akan sangat terbantu apabila anak mendapatkan perhatian khusus dalam menjalankan semua tugas perkembangannya dengan baik.
Kesembilan tugas perkembangan di atas diketahui beberapa diantaranya merupakan bagian dari kreativitas yaitu pertama, belajar menangkap konsep
sehari-hari yang diketahui dapat menambah pengalaman pembendaharaan konsep-konsep pada anak. Karena tidak perlu diuraikan lagi bahwa dalam
kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin bertambahnya pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Sebagai
contohnya tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Kedua, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, hal ini
menjadikan seorang anak mampu berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
Sari 2005 mengatakan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan. Hal ini dapat terlihat pertama-tama dalam
permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai bidang kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan
pekerjaan. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluh dan empat puluhan. Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap akan
menurun. Kreativitas seseorang diketahui dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif. Nurihsan dan Agustin 2013: 16 mengatakan
bahwa dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Jean Piaget mengembangkan model pentahapan perkembangan individu yang terbagi
menjadi 4 tahapan, yaitu: a. Tahap Sensorimotor, yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
b. Tahap Praoperasional, yang terjadi pada usia 2-7 tahun. 1 Tahap Prakonseptual, yang terjadi pada usia 2-4 tahun.
2 Tahap Intuitif, yang terjadi pada usia 4-7 tahun. c. Tahap Operasional Konkret, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap Operasional Formal, yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang berada pada usia 6-12
tahun termasuk kedalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak telah menyesuaikan diri dengan realitas konkret, yang dikenal dengan masa
berakhirnya anak untuk berpikir khayal dan mulai untuk berpikiran konkret berkaitan dengan dunia nyata serta keinginan untuk belajar demi
menambah pengetahuan mereka. Pada masa ini anak juga sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah problem solving yang sederhana.
Pada saat ini juga banyak pelajaran menulis, berhitung, dan membaca yang diberikan di sekolah, sehingga fungsi imajinasi yang terletak dalam
belahan otak sebelah kanan banyak terlalaikan. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang ditujukan pada fungsi kognitif yang dikelola oleh
belahan otak sebelah kiri pada orang yang tidak kidal. Dalam usaha meningkatkan kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pengajaran dan
juga pendidikan lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan. Pembebanan otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan ulangan yang
berlebihan tidak akan dapat mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif, melainkan akan menjadikan anak tidak berpikir kreatif dan lebih
mengarah pada hasil berpikir yang konvergen. Oleh sebab itu, agar kreativitas setiap siswa tetap dapat berkembang dengan baik dan optimal,
maka semua pihak yang berada di sekitar anak baik orang tua, guru dan lingkungan masyarakat lainnya harus dapat menciptakan situasi yang
mendukung dalam perkembangan kreativitas siswa. Masa usia Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau
masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan
sesudahnya, seperti diketahui usia anak sekolah dasar terjadi pada usia 6 hingga 12 tahun. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada anak
Sekolah Dasar yang berada di kelas atas atau tertinggi. Yusuf dalam Sumanto 2014: 109 menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada
diri anak Sekolah Dasar tingkat atas 9 – 12 tahun, yaitu:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Amat tinggi rasa ingin tahunya dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
e. Pada usia ini anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainanan itu mereka suka tidak terikat lagi dengan aturan permainan
tradisional yang sudah ada. Ciri-ciri khas perkembangan anak yang memiliki rentan usia 9-12 tahun
ini sudah terlihat kemungkinannya bahwa anak mampu mengembangkan kreativitasnya, seperti yang dijelaskan di atas diantaranya selain anak
memiliki perkembangan kognitif, anak juga memiliki perkembangan dalam hal perasaan dan sikapnya yaitu anak yang berada pada rentan usia ini
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk banyak belajar. Selain itu juga seperti yang disebutkan diatas, anak hingga usia 11
tahun masih membutuhkan orang dewasa disekitarnya untuk menyelesaikan tugas ataupun memenuhi keinginannya. Munandar 2009: 77 mengatakan
bahwa untuk membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan juga diberi
kesempatan untuk mengembangkan bakat ataupun talenta mereka. Para orang tua dan guru sangat perlu untuk menciptakan suatu suasana yang
merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif setiap anak serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai yang dibutuhkan.
Terlepas dari adanya dukungan dan dorongan dari orang-orang di sekitar anak, hal terpenting yang diperlukan adalah adanya motivasi intrinsik atau
keberanian pada diri anak untuk dapat melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan.
C. Bimbingan