Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Pengertian Bimbingan Pribadi

memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan. Rachman Natawidjaja dalam Winkel, 2010: 29 mengatakan juga bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Berdasarkan uraian beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu untuk dapat mengerti atau memahami diri mereka sendiri dan juga dunia mereka. Selain untuk memahami diri, bimbingan juga diberikan kepada individu agar dapat dipergunakan secara efisien dan efektif serta agar individu mampu menyusun suatu rencana yang realistis kedepannya. Hal ini dilakukan kerena individu telah melihat ataupun mendapatkan gambaran yang diberikan ketika bimbingan.

2. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan

Menurut Winkel dan Hastuti 2006: 111 terdapat beberapa bentuk- bentuk layanan bimbingan yang diantaranya meliputi: a. Bimbingan Individual atau Bimbingan Perorangan Bimbingan ini hanya melayani satu orang konseli saja. Bimbingan individual atau perorangan disalurkan melalui layanan konseling. Konseli yang bertatap muka dengan konselor biasanya untuk membicarakan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh konseli. b. Bimbingan Kelompok Bimbingan ini melayani lebih dari satu orang sehingga dapat dikatakan berkelompok, entah kelompok itu kecil, agak besar, atau sangat besar. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dengan membentuk kelompok kecil dalam rangka untuk layanan konseling kelompok. c. Bimbingan Klasikal Bimbingan ini dilakukan oleh konselor dan yang diberikan pelayanan jumlahnya sangat besarbanyak. Misalnya konselor mengadakan suatu layanan bimbingan konseling kepada siswa satu kelas ataupun satu sekolah dengan tema atau topik yang sesuai masalah yang dihadapi siswa secara keseluruhan. Ketiga bentuk layanan bimbingan diatas sangat dibutuhkan oleh konselor dalam membantu konseli mengatasi masalahnya. Apabila seseorang ingin mengutarakan masalahnya namun tidak ingin orang lain mengetahuinya konselor dapat membantunya dengan memberikan bimbingan individual atau perorangan. Begitu juga apabila beberapa orang memiliki masalah yang sama, konselor dapat membantu dengan memberikan bimbingan secara kelompok dan juga apabila permasalahan timbul dalam satu kelas, konselor dapat membantu dengan memberikan bimbingan secara klasikal karena sifatnya yang dapat membantu secara menyeluruh.

3. Pengertian Bimbingan Pribadi

Winkel dan Hastuti 2006: 118 mengatakan bahwa bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya. Winkel dan Hastuti menambahkan bahwa kegunaan dari ragam bimbingan ini kiranya tidak perlu diuraikan dengan panjang lebar, karena setiap manusia sudah mengetahui dari pengalamannya sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat terselesaikan. Hal yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan kesulitan yang menyangkut diri sendiri, melainkan bagaimanakah sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang ditimbulkan. Nurihsan 2014: 52 mengatakan bahwa dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu dalam mengarahkan setiap individu agar mampu mengembangkan, mengatur dan memahami dirinya sendiri untuk menjadi seseorang yang aktif, mandiri, serta kreatif.

4. Tujuan Bimbingan Pribadi

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Aplikasi pengenalan dan pembelajaran alat musik tradisional dan aksara Sunda berbasis android bagi siswa kelas VI di SDN Mekar Biru

1 3 1

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12

Studi tentang identifikasi bakat olahraga pada siswa kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2008

0 0 47

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14