1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Periode anak dari usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra- sekolah ke masa Sekolah Dasar SD. Masa ini dikenal juga sebagai masa
peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Dilihat dari tahap perkembangan, siswa sekolah dasar dapat
digolongkan ke dalam fase anak sekolah tingkat rendah 6-9 tahun dan tingkat tinggi 9-12 tahun. Pada masa ini juga anak dituntut agar mulai berusaha
mengenali kemampuan mereka yang dapat dilakukan di zaman sekarang. Seseorang yang berada pada fase tingkat tinggi 9-12 tahun masih mengalami
suatu perubahan baik dari mencari pengetahuan akan kemampuannya, menjadi menerapkan pengetahuan akan kemampuan yang dimilikinya dan bertujuan
untuk dapat mengejar cita-cita mereka masing-masing. Siswa lekat dengan memiliki kreativitas, berbagai macam kegiatan ataupun
aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekolah sangat membantu para siswa untuk bisa lebih mengasah kemampuan kreativitasnya. Tersedianya berbagai macam
kegiatan, memudahkan
bagi siswa
untuk lebih
mengeksplorasikan kemampuannya kepada orang lain dengan menunjukkan kreativitasnya seperti
bernyanyi di depan banyak orang, menciptakan sesuatu dari barang bekas, menggambar ataupun berani mengemukakan pendapat di dalam kelas dan
mampu menentukan suatu jawaban atas pertanyaan yang diperolehnya. Hal ini sangat membantu siswa agar dapat memberanikan diri mereka menunjukkan
kreativitas yang dimilikinya kepada banyak orang. Siswa yang kreatif biasanya bebas dalam berfikir dan bertindak, mereka juga tidak mudah untuk dipengaruhi
oleh desakan-desakan dari orang lain. Hilgard dan Atkinson dalam Gandadiputra, 1983: 53 menambahkan bahwa orang-orang kreatif lebih fleksibel
dibandingkan orang yang tidak kreatif. Mereka yang memiliki kreativitas, juga lebih realistis dalam pandangan-pandangan hidupnya dibandingkan dengan
orang-orang yang dinilai tidak kreatif. Fleksibilitas ini membuat orang-orang kreatif dapat menghindari rintangan-rintangan dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi. Pada zaman modern sekarang, setiap individu mengalami berbagai
perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang cepat ini terjadi di segala bidang dan dimensi kehidupan yang mengakibatkan kompleksitas
masalah serta ketidakmenentuan situasi dunia masa kini yang dipastikan berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan ini, setiap individu di tuntut
untuk mempersiapkan diri mereka agar mampu mengantisipasi berbagai permintaan dan tuntutan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap individu sangat
perlu dalam mengembangkan kreativitas agar dapat menghadapi berbagai macam perubahan-perubahan tersebut. Dengan memiliki kreativitas, setiap
individu mampu menghasilkan segala sesuatu yang ingin mereka ciptakan sendiri. Hal tersebut akan terwujud apabila setiap individu melakukannya dengan
cara berpikir maupun bersikap dan juga memiliki perasaan. Selain itu individu juga harus mampu mengatasi segala perubahan yang akan terjadi di masa
sekarang ataupun masa yang akan datang. Supriadi 1994: 7 mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Apabila kreativitas yang dimiliki individu terus diasah dengan mengikuti berbagai macam kegiatan, hal ini dapat memperlancar kinerja setiap individu
dalam menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna. Kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik dan hal ini termuat
dalam buku Utami Munandar 2012: 31, yaitu pertama karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan mengaktualisasikan dirinya, dan perwujudan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dodi Suryana dalam Antika 2015 memaparkan bahwa dalam praktiknya, pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan aspek kreativitas. Pendidikan di
Indonesia cenderung menekankan pada aspek kognisi, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang
untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Jadi, keadaan
tersebut dapat menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa. Bukan hanya itu, keadaan yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan
kreativitas siswa juga bisa datang dari orang-orang yang berada di sekitar anak selain guru yaitu orang tua. Orang tua merupakan pengaruh paling besar dalam
pengembangan kreativitas anak, sebab dorongan dari orang tua dapat menggerakkan kemauan anak untuk maju dan berkembang dalam mengasah
kreativitasnya. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang pernah melakukan praktek lapangan dan wawancara dengan wali kelas di SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta, peneliti menemukan adanya kecenderungan siswa yang kurang optimal dalam kreativitasnya. Namun, tidak sedikit juga siswa-siswi yang malu
untuk menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai macam cara yang mereka lakukan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di sekolah dapat membantu siswa-
siswi dalam mengoptimalkan kreativitas mereka. Banyak ditemukan siswa-siswi yang aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan, seperti ekstrakulikuler
yang terdapat di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kebanyakan mengasah kreativitasnya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada
di sekolah. Namun juga pada kenyataannya, terdapat siswa-siswi yang masih sulit dan masih tidak mampu mengasah kreativitas yang dimilikinya.
