Hal yang diperlukan oleh guru adalah mengadakan variasi dalam mengajar. Variasi dalam mengajar banyak sekali bila dilakukan dengan benar-benar akan sangat menarik dan dapat mempertahankan minat dan semangat siswa dalam belajar. Biasanya variasi muncul dalam komponen-komponen, sebagai berikut (Raflis Kosasi,1984:6-7):

1) Pengertian variasi suara

Variasi suara adalah perubahan nada suara keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

2) Pemusatan perhatian

Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru

dengan perkataan atau kalimat dan ungkapan senada dengan itu dan biasanya diikuti dengan isyarat.


(33)

3) Kesenyapan

Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian. Perubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan dan kemudian dihentikan, akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi.

4) Mengadakan kontak pandang

Bila guru berbicara berinteraksi dengan siswanya hendaknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka.

5) Gerakan badan dan mimik

Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak hanya sekedar menarik perhatian, tetapi lebih dari itu dapat menyampaikan arti dari pesan lisan yang disampaikan.

6) Pergantian posisi guru dalam kelas

Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian murid. Yang penting diingat adalah variasi ini digunakan dengan maksud tertentu, dan dilakukan secara wajar tidak berlebihan.


(34)

16

Salah satu tujuan untuk mendapatkan hasil dalam belajar, guru tidak terikat pada teknik atau metode atau media tertentu akan tetapi guru dapat memanfaatkan salah satu atau semuanya secara berkombinasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara efektif untuk memperoleh hasil pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melibatkan penuh pembelajaran bersama siswa, variasi dan keragaman dalam metode mengajar, motivasi internal, dan integritas belajar yang menyeluruh.

3. Disiplin Belajar Siswa

a. Pengertian Disiplin Belajar

Dalam melakukan kegiatan dan aktivitas kita sehari-hari, dimanapun tempatnya kita tidak dapat melepaskan diri dengan norma atau aturan yang berlaku. Aturan-aturan itu harus diikuti baik secara paksa atau kerelaan diri seseorang.

Adanya norma atau aturan itu dimaksudkan untuk mengatur perilaku dan mendorong serta menekan orang-perorang, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai dan mentaati nilai-nilai sosial yang ada.

Norma juga dibuat untuk memelihara ketertiban dan perdamaian diantara orang yang memiliki kepentingan yang berlainan sehingga satu dengan yang lain akan saling menghormati terhadap kepentingan masing-masing. Jadi dengan adanya norma atau aturan, maka manusia tidak dapat bertindak maupun


(35)

bertingkah laku sesuka hatinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan harus disertai rasa tanggung jawab dengan penuh disiplin.

Dalam Kamus Umum Bahas Indonesia disiplin diartikan sebagai suatu aturan yang ketat, tata tertib yang harus dipatuhi. Disiplin secara umum dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi suatu ketentuan dan peraturan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab (Entang, 1984:11).

Pusat pengembangan inovasi dan Fakultas Filsafat UGM bekerja sama dengan Balitbang Dikbud menyampaikan makna disiplin adalah kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai di dalam suatu sistem sosial demi kualitas kehidupan. Dengan demikian di dalam disiplin terkandung adanya sistem nilai, sistem sosial, bentuk kepribadian pendukungnya, serta perspektif masa depan yang akan dicapai dari pola interaksi yang terjadi.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

a) Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri) yang meliputi:

1. Sifat malas. Sifat malas ini dapat terjadi karena kesengajaan, misalnya pelajar yang sengaja menunda pekerjaan sehingga pekerjaannya menumpuk dan semakin banyak.


(36)

18

2. Kesehatan. Kesehatan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan. Orang yang sedang tidak sehat akan sulit mentaati apa yang sudah direncanakan, sebaliknya orang yang sehat akan lebih mudah mentaati segala sesuatu yang telah direncanakan.

3. Minat. Seorang yang mempunyai minat dalam segala kegiatan maka kecenderungan untuk menjalankan disiplin lebih tinggi dibanding orang yang tidak mempunyai minat terhadap apa yang akan dilakukan.

b. Faktor ekstern, yang meliputi sebagai berikut:

1. Peralatan. Faktor ini dapat mempengaruhi disiplin seseorang contoh pelajar yang memiliki peralatan lengkap dalam belajar lebih memiliki jiwa disiplin dibanding dengan pelajar yang tidak mempunyai peralatan yang kurang lengkap.

2.Lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam membantu meningkatkan disiplin pelajar. Dalam lingkungan keluarga peranan orang tua sangat membantu, sedangkan dalam lingkungan sekolah adalah guru dan teman sekolahnya, yang lebih besar pengaruhnya adalah peran dari kawannya. Meskipun guru berusaha memotivasi belajar, tapi jika


(37)

kawannya tidak mendukung maka disiplin yang ditawarkan belum tentu berhasil.

b. Manfaat Disiplin

Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1999 : 97) ada beberapa fungsi disiplin yang bermanfaat bagi anak yaitu:

a) Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan

diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.

b) Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyelesaian yang wajar,

tanpa menuntut komformitas yang berlebihan.

c) Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan

pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

Gunarsa (2000:136) menjelaskan “manfaat utama disiplin adalah agar anak mengendalikan diri dengan baik, mampu menghormati, dan mematuhi otoritas orang tua”. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin yaitu tegas dalam hal yang harus dilakukan. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi disiplin perlu dalam mendidik anak, supaya anak dengan mudah:

a) Saling menghargai dan menghormati hak milik orang lain.


(38)

20

c) Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk.

d) Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada

perasaan takut.

e) Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain.

c. Unsur-unsur Disiplin

Menurut Triana Noor Edwina DS (1997:13-2) unsur kedisiplinan meliputi: peraturan, hukum, penghargaan dan konsistensi.

