Tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI (studi deskriptif pada siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi).

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi) Yustina Ananda Putri Widuri

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala

Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34 siswa (45,34%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sangat tinggi, 20 siswa (26,67%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori tinggi, 17 siswa (22,67%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sedang, 3 siswa (4%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori rendah dan 1 siswa (1,34%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sangat rendah. Selain itu juga hasil penelitian menemukan 2 item masuk ke dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengusulkan topik-topik layanan bimbingan pribadi untuk siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.


(2)

ABSTRACT

CREATIVITY OF CLASS V and VI

(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication

to Propose Personal Guidance Service Topics)

Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University

2015

This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.

The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.

The results showed that 34 students (45.34%) have a level of creativity to the very high category, 20 students (26.67%) have a high level of creativity, 17 students (22.67%) have a level of creativity in the medium category, 3 students (4%) have a low level of creativity on the category and 1 student (1.34%) has levels of creativity in the very low category. In addition, the researcher found the two items into the low category. Based on these results, we propose topics of personal guidance services for students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Academic Year 2015/2016.


(3)

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Yustina Ananda Putri Widuri 111114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Yustina Ananda Putri Widuri 111114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan

meluruskan jalanmu. ( Amsal 3 : 5-6 )

IT’S IMPOSSIBLE TO FAIL, AS LONG AS YOU NEVER QUIT.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingiku

2. Kedua orangtuaku tercinta ( Bpk Antonius Rusmono & Ibu F.R. Sri Sulami )

3. Kakakku tersayang ( Christina Rusma Arishinta )

4. Adikku tersayang ( Yohana Rusma Arimurti )

5. Dosen Pembimbing ( Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd )

6. Sahabat-sahabat dekatku terkasih ( Aan, Wulan dan Agnes )

7. Semua adik-adik Kostku yang terkasih


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Desember 2015


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yustina Ananda Putri Widuri

NIM : 111114027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 2 Desember 2015 Yang menyatakan,

Yustina Ananda Putri Widuri


(10)

ABSTRAK

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi) Yustina Ananda Putri Widuri

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala

Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34 siswa (45,34%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sangat tinggi, 20 siswa (26,67%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori tinggi, 17 siswa (22,67%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sedang, 3 siswa (4%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori rendah dan 1 siswa (1,34%) memiliki tingkat kreativitas pada kategori sangat rendah. Selain itu juga hasil penelitian menemukan 2 item masuk ke dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengusulkan topik-topik layanan bimbingan pribadi untuk siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.


(11)

ABSTRACT

CREATIVITY OF CLASS V and VI

(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication

to Propose Personal Guidance Service Topics)

Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University

2015

This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.

The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.

The results showed that 34 students (45.34%) have a level of creativity to the very high category, 20 students (26.67%) have a high level of creativity, 17 students (22.67%) have a level of creativity in the medium category, 3 students (4%) have a low level of creativity on the category and 1 student (1.34%) has levels of creativity in the very low category. In addition, the researcher found the two items into the low category. Based on these results, we propose topics of personal guidance services for students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Academic Year 2015/2016.


(12)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas rahmat dan karuniaNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu, membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang

telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Vitus Gading S, S.Pd., Tri Teguh, S.Pd., Yanuar S, S.Pd., Anna Maria, S.Pd., selaku wali kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.

6. Siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yoyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Orangtua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat, motivasi, dorongan dan doa kepada penulis.


(13)

8. Stefanus Pryatmoko, selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan skripsi.

9. Kakak dan adikku yang setia memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini (Christina Rusma Arishinta dan Yohana Rusma Arimurti).

10.Sahabat-sahabat dekatku (Angela Happy R., Natalia Wulan, dan Agnes Restuning W.) yang sudah bersedia menjadi tempat mencurahkan pikiran dan perasaan untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan dukungan, bantuan serta motivasi kepada penulis.

11.Teman-temanku satu perjuangan dengan dosen pembimbing yang sama yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

12.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua adik-adik kostku yang telah memberikan dukungannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, sumbang saran dari pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 2 Desember 2015


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional Variabel ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kreativitas ... 11

1. Pengertian Kreativitas ... 11

2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak ... 14

3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 15


(15)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 22

6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas ... 24

B. Siswa Sekolah Dasar ... 30

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 30

2. Tugas Perkembangan Siswa SD ... 31

3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar ... 33

C. Bimbingan ... 37

1. Pengertian Bimbingan ... 37

2. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan ... 38

3. Pengertian Bimbingan Pribadi ... 40

4. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 41

5. Ruang Lingkup Layanan Bimbingan Pribadi ... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Validitas dan Reliabilitas Angket ... 50

C. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

C. Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Pribadi yang Sesuai Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro- wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Penelitian Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 45

Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 46

Tabel 3. Norma Skoring Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 48

Tabel 4. Kisi-kisi Angket Tingkat Kreativitas ... 49

Tabel 5. Rincian Item Valid dan Unvalid pada Angket ... 53

Tabel 6. Rincian Kisi-kisi Angket Setelah Uji Coba ... 54

Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 56

Tabel 8. Kriteria Guilford ... 56

Tabel 9. Norma Kategorisasi Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 58

