Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 12 Item-Item Kuesioner Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Rendah No Kreativitas Aspek Indikator Nomor Item dan Pernyataan Skor Item 1. Kognitif Aptitude Keterampilan menilai Mampu mengambil keputusan terhadap suatu gagasanide, rencana dan juga melaksanakannya. 23. Saya kesulitan dalam membuat rencana kegiatanjadwal kegiatan. 30 2. Afektif Nonaptitude Berani mengambil resiko Berani saat berhadapan dengan situasi-situasi sulit. 34. Saya menuruti kemauan orang tua saya karena takut dimarahi apabila saya melawan. 26

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 terdapat 1 siswa 1,34 memiliki tingkat kreativitas yang masuk ke dalam kategori sangat rendah dan 3 siswa 4 memiliki tingkat kreativitas yang masuk ke dalam kategori rendah, artinya keempat siswa tersebut masih kurang dalam mengasah kreativitas didirinya. Fakta yang terjadi ialah siswa tersebut masih tidak bisa mengutarakan pendapatnya atau bahkan tidak mampu dalam bertanya, lebih banyak pasif dan hanya menerima informasi saja atau hanya ikut-ikutan orang lain, lalu juga masih mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan serta kurangnya kemauan siswa untuk mengetahui banyak hal lewat buku-buku yang seharusnya dapat siswa baca ataupun lewat bendaobjek yang dilihatnya. Munandar 1985: 88 mengatakan bahwa kreativitas dapat dilihat dari ciri-ciri aptitude dan nonaptitude. Ciri-ciri aptitude merupakan ciri yang berhubungan dengan kognisi atau dengan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitude merupakan ciri yang lebih berkaitan dengan sikap dan juga perasaan. Kedua ciri- ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku kreatif dapat terwujud secara optimal. Ciri-ciri aptitude terdiri dari keterampilan berpikir yang didalamnya menjelaskan 4 bagian baik secara lancar, luwes, orisinil dan juga terperinci elaborasi. Selain keterampilan berpikir, hal lain yang meliputi ialah keterampilan menilai mengevaluasi. Sedangkan ciri-ciri nonaptitude terdiri dari rasa ingin tahu, berani mengambil resiko dan juga menghargai. Setiap individu yang mampu menampilkan atau menunjukkan ciri aptitude dan nonaptitude itu berarti dapat dikategorikan memiliki kreativitas yang tinggi atau dapat dikatakan memiliki kreativitas yang optimal. Terdapat 17 siswa 22,67 memiliki tingkat kreativitas yang masuk ke dalam kategori sedang, artinya beberapa siswa telah berani menampilkan kemampuan kreativitasnya dihadapan orang lain. Walaupun tidak semua ditampilkan, namun beberapa siswa sudah berani menampilkannya. Selain itu, siswa yang masuk dalam kategori sedang ini dapat diartikan juga bahwa masih terdapat siswa yang takut ketika akan menjawab pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya, terkadang juga siswa masih ada yang suka meniru idependapat orang lain, dan lain sebagainya. Kemudian terdapat 20 siswa 26,67 memiliki tingkat kreativitas yang masuk ke dalam kategori tinggi. Siswa yang masuk ke dalam kategori ini, sudah dapat dikatakan juga bahwa siswa tersebut mampu menunjukkan kreativitasnya dihadapan orang lain. Namun berbeda dengan siswa yang masuk ke dalam kategori sedang yang bisa diartikan hanya menunjukkan satu kemampuan kreativitasnya. Siswa yang memiliki tingkat kreativitas dalam kategori tinggi ini diartikan sudah mulai mampu menunjukkan lebih dari satu kemampuan kreativitasnya dihadapan orang lain. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kreativitas dalam kategori sangat tinggi ada sebanyak 34 siswa 45,34. Siswa pada kategori ini dapat dikatakan bahwa telah mampu mencapai tingkat kreativitas yang sudah sesuai dengan yang dikehendakiideal. Individu yang berada dalam kategori ini juga diartikan bahwa siswa sudah dapat menunjukkan ciri aptitude dan nonaptitude secara penuh. Misalnya siswa sudah bisa mengemukakan pendapatide dari pemikirannya sendiri, bisa menyampaikan jawaban dengan lancar ketika ditanya, memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan membaca-baca buku dan lain sebagainya. Tingkat kreativitas siswa yang sangat tinggi terdapat pada aspek menghargai dari ciri-ciri kreativitas secara afektif. Dalam hal ini siswa sebagian besar sudah mampu mensyukuri