Peraturan dimaksudkan bahwa dalam disiplin ada norma-norma, aturan yang harus ditaati seseorang. Hukuman dimaksudkan jika seseorang melanggar surat aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman, bisa hukuman fisik, non fisik, membayar denda dan sebagainya. Sedangkan penghargaan dimaksudkan jika seseorang melakukan tindakan yang benar, maka kepadanya diberikan penghargaan yang tidak harus berupa denda, tetapi dapat berupa ucapan terima kasih, senyuman, pujian dan sebagainya. Konsistensi berkait dengan tingkat keajekan dalam memberikan hukuman dan penghargaan.

d. Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin

Entang (1984:11) mengatakan “tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan, yaitu pemenuhan kebutuhan”. Pengenalan terhadap kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Apabila kebutuhan siswa tidak terpenuhi, maka akan terjadi


(39)

ketidaksinambungan pada diri siswa yang bersangkutan, sehingga siswa akan berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan berbagai cara yang sering kurang dapat diterima oleh masyarakat (termasuk pelanggaran disiplin).

Abraham Maslow (dalam Winkel 1996:155) menjelaskan hirarki kebutuhan manusia dengan urutan hirarki dari bawah ke atas, yaitu:

a) Kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan jasmani seperti: makanan,

minuman, tempat tinggal dan seks.

b) Kebutuhan untuk menjamin keamanan secara fisik dan psikologis: seperti

aman dan terteram.

c) Kebutuhan untuk menikmati hubungan sosial yang memuaskan seperti:

dicintai, disayangi, dan diterima oleh orang lain.

d) Kebutuhan untuk menikmati rasa harga diri seperti: mengakui diri sendiri

sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula dari orang lain.

e) Kebutuhan untuk mengembangkan diri secara intelektual seperti:

pengetahuan dan pemahaman sebagai pengayaan alam kognitif.

f) Kebutuhan untuk menikmati dan menghargai keindahan dalam berbagai

bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan.

g) Mencapai pengayaan diri manusia secara optimal dan maksimal


(40)

22

Pelanggaran disiplin dapat terjadi di lingkungan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pelanggaran disiplin yang terjadi di dalam keluarga, karena pendisiplinan yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau “kekanak-kanakan”, sehingga remaja memberontak. Pemberontakan yang biasanya terjadi di dalam keluarga karena salah satu orang tua lebih dominan daripada yang lain (orang tua kurang selaras) atau kurang kompak dalam hal pendisiplinan (Hurkock, 1997:232).

Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri seperti:

a) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter, senantiasa

mendiktekan kehendak tanpa memperhatikan kedaulatan anak didik.

b) Sebagian besar siswa dikurangi hak-haknya sebagai siswa yang

seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di bawah bimbingan guru.

c) Tidak/atau kurang memperhatikan kelompok minoritas.

d) Siswa kurang diikut sertakan dan dilibatkan dalam tanggung jawab

sekolah.

e) Latar belakang kehidupan keluarga yang kurang diperhatikan dalam


(41)

f) Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya saling melepaskan tanggung jawab.

Sebab-sebab lain adalah kebosanan dalam kelas, perasaan kecewa, dan tertekan karena siswa dituntut bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja (Entang, 1984:17).

4. Minat Belajar a. Minat

Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu hal. Minat sangat berpengaruh dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar. Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Minat mengandung unsur rasa suka atau rasa senang terhadap suatu obyek sebagai contoh seseorang suka akan pelajaran akuntansi maka orang itu akan merasa senang melihat, membaca dan bahkan ingin masuk penjurusan ilmu pengetahuan sosial karena lebih mendalami bidang tersebut. Adanya sikap menolak terhadap suatu pelajaran yang dinilainya tidak berguna akan dapat menurunkan minat belajar terhadap pelajaran yang ada dan sebaiknya. Hal ini akan membawa dampak prestasi belajar yang diraih pada pelajaran yang bersangkutan akan jelek apabila sikapnya menolak.


(42)

24

Menurut Winkel (1987:30) minat adalah kecenderungan yang

menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Bimo Walgito (1977:38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut.

Selain itu minat juga dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang

bahwa obyek, seseorang, sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (Whiterington, 1988:124). Dalam hal ini minat dipandang sebagai sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi dirinya, karena itu terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan informasi mengenai obyek tersebut. Selain itu juga seorang siswa harus menyadari bahwa situasi di lingkungan sekitarnya mempengaruhi minat belajarnya. Misalnya ada orang di lingkungan kita yang mengatakan bahwa pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang sulit sekali, sehingga siswa dengan sadar merasa terpengaruh menjadi kurang berminat dengan pelajaran akuntansi. Di sisi lain siswa tersebut menginginkan prestasi belajar akuntansinya baik. Dengan adanya situasi yang demikian sehingga siswa sadar akan hal tersebut membawa dampak terhadap prestasi belajar akuntansi yang diperolehnya nanti tidak baik, maka siswa berusaha menghilangkan pengaruh yang dirasakan tidak baik


(43)

tersebut dengan jalan terus mencari cara agar siswa tersebut tetap berminat terhadap pelajaran akuntansi.

Mappiare (1982:62) berpendapat bahwa timbulnya minat berasal dari

harapan. Sebab minat terdiri dari perasaan, prasangka atau kecenderungan untuk mengarahkan individu pada suatu pilihan. Hal ini berarti minat seseorang akan timbul jika seseorang memiliki rasa senang, mempunyai harapan terhadap obyek, memiliki pandangan terhadap dirinya dan ada kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang mendukung. Sedangkan Suhirin (1980:12) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu obyek atau mengenai suatu obyek. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila siswa lebih dekat dengan mata pelajaran yang diminati, karena rasa tertarik tersebut, kemauan atau keinginan untuk dekat dan menekuni timbul dari dalam dirinya sendiri.

Minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita

untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Crow dan Crow, 1980:304). The Liang Gie (1984:28) mengatakan bahwa minat berarti sibuk, tertarik sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.


