Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas

d. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. Lingkungan kota dapat membuat kreativitas anak menjadi tinggi karena disebabkan oleh banyaknya fasilitas yang disediakan untuk anak dalam menunjang pertumbuhan dan juga pengetahuan mereka dalam berkembang. e. Inteligensi Pada setiap umur, anak yang memiliki kepandaian dapat menunjukkan kreativitasnya yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka memiliki lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai.

6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas

Hurlock 1989: 11 mengungkapkan bahwa terdapat kondisi yang bisa meningkatkan kreativitas anak. Kondisi-kondisi yang mendukung untuk meningkatkan kreativitas anak, yaitu: a. Waktu Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. Pemberian waktu bagi anak untuk berkreasi dengan apa yang ingin mereka kerjakan sebaiknya tidak dihalang-halang baik itu dari orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak. Apabila anak diberikan kebebasan untuk berkreasi, anak diyakinkan memiliki suatu kreativitas yang dapat ditunjukan dihadapan orang lain. Setiap orang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dapat mengeluarkan gagasan-gagasan yang mereka miliki. Begitu juga yang terjadi pada anak-anak, apapun yang mereka lakukan sebaiknya sebagai orang yang berada di sekitar mereka melihat dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh anak. b. Kesempatan Menyendiri Hanya apabila tidak mendapatkan tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Singer dalam Hurlock 1989: 11 menerangkan bahwa, “Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk menggambarkan kehidupan imajinatif yang kaya”. Diketahui bahwa tidak semua orang dengan mudahnya terpengaruh ajakan orang lain untuk berkembang. Karena diantara mereka, setiap orang memiliki kepribadian yang mampu melahirkan sesuatu dari usaha yang dilakukannya secara sendiri. Hal yang dilakukan setiap orang biasanya dengan cara menyendiri untuk membantu mereka menemukan gagasan-gagasan baru yang dapat dikembangkan. Ini juga berlaku bagi anak-anak yang tidak mendapatkan tekanan dari orang lain dan diberikan kesempatan untuk menyendiri, karena dapat mempermudah bagi mereka untuk memiliki pemikiran yang lebih luas akan keinginan untuk dapat menciptakan sesuatu secara mandiri. Misalnya anak yang diberi kesempatan untuk menyendiri dikamar dan orang tua tidak selalu mencari tahu apa yang dilakukan oleh anak mereka, akan lebih baik saat anak dibiarkan sendiri terlebih dahulu untuk mengasah imajinasi mereka. Anak dengan sendirinya akan mengatakan kepada orang tua ataupun orang yang berada di sekitarnya, apabila mereka memiliki suatu gagasan ataupun karya untuk ditunjukkan. c. Dorongan Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif. Tugas bagi orang yang berada di sekitar anak, setelah anak diberikan kesempatan untuk menyendiri dan mampu menciptakan suatu gagasan ataupun karya adalah dengan memberikan dorongan bagi anak untuk terus berusaha mengembangkan sesuatu yang sudah dipikirkan mereka tanpa harus menjatuhkan mental anak. Anak akan kehilangan semangat dalam dirinya apabila mendapatkan tekanan negatif seperti ejekan yang dapat menjatuhkan semangat mereka untuk bisa mengasah kreativitas mereka secara optimal kepada semua orang. d. Sarana Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. Sarana menjadi satu hal yang sangat penting untuk membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Anak akan terbantu dengan adanya sarana yang disediakan bagi mereka, walaupun anak belum memperlihatkan kreativitas yang dimilikinya secara jelas sebagai orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak sebaiknya langsung menyediakan sarana seperti media ataupun benda-benda yang dapat membantu anak dalam mengenali kreativitas yang sebenarnya dimiliki oleh mereka. e. Lingkungan yang Merangsang Lingkungan sekolah dan rumah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial. Contohnya seperti anak yang berada dilingkungan sekolah ketika pada jam istirahat ataupun ketika mereka berada di dalam kelas, anak bisa saja menemukan suatu ide yang kemudian dapat dikembangkannya dihadapan guru dan teman-temannya lewat pelajaran yang ia ikuti. Misalnya saja anak yang memiliki ide dalam menciptakan suatu karya yang dapat diasah lewat pelajaran seni budaya ataupun memiliki ide dalam menyelesaikan suatu soal yang diberikan. Sekolah menjadi hal terpenting bagi anak, karena suatu kreativitas akan keluar dari diri anak apabila anak berada disuatu lingkungan yang mendukungnya untuk berkembang. Selain sekolah, rumah juga menjadi lingkungan yang dapat merangsang kreativitas anak. Adanya sarana dan dukungan dari orang yang berada di sekitar anak sebenarnya satu hal yang dapat membantu mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kreativitas yang optimal. Anak akan termotivasi untuk berkembang apabila lingkungan keluarga dapat membantunya dalam memberikan dorongan dan bukannya melarang mereka untuk berkembang. f. Hubungan Orang Tua – Anak yang Tidak Posesif Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas. Misalnya orang tua yang mendukung anak mereka dalam melakukan segala sesuatu yang disukai dan tidak memberikan larangan pada anak mereka untuk mengasah kreativitas. Salah satu contohnya adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam bidang seni, orang tua dapat membantu anak dengan cara memberikan fasilitas yang dapat mendukung kreativitas anak agar terus terasah dan terarah. Dukungan seperti itu juga dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri, mandiri dan terampil dalam mengoptimalkan kreativitasnya. Orang tua seperti contoh di atas inilah yang dikatakan orang tua yang tidak posesif terhadap anak mereka sendiri. g. Cara Mendidik Anak Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya. Maksud dari kalimat di atas adalah mendidik anak secara otoriter itu berarti mengekang anak dan tidak membiarkan anak untuk memiliki ruang geraknya sendiri. Anak yang diperlakukan seperti itu dapat menghambat mereka. Karena dengan banyaknya larangan pada anak seperti tidak diperbolehkan dalam berpendapat ataupun memiliki minat yang berbeda akan mengakibatkan anak tidak berkembang. Akibat lain yang dapat terjadi yaitu bisa membuat anak tumbuh menjadi orang yang selalu bergantung pada orang lain dan menjadi anak yang keras kepala serta akan sulit diatur. Berbeda dengan orang tua yang mendidik anaknya secara demokratis, karena orang tua yang mendidik anak mereka secara demokatis akan selalu mendengarkan pendapat anak ataupun membiarkan anak melakukan segala sesuatu yang diinginkan. h. Kesempatan Untuk Memperoleh Pengetahuan Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski dalam Hurlock 1989: 11 mengatakan, “Anak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”. Anak sebaiknya diberikan pengetahuan yang banyak untuk dapat merangsang kreativitasnya. Bukan hanya memberikan pengetahuan bagi anak yang sudah remaja atau beranjak dewasa saja, anak yang berada ditingkat sekolah dasar juga sudah mulai mengetahui banyak hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak membagikan pengetahuan mereka kepada anak untuk membantu mereka menumbuhkan gagasan-gagasan baru.

B. Siswa Sekolah Dasar

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Peserta didik memiliki berbagai tingkatan dalam pendidikannya seperti SD, SMP dan juga SMASMK. Pada tingkat

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Aplikasi pengenalan dan pembelajaran alat musik tradisional dan aksara Sunda berbasis android bagi siswa kelas VI di SDN Mekar Biru

1 3 1

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12

Studi tentang identifikasi bakat olahraga pada siswa kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2008

0 0 47

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14