Tabel 10. Norma Kategorisasi Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 61

Tabel 11. Penggolongan Item-Item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran ... 63

Tabel 12. Item-item Kuesioner Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Rendah ... 65

Tabel 13. Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro- wajan Yogyakarta ... 80


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro- wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 62 Grafik 2. Grafik Penggolongan Item-item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sebelum Uji Coba ... 89

Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen di SD Kanisius Sorowajan ... 94

Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Validitas ... 96

Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 102

Lampiran 5. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sesudah Uji Coba... 103

Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian ... 107

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 111


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Periode anak dari usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-sekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini dikenal juga sebagai masa peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Dilihat dari tahap perkembangan, siswa sekolah dasar dapat digolongkan ke dalam fase anak sekolah tingkat rendah (6-9 tahun) dan tingkat tinggi (9-12 tahun). Pada masa ini juga anak dituntut agar mulai berusaha mengenali kemampuan mereka yang dapat dilakukan di zaman sekarang. Seseorang yang berada pada fase tingkat tinggi (9-12 tahun) masih mengalami suatu perubahan baik dari mencari pengetahuan akan kemampuannya, menjadi menerapkan pengetahuan akan kemampuan yang dimilikinya dan bertujuan untuk dapat mengejar cita-cita mereka masing-masing.

Siswa lekat dengan memiliki kreativitas, berbagai macam kegiatan ataupun aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekolah sangat membantu para siswa untuk bisa lebih mengasah kemampuan kreativitasnya. Tersedianya berbagai macam kegiatan, memudahkan bagi siswa untuk lebih mengeksplorasikan kemampuannya kepada orang lain dengan menunjukkan kreativitasnya seperti


(20)

bernyanyi di depan banyak orang, menciptakan sesuatu dari barang bekas, menggambar ataupun berani mengemukakan pendapat di dalam kelas dan mampu menentukan suatu jawaban atas pertanyaan yang diperolehnya. Hal ini sangat membantu siswa agar dapat memberanikan diri mereka menunjukkan kreativitas yang dimilikinya kepada banyak orang. Siswa yang kreatif biasanya bebas dalam berfikir dan bertindak, mereka juga tidak mudah untuk dipengaruhi oleh desakan-desakan dari orang lain. Hilgard dan Atkinson (dalam Gandadiputra, 1983: 53) menambahkan bahwa orang-orang kreatif lebih fleksibel dibandingkan orang yang tidak kreatif. Mereka yang memiliki kreativitas, juga lebih realistis dalam pandangan-pandangan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai tidak kreatif. Fleksibilitas ini membuat orang-orang kreatif dapat menghindari rintangan-rintangan dalam memecahkan persoalan yang dihadapi.

Pada zaman modern sekarang, setiap individu mengalami berbagai perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang cepat ini terjadi di segala bidang dan dimensi kehidupan yang mengakibatkan kompleksitas masalah serta ketidakmenentuan situasi dunia masa kini yang dipastikan berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan ini, setiap individu di tuntut untuk mempersiapkan diri mereka agar mampu mengantisipasi berbagai permintaan dan tuntutan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap individu sangat perlu dalam mengembangkan kreativitas agar dapat menghadapi berbagai macam perubahan-perubahan tersebut. Dengan memiliki kreativitas, setiap


(21)

individu mampu menghasilkan segala sesuatu yang ingin mereka ciptakan sendiri. Hal tersebut akan terwujud apabila setiap individu melakukannya dengan cara berpikir maupun bersikap dan juga memiliki perasaan. Selain itu individu juga harus mampu mengatasi segala perubahan yang akan terjadi di masa sekarang ataupun masa yang akan datang.

Supriadi (1994: 7) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Apabila kreativitas yang dimiliki individu terus diasah dengan mengikuti berbagai macam kegiatan, hal ini dapat memperlancar kinerja setiap individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna.

Kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik dan hal ini termuat dalam buku Utami Munandar (2012: 31), yaitu pertama karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan /aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.


(22)

Dodi Suryana (dalam Antika 2015) memaparkan bahwa dalam praktiknya, pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan aspek kreativitas. Pendidikan di Indonesia cenderung menekankan pada aspek kognisi, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Jadi, keadaan tersebut dapat menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa. Bukan hanya itu, keadaan yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa juga bisa datang dari orang-orang yang berada di sekitar anak selain guru yaitu orang tua. Orang tua merupakan pengaruh paling besar dalam pengembangan kreativitas anak, sebab dorongan dari orang tua dapat menggerakkan kemauan anak untuk maju dan berkembang dalam mengasah kreativitasnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang pernah melakukan praktek lapangan dan wawancara dengan wali kelas di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, peneliti menemukan adanya kecenderungan siswa yang kurang optimal dalam kreativitasnya. Namun, tidak sedikit juga siswa-siswi yang malu untuk menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai macam cara yang mereka lakukan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di sekolah dapat membantu siswa-siswi dalam mengoptimalkan kreativitas mereka. Banyak ditemukan siswa-siswa-siswi yang aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan, seperti ekstrakulikuler


(23)

yang terdapat di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kebanyakan mengasah kreativitasnya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada di sekolah. Namun juga pada kenyataannya, terdapat siswa-siswi yang masih sulit dan masih tidak mampu mengasah kreativitas yang dimilikinya.