(44)

26

Elita D. Nugroho (1982:18) mengatakan bahwa pengetahuan

mengenai minat dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:

a) Penempatan, yaitu minat merupakan alat yang digunakan untuk membantu

siswa memilih jurusan yang benar.

b) Perbaikan belajar, yaitu membantu guru mengenal siswa yang perlu

mendapat perhatian khusus.

c) Penilaian program, yaitu menentukan efektivitas suatu program.

Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut pahutnya dengan individu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh dari pengalaman belajar. Dengan demikian, perlu meningkatkan minat pada diri anak karena peningkatan minat merupakan bantuan terhadap anak agar memandang sendiri hubungan antara materi pelajaran dengan dirinya sebagai individu. Jadi minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak-anak dalam melaksanakan usahanya, sehingga minat merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan jurusan yang akan menentukan keberhasilan studinya, maka minat merupakan sumber usaha.


(45)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Giartama (1990:6) digolongkan menjadi dua antara lain yaitu:

a. Minat secara intrinsik, merupakan minat yang timbul dari individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar yang baik, bakat, jenis kelamin, dan intelegensi.

b. Minat secara ekstrinsik, merupakan akibat pengaruh dari luar individu. Timbul karena latar belakang sosial ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

c. Unsur-unsur minat

The Liang Gie (1984:24) mengemukakan ada beberapa unsur dalam minat antara lain yaitu:

a. Minat melahirkan perhatian.

b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi. c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.

d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.

(untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu).


(46)

28

d. Meningkatkan Minat Siswa

Slameto, 1988:83 mengatakan bahwa beberapa ahli pendidikan berpendapat cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.

Di samping memanfaatkan minat siswa yang telah ada maka, disarankan agar pengajar membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini bisa dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya, bagi siswa di masa yang akan datang, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran harus tetap dijaga serta suasana pelajaran. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukan atau yang tidak dilakukannya dengan baik, yang diharapkan akan muncul minat terhadap bahan yang diajarkan.

Menurut Hurlock, 1992:114 sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan. Jika kita mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak sepenuhnya, rangsangan harus di atur supaya bertepatan dengan minat anak. Ini


(47)

merupakan “saat siap belajar” yaitu saat anak-anak siap belajar, karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh lewat pengalaman belajar.

e. Minat Belajar Siswa

Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai

beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Berbicara mengenai minat tentu saja tidak terlepas dari keadaan psikologis seseorang. Minat diartikan sebagai: “Kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Dalam hal ini minat dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi dirinya. Karena itu terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan dan informasi mengenai objek tersebut (Whinterington, 1963:90). Selanjutnya Whinterington membagikan minat menjadi dua yaitu:

1) Minat primitif yaitu minat yang tumbuh karena kebutuhan biologis yang dapat

berupa makanan, minuman, seks dan kebutuhan sejenisnya.

2) Minat kultural yaitu minat yang timbul dari perbuatan belajar yang lebih


(48)

30

5. Prestasi Belajar Akuntansi

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil puncak yang telah dicapai. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi (Mulyono, 1990:700. Selanjutnya Sunaryo (1983:10) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses belajar yang telah dicapai oleh seorang siswa yang diuji melalui kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran dapat dicapai.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi

Dimyati Mahmud (1990:84-87) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi, yaitu:


(49)

a) N. Ach (Need for Achievement)

N. Ach adalah dorongan atau motif untuk berprestasi atau suatu motif

intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu. b) Takut gagal

Takut gagal seperti perasaan cemas (nervous) dalam menghadapi ujian atau tes akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau tingkat prestasi seseorang.

c) Takut sukses

Seorang wanita memiliki karakteristik lebih takut sukses dari pada pria.

Apabila cukup kuat takut sukses ini merongrong N Ach seseorang dan

melahirkan perasaan negatif terhadap prestasi yang baik. d) Persepsi

Persepsi seseorang terhadap prestasinya terkait dengan kombinasi empat faktor: kemampuan, usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan.

2) Faktor eksternal

Kesempatan dan faktor situasional juga sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar. Jika situasi lingkungan mendukung dalam proses belajar mengajar pasti juga akan sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar seseorang.


(50)

32

c. Prestasi Belajar Akuntansi

Prestasi belajar akuntansi adalah suatu hasil yang diperoleh akibat adanya belajar akuntansi, dalam usaha memperoleh suatu hasil sangat ditentukan adanya evaluasi terhadap suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses belajar yang diberikan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Prestasi belajar akuntansi merupakan indikator kualitas dan kuantitas dari pengetahuan yang dikuasai oleh anak didik. Hasil evaluasi dapat dipakai untuk meninjau kembali hasil belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan sebelumnya. Bila hasil yang diperoleh belum memuaskan, hal ini tidak sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan. Prestasi belajar akuntansi akan mengalami kenaikan apabila didukung oleh situasi proses belajar mengajar yang baik pula, dalam hal ini kemampuan seorang guru dalam menciptakan suasana belajar yang baik sangat diperlukan. Suasana belajar yang baik dapat mendorong siswa lebih termotivasi, lebih berminat dan perhatian pada mata pelajaran akuntansi yang sering digunakan dapat mendorong terciptanya suasana belajar yang positif, sehingga siswa lebih bersemangat. Pemilihan teknik pengajaran yang bervariasi tentu saja menuntut kesiapan seorang guru yang lebih banyak dan tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai, dengan demikian siswa merasa betah dan bersemangat dalam mengikuti proses belajar


(51)

mengajar di dalam kelas, sehingga dampak yang timbul adalah prestasi belajar siswa akan meningkat.

Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang menuntut seorang siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, karena dalam pembelajaran tidak hanya guru saja yang harus aktif. Kurikulum yang telah dirancang dengan baik tidaklah banyak artinya bila penjabarannya dalam proses belajar mengajar tidak ikut menunjang tujuan kurikulum tersebut. Proses belajar mengajar menjadi faktor yang sangat penting karena banyak tuntutan keterampilan yang diharapkan oleh para pengguna lulusan yang tidak secara langsung dapat diwujudkan dalam mata pelajaran khusus ini. Agar proses belajar mengajar dapat tercapai perlu adanya interaksi yang baik didukung dengan adanya variasi-variasi mengajar yang diciptakan guru dalam belajar guna memacu semangat belajar siswa yang pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat menjadi baik.

Dalam proses belajar mengajar akuntansi, diharapkan dapat menghasilkan perubahan pada siswa yang berupa kemampuan-kemampuan internal. Dalam kemampuan internal ini nantinya harus dinyatakan dalam prestasi. Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat memberikan petunjuk mengenai tujuan instruksionalnya, sebab yang dievaluasi adalah hasil usaha belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Hasil tersebut dalam prestasi belajar siswa


(52)

34

adalah prestasi belajar akuntansi. Dari beberapa penulis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil tertinggi yang telah dicapai dalam bidang tertentu, yang berdasarkan prestasi tersebut seorang guru.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi.

Variasi gaya mengajar yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar akuntansi. Variasi gaya mengajar akan mengurangi kebosanan siswa dalam proses belajar mengajar. Variasi gaya mengajar yang dilakukan oleh guru banyak sekali komponennya dan jika dilakukan dengan benar-benar akan sangat menarik sehingga dapat mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar. Variasi gaya mengajar jika digunakan pada kondisi yang tepat akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.

Kedisiplinan merupakan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib tertentu. Siswa yang mempunyai sifat disiplin akan pula mempunyai prestasi yang lebih. Karena siswa yang disiplinnya tinggi akan mempunyai tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab disini maksudnya adalah tanggung jawab dalam kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai rasa tanggung jawab akan mengikuti kegiatan


(53)

belajar mengajar dengan baik dan tepat waktu. Seorang siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi tentu saja mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam belajarnya. Rasa tanggung jawab dalam kegiatan belajar akan mempengaruhi prestasi belajar.

Bidang studi akuntansi merupakan materi yang termasuk dalam kategori yang sulit untuk dipelajari, karena terdapat konsep-konsep akuntansi yang sulit untuk dimengerti, sehingga mempelajarinyapun membutuhkan suatu ketekunan, kejelian dalam menghitung angka-angka. Namun bila siswa tersebut memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi akan cenderung memiliki prestasi belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kedisiplinan belajarnya rendah. 3. Hubungan Antara Minat Belajar Akuntansi Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.

Minat merupakan salah satu unsur kepribadian individu yang memegang

peran penting dalam pembuatan suatu keputusan. Minat akan mengarahkan tindakan individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan dapat diketahui dari pernyataan senang dan tidak senang atau tidak disuka terhadap suatu obyek tertentu. Seorang siswa yang minat dengan pelajaran akuntansi akan terus berusaha untuk belajar akuntansi seoptimal mungkin, karena siswa merasa senang dengan pelajaran akuntansi dan dengan adanya minat belajar akuntansi yang


(54)

36

tinggi akan dapat meningkatkan atau mempertahankan prestasi belajar akuntansi siswa itu sendiri.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan prnyataan yang masih lemah, karenanya masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara variasi gaya mengajar guru

akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.

2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar akuntansi

dengan prestasi belajar akuntansi.

3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar akuntansi dengan


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat replikasi dari penelitian sebelumnya dan jenis

penelitian ini adalah studi kasus yaitu jenis penelitian yang mengambil suatu permasalahan yang terjadi pada obyek penelitian tertentu. Jenis penelitian studi kasus tersebut bila dihubungkan dengan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hanya berlaku bagi obyek penelitian yang lain. Penelitian ini hanya terbatas pada obyek tertentu saja yaitu sekolah dan siswa sebagai respondennya. Secara khusus, yang akan diteliti dari responden adalah persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa dan minat belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK BOPKRI I Yogyakarta Alamat: Jln. Cik Di Tiro No. 37 Yogyakarta

2. Waktu penelitian


(56)

38

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan dimintai informasi atau menjadi sumber informasi khususnya siswa. Responden penelitian dalam hal ini adalah siswa siswi kelas satu dan kelas dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

D.Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristik yang berlainan, populasi juga disebut sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas 1 dan 2 jurusan akuntansi SMK BOPKRI I sebanyak 94 siswa, sedangkan siswa siswi kelas 3 jurusan akuntansi tidak ikut diambil menjadi populasi karena pada saat penelitian dilakukan siswa siswi kelas 3 baru saja menempuh ujian akhir dan sedang libur sekolah.

E. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Pada penelitian ini diambil 62 siswa-siswi yang akan mengisi kuesioner. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.


(57)

F. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel. Teknik sampling

dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok nonprobability sampling yaitu teknik

yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling aksidental karena dalam penelitian tersebut teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Jadi, penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 62 responden.

G. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel yang Akan Diteliti

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yaitu tiga variabel bebas dan

satu variabel terikat.

Variabel-variabel tersebut adalah:

a. Variabel bebas (Independence variable)

1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru (X1)

Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan mengintepretasikan


(58)

40

rangsang dari lingkungan dalam hal ini adalah variasi gaya mengajar guru melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.

2) Disiplin siswa (X2)

Disiplin siswa adalah keteraturan dalam segala usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal serta merencanakan terlebih dahulu dengan sistematika yang baik tentang apa yang akan dipelajari.

3) Minat (X3)

Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

b. Variabel terikat (Dependence variable) Prestasi belajar akuntansi (Y)

Prestasi belajar akuntansi adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran akuntansi.