Peneliti menemukan fakta di SD Kanisius Sorowajan bahwa siswa-siswi masih mengalami kecenderungan akibat mereka kurang optimal dalam
kreativitasnya yang ditandai dengan fakta-fakta yang terjadi di sekolah. Fakta- fakta tersebut diantaranya masih terdapat beberapa siswa-siswi yang tidak berani
dalam berpendapat ataupun bahkan tidak mampu bertanya. Pada kenyataannya apabila anak berani dalam berpendapat akan membuat anak menjadi seorang
yang peka terhadap lingkungan dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Fakta lain yang ditemukan ialah mereka lebih cenderung pasif dan beberapa dari
mereka hanya memilih untuk menerima informasi saja. Salah satu hal yang terjadi yaitu ketika guru yang akan mengajari mereka bukan merupakan wali
kelas mereka sendiri, biasanya cenderung membuat mereka tidak aktif di kelas. Adapula siswa-siswi yang masih sering mengalami kesulitan dalam mencari
beberapa alternatif-alternatif penyelesaian dari suatu masalah, seperti misalnya kesulitan dalam menjawab soal yang sebenarnya telah terdapat pilihan
jawabannya. Lalu adapula siswa-siswi yang masih kurang dalam memiliki keberanian untuk membantu mengembangkan potensi-potensi mereka, baik itu
dalam hal bernyanyi di depan kelas, tidak percaya diri menunjukkan bahwa mereka mampu menggambar ataupun menciptakan suatu benda dari barang
bekas. Hal inilah yang menandakan bahwa masih terdapat siswa-siswi yang kurang optimal pada kreativitasnya. Semua permasalahan seperti di atas ini akan
berdampak lebih besar apabila tidak segera diatasi. Seharusnya siswa-siswi pada usia ini dalam hal kreativitasnya mulai terlihat dengan menunjukkan segala
sesuatu yang mereka bisa tunjukkan di depan orang lain. Saat siswa-siswi berani menunjukkan kemampuan mereka di depan orang lain, orang lain akan dengan
setia membantu dan menuntun mereka dalam mengembangkan kreativitasnya. Setelah melihat penjelasan dari latar belakang dan fakta-fakta yang terjadi,
maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi
” dalam
pemenuhan tugas akhir. Melalu penelitian ini peneliti berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada kreativitas mereka. Pemilihan subjek yaitu siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 20152016 karena
memiliki alasan dimana peneliti ingin melihat bagaimana tingkat kreativitas yang ada pada diri siswa-siswi. Pemilihan tingkatan studi yaitu tingkat ajaran
20152016 karena diharapkan pada tingkat ini siswa-siswi tersebut dapat benar- benar menemukan kemampuan yang dimilikinya dan terus mengembangkan
kreativitas yang dimilikinya.
B. Identifikasi Masalah