bakat yang mereka miliki dan ini dapat diartikan bahwa siswa telah mengetahui kemampuan yang ada di dalam dirinya untuk ditunjukkan kepada orang lain. Tinggal orang-orang yang berada di sekitar siswalah yang harus dapat memberikan dukungan dan dorongan kepada mereka. Selanjutnya, untuk tingkat kreativitas siswa yang sangat rendah terdapat pada aspek keterampilan menilai dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif. Dalam hal ini masih terdapat siswa yang kurang mampu menentukan penilaian akan tindakan yang diambilnya dan kurang mampu dalam mengambil keputusan terhadap suatu ide ataupun kurang mampu membuat suatu rencana bagi masa depannya. Sebenarnya siswa akan mampu dalam mengembangkan kreativitasnya apabila mereka memiliki suatu rencana masa depan yang dipikirkannya sendiri dan mampu menilai dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu. Dari hasil penelitian yang diperoleh terdapat 2 item yang rendah, 1 item yang rendah masuk ke dalam aspek keterampilan menilai dan akan digunakan sebagai usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta kelas V dan VI telah memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa sebanyak 34 siswa memiliki tingkat kreativitas yang sangat tinggi. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keoptimalan tingkat kreativitas individu. Menurut Hurlock 1989: 8, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi variasi kreativitas yang dimiliki oleh individu. Faktor-faktor ini terdiri dari 5 hal yaitu: 1. Jenis Kelamin Anak laki-laki diketahui menunjukkan kreativitasnya lebih besar dari anak perempuan, terlebih lagi setelah berlalunya masa kanak-kanak. Sebagian besar hal semacam ini terjadi karena disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki biasanya lebih diberikan kesempatan untuk mandiri, anak laki-laki juga biasanya didesak untuk berani mengambil resiko, dan didorong untuk bisa lebih menunjukkan inisiatif serta orisinalitas, sedangkan anak perempuan tidak seperti itu. Pada penelitian ini terdapat 1 siswa yang masuk ke dalam tingkat kreativitas kategori sangat rendah dan 3 siswa yang masuk ke dalam tingkat kreativitas kategori rendah. Ketika dilakukan pengecekan terhadap hasil penelitian, ternyata dari kedua kategori tersebut sebanyak 3 siswa yang dimana 1 dari kategori sangat rendah dan 2 dari kategori rendah merupakan siswa perempuan dan 1 siswa yang dari kategori rendah merupakan siswa laki-laki. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada kenyataannya anak perempuan memang lebih banyak dituntut untuk menjadi anak yang penuruttidak boleh melawan, adanya juga batasan yang diberikan, dan lain sebagainya. Tidak sama halnya dengan anak laki-laki yang lebih banyak dibiarkandibebaskan, sudah berani mengambil resiko dalam bertindak, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa faktor jenis kelamin anak laki-laki dalam menunjukkan kreativitasnya lebih baik dari anak perempuan. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan. Anak perempuan lebih banyak yang rendah tingkat kreativitasnya, karena dari 4 siswa yang memiliki kategori rendah dalam tingkat kreativitasnya 3 diantaranya adalah anak perempuan dan hanya 1 anak laki-laki. Faktor ini mengacu pada aspek rasa ingin tahu, berani mengambil resiko dan juga menghargai yang masuk ke dalam ciri-ciri kreativitas secara afektif, dimana perasaan dan sikap anak laki-laki lebih banyak dibebaskan ketika mereka melakukan sesuatu ataupun banyak dari mereka yang tidak takut dan lebih berani dalam melakukan sesuatu. Berbeda halnya dengan anak perempuan yang lebih banyak dibatas-batasi ketika mereka ingin melakukan atau bertindak sesuatu. Hal ini bisa saja kemungkinan menjadi penghambat yang didapatkan oleh 3 anak perempuan yang rendah tingkat kreativitasnya. 