2. Kategori Kecenderungan Variabel

Kategori kecenderungan variabel bebas dari variabel terikat dinilai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Penilaian dengan menggunakan PAP tipe II adalah sebagai berikut (Ign. Masidjo,1991:46):


(59)

Tabel 3.1 Tabel PAP Tipe II

Derajat Penguasaan Nilai akhir

81%-100% 66%-80% 56%-65% 46%-55%

<46%

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

3) Pengukuran Variabel

Setiap variabel penelitian yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara pengukuran masing-masing variabel. Maka pengukuran variabel penelitian yang penulis lakukan adalah:

a. Variabel Bebas

Data mengenai persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa di sekolah diperoleh melalui jawaban kuesioner yang berupa daftar pertanyaan dan pernyataan. Jumlah item pernyataan variabel variasi gaya mengajar guru sebanyak 10 item merupakan pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Jumlah item pertanyaan variabel disiplin siswa sebanyak 10 item merupakan pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti sedangkan 10 item pertanyaan variabel minat belajar siswa juga merupakan pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan dan pernyataan tertulis dimana responden


(60)

42

hanya memilih jawaban yang telah tersedia dan kuesioner ini dibagikan pada siswa.

Penulis menggunakan skala Likert untuk memberikan skor pada

kuesioner karena jawaban bersifat kualitatif. Ada dua kategori yang digunakan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif yang dinilai dengan pilihan Selalu (S), Kadang-kadang (Kdg), dan Tidak Pernah (TP). Pembagian pernyataan menjadi dua kategori ini karena pada dasarnya sikap seseorang terhadap obyek tertentu terdiri dari sikap mendukung (positif), sikap menolak (negatif), dan sikap netral. Penulis mengharap responden mempunyai sikap mendukung atau menolak, oleh karena itu jawaban netral dihilangkan. Adapun skor yang digunakan dalam menilai pertanyaan tersebut adalah:

Tabel 3.2 Ketentuan Pemberian Skor

Instrumen Variasi Gaya Mengajar Guru & Minat Belajar

No. Keterangan Skor untuk

pernyataan positif

Skor untuk pernyataan negatif

1. Selalu 4 1

2. Sering 3 2

3. Kadang-kadang 2 3

4. Tidak pernah 1 4

Sedangkan dalam mengukur sikap siswa dalam proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah yang berhubungan dengan kedisiplinan dan minat belajar siswa digunakan skala pengukuran yaitu disediakan alternatif jawaban a, b, c, dan d. Masing-masing alternatif jawaban diberi skor sebagai berikut:


(61)

Jawaban b diberi skor 3 Jawaban c diberi skor 2 Jawaban d diberi skor 1

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang merupakan akibat atau tergantung pada variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar akuntansi.

Prestasi belajar siswa diukur berdasarkan hasil raport siswa semester genap atau semester 2 khusus bidang studi akuntansi

Tabel 3.3 Kisi – kisi Kuesioner

No Tolok Ukur Pernyataan

Negatif (Nomor Item Dalam Kuesioner) Pernyataan Positif (Nomor Item Dalam Kuesioner) 1 2

Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru Disiplin Siswa

1) Perencanaan jadwal

belajar

2) Teknik/cara belajar

yang baik

3) Keteraturan dalam

2,3,4,6,8 1,5,7,9,10

1,4,6

9,10


(62)

44

3

waktu

4) Pelaksanaan peraturan

sekolah

Minat belajar siswa

2,3,5

1,2,3,4,5 6,7,8,9,10

H. Data yang Diperlukan

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh responden melalui daftar pertanyaan atau kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah melalui identitas diri siswa, hasil persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa di sekolah yang dapat diperoleh hasilnya melalui kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan oleh pihak lain di luar peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah meliputi buku-buku yang berkaitan dengan teori tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa di sekolah, buku kerja guru, buku kemajuan kelas, dan data-data yang sudah ada di SMK BOPKRI I Yogyakarta. Data prestasi belajar siswa diambil dari buku raport siswa yang sudah disalin dalam buku kerja guru.


(63)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden baik laporan tentang pribadinya maupun hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140). Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data variabel bebas yaitu variabel variasi gaya mengajar guru, kedisiplinan belajar siswa, dan minat belajar siswa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda tertulis yang tersedia di sekolah, misalnya nilai raport atau suatu metode untuk mengungkap data yang bersifat historis, data yang diperoleh dari dokumen yang diyakini kebenarannya. 3. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode untuk mengungkapkan data yang bersifat historis data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan secara langsung.


(64)

46

J. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen

Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila alat pengukuran tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti. Dalam penelitian ini

validitas akan dihitung dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment

dari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto,1997:146) sebagai berikut:

rxy=

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

rxy = korelasi skor item dengan skor total

N = jumlah populasi

∑X = total skor dari setiap item

∑Y = total dari skor seluruh item

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrument yang diukur. Selanjutnya hasil perhitungan koefisien

korelasi ini dibandingkan dengan hasil perhitungan r korelasi product moment pada tabel.

Jika hasil perhitungan r lebih besar dari pada r tabel, maka butir soal tersebut dapat

dikatakan valid. Sebaliknya apabila hasil perhitungan lebih kecil dari pada r tabel, maka

butir soal tersebut dapat dikatakan tidak valid. Pelaksanaan perhitungan validitas butir pada penelitian ini menggunakan bantuan Program Komputer Seri SPSS. Hasil perhitungan


(65)

kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu sebesar 0,239 pada taraf signifikansi 5%, n = 30, dan df sebesar n-2 yaitu 30 - 2 = 28. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

¾ Instrumen Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru

No. Item RHitung RTabell Haslil Analisis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,4413 0,5475 0,4877 0,4345 0,4449 0,4520 0,4510 0,4417 0,3973 0,3985 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

¾ Instrumen Disiplin Siswa

No. Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0,3675 0,3517 0,4414 0,5080 0,3582 0,5873 0,6351 0,6664 0,6110 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valild Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(66)