Peneliti menemukan fakta di SD Kanisius Sorowajan bahwa siswa-siswi masih mengalami kecenderungan akibat mereka kurang optimal dalam kreativitasnya yang ditandai dengan fakta-fakta yang terjadi di sekolah. Fakta-fakta tersebut diantaranya masih terdapat beberapa siswa-siswi yang tidak berani dalam berpendapat ataupun bahkan tidak mampu bertanya. Pada kenyataannya apabila anak berani dalam berpendapat akan membuat anak menjadi seorang yang peka terhadap lingkungan dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Fakta lain yang ditemukan ialah mereka lebih cenderung pasif dan beberapa dari mereka hanya memilih untuk menerima informasi saja. Salah satu hal yang terjadi yaitu ketika guru yang akan mengajari mereka bukan merupakan wali kelas mereka sendiri, biasanya cenderung membuat mereka tidak aktif di kelas. Adapula siswa-siswi yang masih sering mengalami kesulitan dalam mencari beberapa alternatif-alternatif penyelesaian dari suatu masalah, seperti misalnya kesulitan dalam menjawab soal yang sebenarnya telah terdapat pilihan jawabannya. Lalu adapula siswa-siswi yang masih kurang dalam memiliki keberanian untuk membantu mengembangkan potensi-potensi mereka, baik itu dalam hal bernyanyi di depan kelas, tidak percaya diri menunjukkan bahwa mereka mampu menggambar ataupun menciptakan suatu benda dari barang


(24)

bekas. Hal inilah yang menandakan bahwa masih terdapat siswa-siswi yang kurang optimal pada kreativitasnya. Semua permasalahan seperti di atas ini akan berdampak lebih besar apabila tidak segera diatasi. Seharusnya siswa-siswi pada usia ini dalam hal kreativitasnya mulai terlihat dengan menunjukkan segala sesuatu yang mereka bisa tunjukkan di depan orang lain. Saat siswa-siswi berani menunjukkan kemampuan mereka di depan orang lain, orang lain akan dengan setia membantu dan menuntun mereka dalam mengembangkan kreativitasnya.

Setelah melihat penjelasan dari latar belakang dan fakta-fakta yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul β€œTingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)” dalam pemenuhan tugas akhir. Melalu penelitian ini peneliti berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dalam meningkatkan kepercayaan diri pada kreativitas mereka. Pemilihan subjek yaitu siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 karena memiliki alasan dimana peneliti ingin melihat bagaimana tingkat kreativitas yang ada pada diri siswa-siswi. Pemilihan tingkatan studi yaitu tingkat ajaran 2015/2016 karena diharapkan pada tingkat ini siswa-siswi tersebut dapat benar-benar menemukan kemampuan yang dimilikinya dan terus mengembangkan kreativitas yang dimilikinya.


(25)

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang masalah di atas, terkait dengan kreativitas siswa-siswi dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada ketidaksigapan dan kurangnya berpikir luwes untuk bisa menghasilkan banyaknya gagasan seperti tidak mampu berpendapat atau memberikan usulan.

2. Sebagian siswa-siswi masih memiliki ketidakyakinan di dalam dirinya untuk mengeksplorasi kreativitasnya.

3. Sebagian siswa-siswi juga masih sering mengalami kesulitan bila mencari alternatif jawaban atau penyelesaian suatu masalah.

4. Belum ada gambaran mengenai bagaimana tingkat kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan pada menjawab masalah mengenai kreativitas pada diri siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.


(26)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Berdasarkan analisis butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah, usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah sebagai dasar usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yoyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:


(27)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca maupun mahasiswa prodi bimbingan dan konseling untuk bisa menambah pengetahuan mereka tentang kreativitas yang dimiliki oleh siswa-siswi di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan guru-guru SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dan guru-guru untuk melihat bagaimana tingkat kreativitas yang ada pada diri siswa kelas V dan VI di Tahun Ajaran 2015/2016. Selain itu, kepala sekolah dan guru-guru juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa kelas V dan VI pada Tahun Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan kreativitas pada siswa-siswinya.

b. Bagi siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

Para siswa-siswi kelas V dan VI Tahun Ajaran 2015/2016 dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat bagaimana tingkat kreativitas yang ada dalam diri dan melatih mereka untuk terus mengembangkan serta meningkatkan rasa keyakinan akan adanya kreativitas yang mereka miliki.


(28)

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Kreativitas adalah suatu proses mental yang dapat dimunculkan secara optimal untuk membentuk konsep baru dalam diri setiap individu yang diungkapkan lewat sikap, perasaan dan pikiran.

2. Bimbingan pribadi adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan kepada setiap individu untuk membantu dalam mengarahkan mereka agar mampu mengembangkan, mengatur dan memahami dirinya sendiri untuk menjadi seseorang yang aktif, mandiri, serta kreatif.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan mengenai kreativitas, siswa Sekolah Dasar dan bimbingan.

A. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kata β€œkreatif” adalah bentuk sifat dari kata dalam bahasa Inggris

”Create”. Create menurut Kamus Inggris Indonesia (Echols dan Hassan Shadily, 2000) berarti β€œmenciptakan, menimbulkan, membuat”. Kata turunannya antara lain kreativitas (creativity) yang berarti daya cipta, kreatif (creative) yang berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation) yang artinya ciptaan, dan kreator (creator) yang artinya pencipta. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2011) mendefinisikan kreativitas sebagai

β€œkemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,

atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.” Menurut Semiawan (2010: 31), kreativitas memiliki cakupan pengertian luas yang penting bagi individu maupun masyarakat. Dalam kaitannya dengan individu ada rentangan yang luas dalam cakupan berbagai tugas, misalnya adalah kreativitas relevan dalam mengatasi masalah berkenaan dengan tugas manusia. Pada tingkat masyarakat, kreativitas antara lain menghasilkan ilmu baru, gerakan baru dalam bidang seni, perubahan budaya dan program sosial baru dalam bidang ekonomi.


(30)

Kemudian menurut Santrock (2007: 342), kreativitas merupakan kemampuan untuk berpikir mengenai sesuatu, dalam cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan atau solusi-solusi unik terhadap masalah.

Meskipun kreativitas secara keseluruhan adalah suatu daya cipta yang dikeluarkan oleh seseorang, tetapi bukan berarti hanya untuk kebutuhannya sendiri melainkan untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat atau bahkan dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Selain memiliki arti kemampuan dalam daya cipta, seseorang yang memiliki kreativitas juga dikatakan memiliki perkembangan dalam berpikir yang mampu menemukan cara baru dan mampu memecahkan persoalan. Bila dilihat dari definisinya dapat dikatakan bahwa hal tersebut mempengaruhi pencapaian tujuan setiap individu dengan cara yang positif. Dikatakan seperti ini karena kreativitas yang dimiliki seseorang bertujuan untuk memberikan manfaat guna menambah pengetahuan maupun wawasan yang maksimal namun mudah untuk dipahami.

Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan dalam diri setiap individu terutama saat berada pada masa kanak-kanak. Kreativitas yang dikembangkan semenjak masa kanak-kanak sama halnya membantu setiap individu dalam memperkaya hidupnya, karena telah berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat serta kemampuannya.


(31)

Maslow, 1968 (dalam Munandar 1985: 45) mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Dalam hal ini orang yang sehat akan mentalnya dan terhindar dari segala hambatan dapat dengan mudah mewujudkan diri sepenuhnya. Selain itu, Munandar (1985: 51) juga mengatakan bahwa memiliki ciri-ciri berpikir belum menjamin perwujudan kreativitas seseorang. Ciri-ciri lain yang berkaitan dengan perkembangan afektif (sikap dan perasaan) seseorang sama pentingnya agar bakat kreatif seseorang dapat terwujud.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dimiliki oleh setiap individu dalam menghasilkan segala sesuatu, baik itu ide maupun gagasan-gagasan yang keluar dari pikiran mereka sendiri. Individu yang kreatif juga mampu memiliki rasa percaya diri yang lebih besar untuk dapat meningkatkan kualitas dan memperkaya wawasan hidupnya. Karena individu yang memiliki rasa percaya diri yang lebih besar pasti mempunyai sikap untuk berani mengambil resiko ketika mereka melakukan sesuatu. Selain itu individu juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam suatu kegiatan dan hal ini membuat individu aktif dalam mengoptimalkan kreativitasnya.


(32)

2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak

Mujiyana (2001) mengatakan bahwa kegitan-kegiatan yang dapat memacu perkembangan kemampuan kreativitas anak, antara lain: kegiatan melukis, elekronika, daur ulang, dan olah kata. Jika kegiatan melukis dan elektronika sudah tidak asing lagi bagi beberapa anak karena sudah banyak dilakukan, baik di sekolah-sekolah maupun dalam sanggar seni rupa, lain halnya dengan kegiatan daur ulang dan olah kata yang relatif masih belum begitu dikenal oleh banyak anak.

Kegiatan olah kata dimaksudkan untuk merangsang, memupuk, dan

meningkatkan β€œpenulisan Kreatif”. Sesuai dengan tujuan pusat-pusat

pengembangan kemampuan kreativitas anak, yakni merangsang, memupuk, dan meningkatkan bakat kreatif anak (Mujiyana, 2001). Mujiyana (2001) menambahkan bahwa sedangkan kegiatan daur ulang diartikan sebagai sebuat kegiatan yang menggunakan barang-barang bekas atau yang sudah tidak terpakai, contohnya seperti kotak, botol-botol, kardus, kantong plastik, kayu, dan kertas/koran bekas). Barang-barang bekas tersebut secara kasat mata sudah tidak berfungsi lagi, namun bagi orang yang kreatif barang-barang tersebut dapat diubah menjadi suatu benda yang menarik dan dapat digunakan. Misalnya saja dari barang bekas tersebut dapat diubah menjadi sebuah pot yang menarik, kapal-kapalan, sebuah boneka ataupun menjadi sebuah hiasan dinding.