2. Status Sosioekonomi Anak yang berada pada kelompok sosioekonomi lebih tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan dari anak kelompok sosioekonomi yang lebih rendah. Pertama kebanyakan anak yang sosioekonominya tinggi dibesarkan dengan cara mendidiknya secara demokratis, karena anak kelompok ini dapat dikatakan berada pada keluarga yang memiliki finansial cukup untuk menyediakan sarana dan prasarana dengan lengkap. Berbeda dengan anak yang berada pada kelompok sosioekonominya rendah, karena adanya keterbatasan finansial yang dialami keluarga sehingga mengakibatkan anak tidak bisa dengan mudahnya memiliki sarana dan prasarana dengan lengkap. Kontrol demokratis mempertinggi kreativitas, karena memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan individualitasnya, mengembangkan minat dan juga kegiatan yang dipilihnya sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara yang dilakukan dengan bertemu wali kelas di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, ada sekitar 11 siswa yang masuk ke dalam kategori kurang mampu atau menengah ke bawah ekonominya. Lalu ada sekitar 64 siswa yang masuk ke dalam ketegori lebih baik ekonomi keluarganya. Siswa yang masuk ke dalam kategori menengah ke bawah ekonomi keluarganya memiliki pendapatan sekitar Rp 700.000,- per bulan dengan pekerjaan sebagai buruh cuci, buruh lepas, pengasuh bayi, dan pembantu. Sedangkan bagi siswa yang berada pada kategori menengah ke atas pendapatan keluarganya lebih dari Rp. 1.300.000,- per bulan dengan pekerjaan yang sangat mampu seperti pekerja kantoran, polisi, dan sebagainya. Faktor kedua ini mengacu pada aspek keterampilan berpikir yang masuk ke dalam ciri-ciri kreativitas secara kognitif. Status sosioekonomi keluarga memiliki pengaruh yang cukup banyak bagi anak, seperti dapat mempengaruhi cara berpikir anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Bagi anak yang berada dalam keluarga menengah ke bawah sebagian besar dari mereka mengalami kesulian untuk menunjukkan kreativitasnya dan lebih cenderung pasif dalam melakukan sesuatu. Berbeda dengan anak yang berada dalam keluarga menengah keatas yang dapat lebih leluasa dalam menunjukkan kreativitasnya. Hal ini dapat terjadi karena mereka mendapatkan sarana dan prasarana yang mereka butuhkan. Ketika dilakukan pengecekan terhadap data-data subjek, 1 siswa yang berada pada kategori sangat rendah dan 3 siswa yang berada dalam kategori rendah dalam tingkat kreativitasnya merupakan siswa yang kondisi sosioekonomi keluarganya termasuk memiliki pendapatan kurang atau menengah ke bawah. Hal ini bisa saja mengakibatkan kurangnya fasilitas yang diberikan kepada anak dan menjadi penghambat dalam perkembangan kreativitas anak. Anak lebih dituntut mengikuti semua yang diinginkan oleh orang tuanya sesuai dengan keadaan keluarga mereka tanpa melihat kemampuan yang sebenarnya dimiliki oleh anak. Berbeda dengan siswa yang memiliki kondisi lebih baik dalam sosioekonomi keluarganya seperti pada siswa yang masuk ke dalam kategori sangat tinggi, sebagian besar dari mereka masuk dalam keluarga yang perekonomiannya jauh lebih baik. Hal ini juga bisa menjadi penyebab tingkat kreativitas anak masuk dalam kategori sangat tinggi, karena anak memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk mendorong mereka dalam mengembangkan kreativitasnya dan orang tua juga lebih banyak mendorong kegiatan yang dilakukan anak tanpa memaksakan anak untuk menuruti keinginan dari orang tuanya. 3. Urutan Kelahiran Pada umumnya anak yang lahir pada urutan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya urutan lahir ditengah, lahir belakangan atau bahkan anak tunggal mungkin lebih kreatif dibandingkan anak yang lahir pada urutan pertama. Hal ini disebabkan karena anak yang lahir pertama lebih banyak mendapatkan tekanan untuk bisa menyesuaikan diri dengan harapan kedua orang tua. Tekanan yang anak peroleh akan mendorong anak menjadi seseorang yang penurut daripada pencipta. Berbeda dengan yang dialami anak tunggal, karena anak tunggal lebih bebas dari tekanan orang tua dan tidak adanya saudara kandung lagi dibelakangnya. Setelah melakukan pengecekan terhadap data subjek, 1 siswa yang memiliki tingkat kreativitas pada kategori sangat rendah merupakan anak pertama. Siswa yang memiliki tingkat kreativitas sangat rendah kemungkinan lebih banyak mendapatkan perlakukan yang otoriter dari kedua orang tuanya. Hal seperti ini yang membuat anak akan terus-menerus menjadi seorang individu yang penurut, karena banyaknya hal-hal yang dibatasi oleh orang tua ketika anak ingin melakukan sesuatu. Berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki tingkat kreativitas sangat tinggi. Faktor ketiga ini mengacu pada aspek keterampilan berpikir yang masuk ke dalam ciri-ciri kreativitas secara kognitif. Siswa yang lahir pertama dan memiliki tingkat kreativitas rendah bisa saja diakibatkan dari lambatnya siswa tersebut dalam berpikir. Hal ini bisa disebabkan karena seringnya siswa mendapatkan tekanan yang membuat mereka harus mengikuti segala keinginan dari orang tua mereka. Perlakuan yang seperti ini dapat mengganggu keterampilan berpikir anak untuk bisa menciptakan atau menemukan suatu ide yang keluar dari pikirannya sendiri. Dilihat kembali dari hasil penelitian, siswa yang memiliki tingkat kreativitas sangat tinggi sebagian besar merupakan anak yang lahir kedua, ketiga, dan seterusnya. Terdapat juga anak pertama yang memiliki tingkat kreativitas sangat tinggi, namun jumlah mereka tidak banyak dibandingkan anak yang bukan lahir pertama. Hasil penelitian ini sudah terlihat bahwa anak yang bukan lahir pertama dapat lebih mudah untuk menunjukkan kreativitasnya. Hal ini karena tidak adanya tekanan yang didapat oleh mereka. Dalam penelitian ini juga terdapat siswa yang merupakan anak pertama yang jumlahnya tidak banyak dibanding anak yang bukan lahir pertama. Siswa-siswi yang lahir pertama dan memiliki tingkat kreativitas sangat tinggi ini kemungkinan tidak mendapatkan tekanan dari orang tua sama seperti anak yang lahir kedua, ketiga dan seterusnya. Tetapi bisa saja mereka tetap mendapatkan tekanan ataupun memang dibimbing oleh orang tua mereka untuk menjadi anak yang penurut namun mereka bisa menghadapinya, sehingga tidak sampai mempengaruhi diri dalam menunjukkan kreativitasnya. 4. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan, sebab kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan ada disekitar tempat tinggal mereka dan lebih banyakbermacam-macam. Hal inilah yang dapat menunjang pertumbuhan dan juga pengetahuan anak. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa lingkungan kota dapat membuat kreativitas anak menjadi tinggi. Berbeda dengan perlakuan anak yang berada di lingkungan pedesaan. Anak yang berada pada lingkungan pedesaan lebih banyak melakukan kegiatanpekerjaan yang sesuai dengan kedua orang tuanya. Mereka melakukan hal tersebut untuk membantu mencari nafkah dan tidak begitu memperdulikan kemampuan pribadinya untuk diasahditunjukkan. Faktor keempat ini mengacu pada aspek keterampilan berpikir yang masuk ke dalam ciri-ciri kreativitas secara kognitif. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya apabila mereka mendapatkan berbagai macam halfasilitas yang dibutuhkannya dan juga tergantung dari lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini dapat mempengaruhi daya berpikir anak untuk bisa mengembangkan kreativitasnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, lokasi sekolah tidak terbilang berada di lingkungan pedesaan hanya saja letaknya jauh dari jalan utama, bukan di tengah kota dan berada di tengah-tengah atau di sekitaran rumah padat penduduk. Fasilitas-fasilitas yang ada misalnya jaringan internet memang dapat ditemukan seperti warnet dan wi- fi, hanya saja sebagian anak kurang menggunakannya dengan baik untuk keperluan tugas mereka sebagai pelajar. Fasiltas-fasilitas yang disediakan sebenarnya cukup memadai di sekitar sekolah, namun tidak semua siswa bisa menggunakan fasilitas yang disediakan itu di tempat lain atau di tempat tinggal. Walaupun lokasi sekolah tidak terbilang berada di lingkungan pedesaan, tetapi para siswa yang bersekolah di SD Kanisius Sorowajan berasal dari lingkungan keluarga yang beragam. Ada yang tinggal jauh dari sekolah dan adapula yang tinggal di sekitar sekolah. Bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah, bisa saja mereka dari lingkungan pedesaan sehingga hanya bisa mendapatkan fasilitas di sekolah yang dapat membantu mereka untuk menunjukkan kreativitasnya. Hal ini dapat terjadi karena siswa tidak memiliki fasilitas yang mendukung di sekitar tempat tinggalnya dan inilah yang dapat menjadi penghambat siswa dalam mengembangkan kreativitasnya. Oleh sebab itu, masih ada ditemukan siswa yang memiliki tingkat kreativitas sangat rendah. 