48

¾ Instrumen Minat Belajar Siswa

No. Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,7746 0,6689 0,5739 0,7588 0,5677 0,4836 0,6721 0,3643 0,5655 0,7660 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut:

a.Untuk kuesioner persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru yang terdiri

dari 10 butir item pernyataan, yang terdiri dari 5 item pernyataan negatif dan 5 item pernyataan positif diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.

b. Untuk kuesioner disiplin belajar siswa yang terdiri dari 10 item pernyataan positif diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.

c.Untuk kuesioner minat belajar siswa di sekolah yang terdiri dari 10 item

pernyataan positif diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan taraf sampai mana suatu alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf


(67)

ketepatan dan ketelitian hasil. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini

adalah koefisien reliabilitas dari Spearman Brown (Masidjo, 1995:242):

gg gg tt r r r + × = 1 2 Keterangan:

rtt = angka reliabilitas keseluruhan item.

rgg = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Kriteria pengujiannya yaitu dengan taraf signifikan 5%, jika rttlebih besar

dari r tabel , maka reliabilitas butir kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur

tersebut signifikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa n = 30 dan db = n-2, jadi derajat kebebasannya sebesar 28 (db = 30 – 2) sehingga r tabel dari 0,05;28 adalah 0,239

Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas

No. Variabel Penelitian Koef. Reliabilitas

1. Persepsi Siswa tentang Variasi Gaya

Mengajar Giru

0,7559

2. Disiplin Siswa 0,7195

3. Minat Belajar Siswa 0,8238


(68)

50

sehingga dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Reliabel.

K. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan uji sampel dari Kolmogorov Smirnov, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi sampling yang diamati benar.

r-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis. Tes Kolmogorov-Smirnov memusatkan pada penyimpangan (deviasi) terbesar.

Harga F0(X)-Sn(X) terbesar dinamakan deviasi maksimum. Adapun rumus uji

Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai berikut (Sugiyono,1999:225):

D = maksimum F0(X)-Sn(X)


(69)

D : deviasi maksimum

F0 : fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

Sn(X) : distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang linear atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah persamaan garis regresi dengan menghitung nilai F atau analisis varians untuk uji linieritas (Sudjana, 1989:317).

Rumus untuk menguji linieritas yaitu:

F =

2 2 e TC S S Keterangan :

STC2 = JK (TC)

S2e = k n E JK − ) (

Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika

FF(1α)(k2,nk). Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k).


(70)

52

2. Uji Hipotesis

a. Untuk menguji hipotesis pertama digunakan analisis regresi linier, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Perumusan Hipotesis

H0: p≤0, Variasi gaya mengajar guru tidalk berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar akuntansi.

H1: p>0, Variasi gaya mengajar guru berpengaruh positif terhadap prestasi belajar akuntansi.

2) Menentukan koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat,

dengan rumus sebagai berikut:

rxy=

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− − − y y n x x n y x xy n Keterangan:

r : koefisien variabel n : banyaknya sampel

x : variabel variasi gaya mengajar guru / disiplin siswa / minat belajar siswa

y : variabel prestasi belajar akuntansi

3) Menguji kesignifikanan koefisien korelasi dengan membandingkan thitung


(71)

4) Interpretasi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan pedoman sebagai berikut Suharsimi 2002: 245):

Tabel 3.6 Interpretasi Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

(Tak berklorelasi)

5) Menarik kesimpulan yaitu jika thitung < ttabel maka HO diterima, dan jika thitung> ttabel maka H0 ditolak.

Pengujian hipotesis kedua dan ketiga, dilakukan dengan langkah yang sama dengan pengujian hipotesis pertama.

b. Untuk menguji hipotesis keempat yaitu untuk mengetahui hubungan antara variasi gaya mengajar guru akuntansi (X1), kedisiplinan belajar siswa (X2), dan minat belajar siswa (X3) secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi(Y) digunakan teknik analisis korelasi ganda dengan rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 1990:500):

Rxy(1,2,3)=

2 3 3 2 2 1 1 Y Y X a Y X a Y X a ∑ ∑ + ∑ + ∑


(72)

54

Keterangan:

Rxy(1,2,3) : Koefisien korelasi antara Y dan X1,X2,X3

a1 : Korelasi variabel bebas X1 yaitu variasi gaya mengajar guru

akuntansi

a2 : Koefisien variabel bebas X2 yaitu kedisiplinan belajar

a3 : Koefisien variabel bebas X3 yaitu minat belajar siswa

Y X1

∑ : Jumlah hasil kali antara variabel variasi gaya mengajar guru

akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi

Y X2

∑ : Jumlah hasil kali antara variabel disiplin belajar dengan prestasi

belajar akuntansi

Y X3

∑ : Jumlah hasil kali antara variabel minat belajar siswa dengan

prestasi belajar akuntansi 2

Y

∑ : Jumlah kuadrat variabel terikat prestasi belajar akuntansi

Untuk mengetahui apakah Rxy(1,2,3) tersebut signifikan atau tidak maka

digunakan analisis regresi. Dari analisis regresi akan ditemukan harga F regresi, yang kemudian dapat kita uji, apakah harga tersebut signifikan atau tidak. Rumus F regresi adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2003:219-220).

Fh = ) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − − −R n k

k R


(73)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independent n = jumlah anggota sampel

Harga F selanjutnya dikonsultasikan dengan derajat kebebasan sama dengan m lawan N-m-1 pada taraf signifikansi 5%. Apakah harga F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel, maka koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan apabila harga F hitung lebih kecil dibandingkan dengan harga F tabel, berarti koefisien korelasinya tidak menunjukkan adanya hubungan yang positif antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(74)

56

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah Sekolah

Pendidikan sangat penting dalam usaha meningkatkan kemajuan bangsa. Kemajuan bangsa tersebut dapat diwujudkan dengan banyak didirikannya lembaga pendidikan atau sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, salah satunya telah didirikannya SMK BOPKRI I di Yogyakarta.