(33)

Kegiatan olah kata dengan cara menulis yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak merupakan suatu kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak dan juga meningkatkan kecerdasan anak. Melalui kegiatan ini, anak akan dapat belajar mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan bahasa yang menarik. Sedangkan untuk kegiatan daur ulang, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini akan menambah kemampuan anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan daur ulang ini dikenal dengan kegiatan mengkombinasi barang-barang yang sudah tidak terpakai atau bekas, namun masih dapat digunakan untuk dibentuk menjadi suatu barang yang bernilai dan berguna. Sangat mengasyikan apabila anak mulai dari kecil dikenalkan dalam membuat suatu benda dari barang bekas karena akan mempengaruhi daya berpikir dan imajinasi anak.

3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak

Menurut Carl Rogers (dalam Munandar 1988: 16-18), terdapat dua kondisi dari pribadi yang kreatif, yaitu:

a. Kondisi internal, yang di dalamnya terdapat: keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari luar maupun dari

dalam (firasat, alam prasadar). Kemampuan untuk β€œbermain”

(bereksplorasi) dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, dan sebagainya. Kemampuan untuk menilai sesuatu sesuai dengan patokan


(34)

pribadi seseorang dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Kondisi eksternal (dari lingkungan), yang bersifat memupuk kreativitas yang konstruktif, dengan pentingnya iklim keamanan psikologis dan kebebasan psikologis di dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan kebebasan psikologis ialah kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan bagi individu, dalam batas-batas yang dimungkinkan dalam kehidupan bermasyarakat. Memperoleh kebebasan ini juga dapat berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan juga lingkungannya. Sehingga dalam iklim keamanan dan kebebasan psikologis ini kreativitas yang konstruktif dapat timbul dan tumbuh. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam ciri-ciri kondisi. Ciri-ciri yang dimaksudkan itu adalah dari kondisi internal dan juga kondisi eksternal. Kondisi internal ialah kondisi yang bersumber dari dalam diri individu sendiri, lalu kondisi eksternal itu yang berasal dari luar diri individu tersebut. Kondisi internal dan juga eksternal ini merupakan kondisi yang membantu setiap anak dalam menunjang pertumbuhan akan kreativitasnya.

Munandar (2012: 37) menunjukkan terdapat juga kondisi-kondisi pribadi yang memiliki kreativitas diambil dari hasil yang dilakukan oleh pakar psikologi, yaitu mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, rasa


(35)

ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya kepada diri sendiri, bersedia mengambil risiko, dan berani dalam pendirian serta keyakinan.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas mengenai kondisi-kondisi pribadi yang memiliki kreativitas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kreativitas biasanya selalu berani dalam mengambil resiko ataupun cukup mandiri dalam melakukan sesuatu dan memiliki rasa percaya diri yang besar. Individu yang memiliki kreativitas, juga tidak akan malu dan tidak akan mudah putus asa. Karena selain mereka memiliki rasa kepercayaan diri yang besar, mereka juga memiliki ketekunan dalam melakukan segala sesuatu. Dikatakan juga bahwa individu yang kreatif sama sekali tidak memiliki ketakutan akan kesalahan yang bisa saja terjadi padanya dan mereka selalu aktif dalam mengemukakan pendapat. Arti dari melakukan sesuatu itu penting dan disukai oleh setiap individu yang kreatif, karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan minat yang luas dalam melakukan segala hal yang kreatif.

4. Aspek-Aspek Kreativitas

Munandar (1985: 87) mengatakan bahwa dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan manusia. Perkembangan tersebut memadukan antara perkembangan kognitif (pikiran – aptitude) dan juga perkembangan afektif


(36)

(sikap dan perasaan – nonaptitude). Keduanya sangat diperlukan agar perilaku kreatif seseorang dapat terwujud secara baik.

Kreativitas dapat dilihat dari ciri-ciri aptitude dan nonaptitude

(Munandar, 1985: 88-92), untuk mengenal lebih jauh mengenai perkembangan kognitif (aptitude) dan juga afektif (nonaptitude), berikut merupakan uraian aspek-aspek yang diambil dari ciri-ciri aptitude dan

nonaptitude, yaitu: a. Kognitif (Aptitude)

1) Keterampilan berpikir

Keterampilan berpikir dalam hal ini meliputi keterampilan berpikir kreatif secara lancar, luwes (fleksibel), orisinil, dan juga terperinci (elaborasi). Keterampilan berpikir lancar didefinisikan dapat mencetuskan banyak gagasan-gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, ataupun juga pertanyaan serta memiliki kecepatan dan ketepatan saat mengungkapkan gagasan atau ide. Lalu pada keterampilan berpikir luwes didefinisikan dapat menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

Kemudian keterampilan berpikir orisinil lebih didefinisikan untuk mampu mengungkapkan ide-ide yang baru dan juga unik, serta keterampilan berpikir terperinci (elaborasi) lebih didefinisikan untuk menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.