5. Inteligensi Anak yang memiliki kepandaian dapat menunjukkan kreativitasnya yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka lebih memiliki banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial yang terjadi disekitar mereka dan mampu untuk merumuskan lebih banyak penyelesaian konflik yang terjadi. Hal ini sama artinya bahwa seseorang yang memiliki inteligensi tinggi mampu menunjukkan kreativitasnya dihadapan orang lain dibandingkan seseorang yang memiliki inteligensi rendah. Oleh sebab itu, salah satu alasan anak yang pandaimemiliki inteligensi tinggi lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman-teman seusia mereka yang kurang pandaiinteligensinya rendah. Faktor kelima ini masuk ke dalam aspek keterampilan berpikir dan keterampilan menilai yang berada pada ciri-ciri kreativitas secara kognitif. Hal ini karena anak yang memiliki inteligensi tinggi dapat dikatakan mampu untuk menciptakan suatu ide baru yang keluar dari pikirannya sendiri untuk mereka kembangkan. Anak yang berinteligensi tinggi ini juga dianggap sudah mampu menilai sendiri baik atau burukkah yang mereka kerjakan ataupun lakukan, sehingga hal inilah yang membuat anak dapat menunjukkan kreativitasnya dengan baik yang dibuktikan lewat prestasi akademi yang baik pula. Berbeda halnya dengan anak yang memiliki inteligensi rendahkurang baik. Anak tersebut dapat dikatakan sulit untuk bisa menciptakan suatu ide atau bahkan berpendapat, mereka juga biasanya lebih suka mengikuti orang lain dibandingkan mengikuti pikirannya sendiri dan kebanyakan dari mereka juga pasif dalam berkegiatan. Hal inilah yang bisa mengakibatkan anak memiliki akademik yang kurang baik atau yang berinteligensi rendah dan menyebabkan sulitnya mereka untuk bisa menunjukkan kreativitasnya. Berdasarkan pengecekan yang dilakukan dan wawancara dengan wali kelas di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, dari 75 siswa yang diteliti sebanyak 52 siswa merupakan siswa yang dapat dikatakan memiliki akademik yang lebih baik di sekolah. Sedangkan sebanyak 23 siswa dikatakan memiliki akademik yang kurang baik, dimana dari 23 siswa tersebut 4 siswa diantaranya yang memiliki tingkat kreativitas sangat rendah dan rendah masuk ke dalam siswa yang berinteligensi kurang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki akademik baikinteligensi tinggi memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dan mampu dengan mudah menunjukkan kreativitasnya dibandingkan siswa yang memiliki akademik yang kurang baik. Berdasarkan penjelasan diatas, dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa yang tingkat kreativitasnya sangat tinggitinggi lebih banyak mendapatkan perlakuan yang demokratis dari orang disekitar mereka atau dari orang tua mereka, sarana dan prasarana juga mendukung mereka dalam mengembangkan kreativitas mereka, serta didukung dengan akademik yang baikinteligensi mereka yang tinggi. Kondisi-kondisi seperti ini dapat membuat siswa akan terus mempertahankan kreativitas yang dimilikinya ataupun bahkan mereka dapat lebih mengembangkan kreativitasnya. Berbeda dengan siswa yang memiliki tingkat kreativitas sangat rendahrendah, mereka masih mengalami perbedaan perlakuan yang disebabkan karena jenis kelamin, siswa juga kurang mendapatkan fasilitas untuk mendukung mereka dalam mengembangkan kreativitasnya, siswa juga menjadi anak yang selalu penurut karena mendapatkan perlakuan yang otoriter dari kedua orang tuanya dan mereka juga berada di dalam kategori siswa yang memiliki akademik kurang baikinteligensinya kurang. Dilihat dari kondisi-kondisi seperti ini dapat dinyatakan bahwa siswa memang menjadi kurang untuk berkembang secara optimal dalam menunjukkan kreativitasnya karena keadaan yang mereka alami.

C. Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi yang Sesuai Untuk

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Aplikasi pengenalan dan pembelajaran alat musik tradisional dan aksara Sunda berbasis android bagi siswa kelas VI di SDN Mekar Biru

1 3 1

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12

Studi tentang identifikasi bakat olahraga pada siswa kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2008

0 0 47

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14