SMK BOPKRI I Yogyakarta adalah suatu lembaga pendidikan tingkat menengah yang didirikan oleh pengurus yayasan BOPKRI Yogyakarta pada tanggal 19 Januari 1967. Semula menempati gedung di Jl. Jenderal Sudirman No. 57 yang sekarang untuk SMPS BOPKRI I. Pada tahun 1968, pindah di Jl. Jenderal Sudirman No. 24 yang sekarang untuk SD BOPKRI Gondolayu. Pada tahun 1974 sekolah tersebut mendapat status Berbantuan. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMK BOPKRI I Yogyakarta pindah tempat di Jl. Wardani No. 02 Kota Baru Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 28 Desember 1977 sekolah tersebut kembali mendapat status Bersubsidi. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya Disamakan, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6 Januari 1986 No: 01/C/Kep/I.86. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu Disamakan. Mulai Juli 1997 sampai sekarang pindah di Jl. Cik Di Tiro No. 37 Yogyakarta, namanya diganti


(75)

menjadi SMK BOPKRI I Yogyakarta. Pada tahun 1998 akreditasi yang ketiga statusnya tetap sama yaitu Disamakan.

B. Tujuan Pendidikan Sekolah

SMK BOPKRI I Yogyakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berkualitas mempunyai visi dan misi sebagai dasar dalam perkembangan dan kemajuan sekolah. Adapun visi dan misi SMK BOPKRI I Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Visi:

Membentuk manusia yang beriman, mengasihi Tuhan dan sesama manusia.

2. Misi:

Mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, handal dan profesional serta mampu berkompetisi dalam era globalisasi.

3. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan adalah menciptakan sumber daya

manusia yang siap pakai, atau siap untuk terjun langsung ke kehidupan nyata/lapangan kerja, setelah mereka lulus sekolah. SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen sebagai bagian dari pendidikan menengah dalam pendidikan nasional bertujuan:

a. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan


(76)

58

b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan

mampu mengembangkan diri dalam bidang bisnis dan manajemen.

c. Menyiapkan siswa untuk mengisi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri

(bekerja untuk dirinya sendiri) dan untuk mengisi kebutuhan dunia kerja dalam bidang bisnis dan manajemen.

d. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan

kreatif, khususnya di bidang bisnis dan manajemen.

C. Sistem Pendidikan Sekolah

Sistem Pendidikan di SMK adalah PSG (Pendidikan Sistem Ganda) yang didalamnya terdapat program pendidikan di sekolah dengan penguasaan keahlian kerja yang diperoleh melalui pengenalan langsung dengan dunia kerja, yaitu melaksanakan Praktik Industri (PI), sehingga belajar siswa lebih terarah kepada bidangnya dan dapat melaksanakan keahlian yang dimiliki secara profesional.

1. Komponen-komponen PI (Praktik Industri)

Isi pendidikan ini mempunyai komponen:

a. Komponen Pendidikan Umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk

peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki karakter sebagai warga negara dan bangsa Indonesia.


(77)

b. Komponen Pendidikan Dasar Penunjang (adaptif), dimaksudkan untuk memberikan bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemapuan mengikuti perkembangan IPTEK.

c. Komponen Produtif

1) Komponen teori kejuruan, dimaksudkan untuk membekali pengetahuan

teknis dasar keahlian kejuruan.

2) Komponen praktik dasar profesi adalah berupa latihan kerja untuk

menguasai teknik bekerja secara baik dan benar sesuai tuntutan persyaratan keahlian profesi.

3) Komponen keahlian profesi berupa kegiatan bekerja secara terprogram

dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap profesional.

2. Keuntungan PI

a. Bagi Dunia Usaha atau Dunia Industri

1) Mengenal dan mengamati keahlian siswa PI di tempat tersebut.

2) Dapat merekrut siswa jika dibutuhkan sebagai karyawan.

3) Ikut serta dalam memajukan bidang pendidikan.


(78)

60

b. Bagi Siswa

1) Hasil belajar siswa akan lebih bermakna karena setelah selesai sekolah,

siswa mempunyai keahlian dan kemampuan secara profesional.

2) Siswa sudah siap memasuki dunia kerja.

3) Menambah kemampuan dan keterampilan praktis.

4) Mengembangkan kepribadian menjadi mantap dan mandiri.

5) Memupuk rasa tanggung jawab.

6) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.

3. Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan untuk menyusun Program

Pendidikan dan Latihan yang Mengacu Pada Tamatan.

a. Pemetaan Profesi Kemampuan

Pemetaan dimaksudkan untuk mengidentifikasi bahan kajian komponen khusus teori kejuruan, praktik dasar profesi dan praktik dasar keahlian profesi untuk masing-masing profil kemampuan tamatan.

b. Pemetaan Jenis Pekerjaan Industri

Pemetaan dimaksudkan untuk mengidentifikasikan jenis keterampilan kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di industri atau di dunia usaha.

c. Sinkronisasi Kurikulum dengan Pekerjaan Industri

Dimaksudkan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis yang ada di dunia usaha dan relevan dengan bahan kajian komponen pendidikan.


(79)

Komponen-komponen program pendidikan yang disinkronisasikan dengan pekerjaan di industri atau di dunia usaha, terutama adalah komponen praktik keahlian profesi dan praktik dasar profesi. Khusus untuk praktik dasar profesi, sinkronisasi ini dilakukan bila industri tersebut memiliki fasilitas semacam pusat latihan.

d. Penyusunan Rencana Program Pengajaran

Setelah diketahui dan diterapkan bagian-bagian mana yang akan mereka pelajari di industri atau dunia usaha, maka dibuatlah rencana program di sekolah.