(37)

Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan berpikir lancar diantaranya sering mengajukan banyak pertanyaan dan lancar dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya serta bisa bekerja lebih cepat. Lalu perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam hal berpikir luwes (fleksibel) yaitu siswa yang dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda ataupun bertentangan dari mayoritas kelompoknya dan jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

Perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam berpikir orisinal adalah siswa yang selalu memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain dan juga selalu mempertanyakan cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. Perilaku siswa yang memiliki keterampilan memperinci (mengelaborasi) yaitu dapat mengembangkan ataupun memperkaya gagasan orang lain dan suka menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

2) Keterampilan menilai (mengevaluasi)

Keterampilan menilai (mengevaluasi) didefinisikan dapat menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana,


(38)

mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka serta tidak hanya mencetuskan gagasan/ide, tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu siswa yang mampu memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri. mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan, serta mampu merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.

b. Afektif (Nonaptitude) 1) Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu didefinisikan sebagai suatu rasa yang ditunjukkan oleh individu untuk selalu terdorong mengetahui lebih banyak hal, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi. Serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/ meneliti.

Dalam hal ini perilaku siswa yang memiliki rasa ingin tahu adalah siswa yang senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, serta keinginan untuk mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian.


(39)

2) Berani mengambil risiko

Berani mengambil risiko didefinisikan sebagai suatu sikap yang berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritikan. Serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

Perilaku siswa yang memiliki sifat berani untuk mengambil resiko yaitu siswa yang berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritikan. Lalu berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, serta siswa yang tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

3) Menghargai

Menghargai suatu bimbingan dan pengarahan dalam hidup dapat diartikan juga sebagai seseorang yang mampu untuk menyikapi segala kritikan maupun masukan yang diberikan kepadanya sebagai suatu hal yang positif. Selain itu juga, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang dapat diartikan sebagai adanya sikap yang positif dari setiap individu untuk dapat menghargai kemampuan dan bakat-bakat yang dimilikinya sendiri.

Perilaku siswa yang ditimbulkan dalam hal ini diantaranya seperti siswa yang menghargai diri sendiri dan prestasinya sendiri, siswa


(40)

yang mampu menghargai hak-haknya dan hak-hak orang lain serta siswa yang mengetahui apa yang benar-benar penting dalam hidup.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Hurlock (1989: 8) menunjukkan adanya kenyataan bahwa kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan, namun ada variasi dalam pola ini. Terdapat sejumlah faktor yang turut menimbulkan variasi ini dan lima diantaranya dianggap penting, yaitu:

a. Jenis Kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberikan kesempatan untuk mendiri, didesak untuk berani mengambil resiko, dan juga didorong untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas, sedangkan anak perempuan tidak seperti itu.

b. Status Sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan dari anak kelompok yang lebih rendah. Pertama kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis, sedangkan yang terakhir kemungkinan lebih mengalami pendidikan yang otoriter. Kontrol demokratis mempertinggi kreativitas karena


(41)

memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan individualitasnya, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya sendiri.

Lebih penting lagi, lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberikan mereka banyak kesempatan untuk dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitasnya. Misalnya, anak yang berasal dari keluarga sangat mampu sosioekonominya pasti segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak untuk menunjang pengetahuan mereka selalu dihadirkan di sekitar mereka dan sudah pasti dapat mendorong mereka dalam mengembangkan kreativitasnya. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi anak yang berada pada kelompok sosioekonominya rendah.

c. Urutan Kelahiran

Pada umumnya anak yang lahir kedua, ketiga, keempat, dst (urutan lahir ditengah, lahir belakangan, dan bahkan anak tunggal) mungkin lebih kreatif dari anak yang lahir pertama. Karena anak yang lahir pertama lebih banyak ditekan untuk dapat menyesuaikan diri mereka dengan harapan kedua orang tua. Tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi penurut daripada pencipta. Berbeda dengan anak tunggal, karena anak tunggal lebih bebas dari tekanan orang tua dan tidak adanya saudara-saudara lagi dibelakangnya.


(42)

d. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. Lingkungan kota dapat membuat kreativitas anak menjadi tinggi karena disebabkan oleh banyaknya fasilitas yang disediakan untuk anak dalam menunjang pertumbuhan dan juga pengetahuan mereka dalam berkembang.

e. Inteligensi

Pada setiap umur, anak yang memiliki kepandaian dapat menunjukkan kreativitasnya yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka memiliki lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai.

6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas

Hurlock (1989: 11) mengungkapkan bahwa terdapat kondisi yang bisa meningkatkan kreativitas anak. Kondisi-kondisi yang mendukung untuk meningkatkan kreativitas anak, yaitu:


(43)

a. Waktu

Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.

Pemberian waktu bagi anak untuk berkreasi dengan apa yang ingin mereka kerjakan sebaiknya tidak dihalang-halang baik itu dari orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak. Apabila anak diberikan kebebasan untuk berkreasi, anak diyakinkan memiliki suatu kreativitas yang dapat ditunjukan dihadapan orang lain. Setiap orang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dapat mengeluarkan gagasan-gagasan yang mereka miliki. Begitu juga yang terjadi pada anak-anak, apapun yang mereka lakukan sebaiknya sebagai orang yang berada di sekitar mereka melihat dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh anak.

b. Kesempatan Menyendiri

Hanya apabila tidak mendapatkan tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Singer (dalam Hurlock 1989: 11)

menerangkan bahwa, β€œAnak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk menggambarkan kehidupan imajinatif yang kaya”.

Diketahui bahwa tidak semua orang dengan mudahnya terpengaruh ajakan orang lain untuk berkembang. Karena diantara mereka, setiap


(44)

orang memiliki kepribadian yang mampu melahirkan sesuatu dari usaha yang dilakukannya secara sendiri. Hal yang dilakukan setiap orang biasanya dengan cara menyendiri untuk membantu mereka menemukan gagasan-gagasan baru yang dapat dikembangkan. Ini juga berlaku bagi anak-anak yang tidak mendapatkan tekanan dari orang lain dan diberikan kesempatan untuk menyendiri, karena dapat mempermudah bagi mereka untuk memiliki pemikiran yang lebih luas akan keinginan untuk dapat menciptakan sesuatu secara mandiri. Misalnya anak yang diberi kesempatan untuk menyendiri dikamar dan orang tua tidak selalu mencari tahu apa yang dilakukan oleh anak mereka, akan lebih baik saat anak dibiarkan sendiri terlebih dahulu untuk mengasah imajinasi mereka. Anak dengan sendirinya akan mengatakan kepada orang tua ataupun orang yang berada di sekitarnya, apabila mereka memiliki suatu gagasan ataupun karya untuk ditunjukkan.

c. Dorongan

Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif.

Tugas bagi orang yang berada di sekitar anak, setelah anak diberikan kesempatan untuk menyendiri dan mampu menciptakan suatu gagasan ataupun karya adalah dengan memberikan dorongan bagi anak untuk terus berusaha mengembangkan sesuatu yang sudah dipikirkan mereka


(45)

tanpa harus menjatuhkan mental anak. Anak akan kehilangan semangat dalam dirinya apabila mendapatkan tekanan negatif seperti ejekan yang dapat menjatuhkan semangat mereka untuk bisa mengasah kreativitas mereka secara optimal kepada semua orang.

d. Sarana

Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas.

Sarana menjadi satu hal yang sangat penting untuk membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Anak akan terbantu dengan adanya sarana yang disediakan bagi mereka, walaupun anak belum memperlihatkan kreativitas yang dimilikinya secara jelas sebagai orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak sebaiknya langsung menyediakan sarana seperti media ataupun benda-benda yang dapat membantu anak dalam mengenali kreativitas yang sebenarnya dimiliki oleh mereka.

e. Lingkungan yang Merangsang

Lingkungan sekolah dan rumah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan


(46)

kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.

Contohnya seperti anak yang berada dilingkungan sekolah ketika pada jam istirahat ataupun ketika mereka berada di dalam kelas, anak bisa saja menemukan suatu ide yang kemudian dapat dikembangkannya dihadapan guru dan teman-temannya lewat pelajaran yang ia ikuti. Misalnya saja anak yang memiliki ide dalam menciptakan suatu karya yang dapat diasah lewat pelajaran seni budaya ataupun memiliki ide dalam menyelesaikan suatu soal yang diberikan. Sekolah menjadi hal terpenting bagi anak, karena suatu kreativitas akan keluar dari diri anak apabila anak berada disuatu lingkungan yang mendukungnya untuk berkembang. Selain sekolah, rumah juga menjadi lingkungan yang dapat merangsang kreativitas anak. Adanya sarana dan dukungan dari orang yang berada di sekitar anak sebenarnya satu hal yang dapat membantu mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kreativitas yang optimal. Anak akan termotivasi untuk berkembang apabila lingkungan keluarga dapat membantunya dalam memberikan dorongan dan bukannya melarang mereka untuk berkembang.

f. Hubungan Orang Tua – Anak yang Tidak Posesif

Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas. Misalnya orang tua yang mendukung


(47)

anak mereka dalam melakukan segala sesuatu yang disukai dan tidak memberikan larangan pada anak mereka untuk mengasah kreativitas.

Salah satu contohnya adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam bidang seni, orang tua dapat membantu anak dengan cara memberikan fasilitas yang dapat mendukung kreativitas anak agar terus terasah dan terarah. Dukungan seperti itu juga dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri, mandiri dan terampil dalam mengoptimalkan kreativitasnya. Orang tua seperti contoh di atas inilah yang dikatakan orang tua yang tidak posesif terhadap anak mereka sendiri.

g. Cara Mendidik Anak

Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya. Maksud dari kalimat di atas adalah mendidik anak secara otoriter itu berarti mengekang anak dan tidak membiarkan anak untuk memiliki ruang geraknya sendiri.

Anak yang diperlakukan seperti itu dapat menghambat mereka. Karena dengan banyaknya larangan pada anak seperti tidak diperbolehkan dalam berpendapat ataupun memiliki minat yang berbeda akan mengakibatkan anak tidak berkembang. Akibat lain yang dapat terjadi yaitu bisa membuat anak tumbuh menjadi orang yang selalu bergantung pada orang lain dan menjadi anak yang keras kepala serta akan sulit diatur. Berbeda dengan orang tua yang mendidik anaknya


(48)

secara demokratis, karena orang tua yang mendidik anak mereka secara demokatis akan selalu mendengarkan pendapat anak ataupun membiarkan anak melakukan segala sesuatu yang diinginkan.

h. Kesempatan Untuk Memperoleh Pengetahuan

Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski (dalam Hurlock 1989: 11)

mengatakan, β€œAnak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”.