D. Kurikulum Sekolah

Kurikulum adalah seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenal isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum SMK tahun 2004. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum 1999. Penyempurnaan kurikulum 1999 ke kurikulum SMK tahun 2004 dapat dilihat dari:

1. Sistematika

Kurikulum SMK Edisi 2004 terdiri atas tiga bagian yaitu:

a.Bagian pertama memuat tentang landasan, program, pelaksanaan dan


(80)

62

b. Bagian kedua merupakan Garis-garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan yang berisi tujuan program pelatihan keahlian, kompetensi, keahlian, level kualifikasi tamatan, substansi pemelajaran, susunan program pendidikan dan pelatihan serta deskripsi pemelajaran.

c.Bagian ketiga, pedoman pelaksanaan kurikulum berisi penjelasan tentang

penyusunan program pemelajaran, penyusunan modul, pengelolaan pemelajaran, penilaian kegiatan belajar, dan penilaian hasil belajar.

2. Pendekatan

a. Pendekatan Akadelmik

Pendekataln ini disusun dengan kaidah-kaidah kurikulum. b. Pendekatan Kecakapan Hidup

Pendekatan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup.

c. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency Based Curriculum)

Pendidikan ini menitik beratkan pada kemampuan seseorang yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut.

d. Pendekatan Berbasis Luas dan Mendasar (Broad Based Curriculum)

Pendekatan ini memahami dan menguasai konsep, prinsip, dan keilmuan yang mendasari bidang keahliannya.


(81)

Pendekatan ini melalui proses produksi sebagai media pelajaran dapat dilaksanakan dalam DU/DI.

Semua pendekatan diatas penyajiannya dikemas dalam bentuk modul. 3. Pelaksanaan

a. Dilaksanakan dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) praktik industri dilaksanakan

antara 4 sampai 12 bulan.

b. Setiap guru memahami kurikulum untuk semua bagian (bagian I, II, dan III).

c. Penyusunan program pelajaran melalui Satuan Acara Pemelajaran (SAP).

d. Pemelajaran dilakukan dengan menggunakan modul, untuk satu kompetensi

minimum satu modul, maksimum tiga modul.

e. Hasil pemelajaran menjadi dua bagian yaitu sudah kompetensi atau belum

kompetensi, jika sudah kompetensi siswa dapat mempelajari modul berikutnya dan jika belum kompetensi siswa harus mengulang modul yang sama. Siswa sudah dikatakan kompetensi jika sudah mendapat nilai minimum 75 (skor 1-100).

f. Pada prinsipnya tidak dikenai kelas/tingkat, yang dikenal adalah kompetensi yang

sudah lulus pada tahun ke-1 (pertama), tahun ke-2 (kedua), dan tahun ke-3 (ketiga).

g. Karena tidak ada kenaikan kelas sehingga tidak ada raport yang ada adalah skill

passport. Tetapi untuk kepercayaan masyarakat dapat diberikan raport 1 (satu) tahun dua kali. Isi raport hanya memuat kompetensi-kompetensi yang lulus. Siswa yang


(82)

64

keluar sebelum lulus, hanya diberikan sertifikat kompetensi yang telah ditempuh dan lulus.

E. Sumber Daya Manusia

Struktur Organisasi SMK BOPKRI I Yogyakarta dapat dilihat pada lampiran.

Kepala sekolah membagi tugas pekerjaan baik KBM maupun non KBM kepada guru dan staf tata usaha sesuai dengan kompetensinya. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah yang dibagi berdasarkan urusan atau pandega masing-masing dan staf karyawan yang lain.

Adapun tugas-tugas perangkat sekolah yang utama, adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Secara umum Kepala Sekolah mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas semua kegiatan persekolahan.

b. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan sekolah terhadap Kakanwil

Depdikdud Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Sebagai supervisi mengenai kegiatan BK, Ketatausahaan. dll.

Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya didampingi dan dibantu oleh wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah mempunyai tugas sesuai dengan bidang yang dipercayakan padanya. Wakil kepala sekolah dapat menggantikan kedudukan kepala


(83)

sekolah jika kepala sekolah berhalangan hadir. Di SMK BOPKRI I Yogyakarta memiliki 2 wakil kepala sekolah yaitu:

a. Wakasek Urusan Kurikulum dan Sarpras oleh Dra. Indri Pamiyarti

b. Wakasek Urusan Kesiswaan dan Humas oleh Drs. Y. Sumardjo

Agar kegiatan kepala sekolah dapat mencapai sasaran secara optimal diperlukan adanya kerjasama dari semua komponen yang ada. Wakasek sebagai tangan kanan kepala sekolah harus bisa mengkoordinator staf yang ada. Sehingga keberhasilan sekolah ini dapat dilihat dari program pencapaian tujuan sekolah.

2. Guru

Guru SMK BOPKRI I Yogyakarta terdiri dari guru tetap dan tidak tetap. Pada tahun pelajaran 2005/2006 jumlah guru ada 30 orang, terdiri dari guru tetap negeri DPK 9 orang dan guru tetap Yayasan 2 orang dan 19 orang guru tidak tetap.

a. Guru mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah

berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Disamping tugas pokok tersebut, guru membantu Kepala Sekolah dalam melaksanakan dan mengatur:

1) Administrasi murid/siswa

2) Administrasi kepegawaian

3) Administrasi perlengkapan


(1)

(2)

175 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

177

LAMPIRAN X

Surat Keterangan


(5)

(6)

179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, motivasi belajar siswa, dan fasilitas belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMA GAMA Yogyakarta.

1 11 179

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, intensitas belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada SMK YPKK III Depok Sleman.

0 0 139

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus siwa-siswi SMK Koperasi Yogyakarta.

0 0 193

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta - USD Repository

0 0 195

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 148

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, intensitas belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada SMK YPKK III Depok Sleman - USD Repository

1 1 137

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, MOTIVASI BELAJAR SISWA, DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 177

PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI

0 1 175

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 118