Anak sebaiknya diberikan pengetahuan yang banyak untuk dapat merangsang kreativitasnya. Bukan hanya memberikan pengetahuan bagi anak yang sudah remaja atau beranjak dewasa saja, anak yang berada ditingkat sekolah dasar juga sudah mulai mengetahui banyak hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak membagikan pengetahuan mereka kepada anak untuk membantu mereka menumbuhkan gagasan-gagasan baru.

B. Siswa Sekolah Dasar

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Peserta didik memiliki berbagai tingkatan dalam pendidikannya seperti SD, SMP dan juga SMA/SMK. Pada tingkat


(49)

SD inilah yang lebih dibahas dalam bab ini. Karena pada dasarnya bagi anak yang berada ditingkat sekolah dasar, diketahui saat ini tengah mengalami proses pengenalan akan kemampuan mereka. Siswa yang dibahas kali ini merupakan siswa yang berada pada masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah. Siswa yang berada pada masa tersebut rata-rata berusia 6-12 tahun dan sedang menjalankan pendidikan di sekolah dasar. Seseorang yang berada pada masa-masa ini, mengalami suatu perubahan yang berupa mencari pengetahuan akan kemampuannya dimana bertujuan untuk dapat mengasah kemampuan terpendam yang dimiliki.

Bagi anak yang berada pada tingkat pendidikan di kelas V dan VI, mereka sudah dapat dikatakan mulai memasuki masa anak-anak akhir yang berada pada fase anak sekolah tingkat tinggi (9-12 tahun). Siswa yang berada pada masa-masa itu siap untuk berproses menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan itu demi pertumbuhan dan perkembangan diri mereka.

2. Tugas Perkembangan Siswa SD

Nurihsan dan Agustin (2011: 18) mengatakan menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan


(50)

menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Yusuf (2008: 69-70) mengatakan bahwa terdapat tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah yang memiliki rentan usia 6 hingga 12 tahun, yaitu:

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai

makhluk biologis.

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.

g. Mengembangkan kata hati.

h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.

i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

Tugas perkembangan yang telah dipaparkan di atas merupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dapat dijalankan oleh setiap anak yang berada pada tingkat sekolah dasar. Tidak semua anak mampu untuk dapat menjalankan tugas-tugas tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa


(51)

akan sangat terbantu apabila anak mendapatkan perhatian khusus dalam menjalankan semua tugas perkembangannya dengan baik.

Kesembilan tugas perkembangan di atas diketahui beberapa diantaranya merupakan bagian dari kreativitas yaitu pertama, belajar menangkap konsep sehari-hari yang diketahui dapat menambah pengalaman pembendaharaan konsep-konsep pada anak. Karena tidak perlu diuraikan lagi bahwa dalam kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin bertambahnya pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Sebagai contohnya tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Kedua, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, hal ini menjadikan seorang anak mampu berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar

Sari (2005) mengatakan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan. Hal ini dapat terlihat pertama-tama dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai bidang kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan pekerjaan. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluh dan empat puluhan. Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap akan menurun. Kreativitas seseorang diketahui dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif. Nurihsan dan Agustin (2013: 16) mengatakan


(52)

bahwa dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Jean Piaget mengembangkan model pentahapan perkembangan individu yang terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu:

a. Tahap Sensorimotor, yang terjadi pada usia 0-2 tahun. b. Tahap Praoperasional, yang terjadi pada usia 2-7 tahun.

1) Tahap Prakonseptual, yang terjadi pada usia 2-4 tahun. 2) Tahap Intuitif, yang terjadi pada usia 4-7 tahun.

c. Tahap Operasional Konkret, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. d. Tahap Operasional Formal, yang terjadi pada usia 11-15 tahun.

Perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang berada pada usia 6-12 tahun termasuk kedalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak telah menyesuaikan diri dengan realitas konkret, yang dikenal dengan masa berakhirnya anak untuk berpikir khayal dan mulai untuk berpikiran konkret (berkaitan dengan dunia nyata) serta keinginan untuk belajar demi menambah pengetahuan mereka. Pada masa ini anak juga sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Pada saat ini juga banyak pelajaran menulis, berhitung, dan membaca yang diberikan di sekolah, sehingga fungsi imajinasi yang terletak dalam belahan otak sebelah kanan banyak terlalaikan. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang ditujukan pada fungsi kognitif yang dikelola oleh belahan otak sebelah kiri (pada orang yang tidak kidal). Dalam usaha meningkatkan kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pengajaran dan


(53)

juga pendidikan lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan. Pembebanan otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan ulangan yang berlebihan tidak akan dapat mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif, melainkan akan menjadikan anak tidak berpikir kreatif dan lebih mengarah pada hasil berpikir yang konvergen. Oleh sebab itu, agar kreativitas setiap siswa tetap dapat berkembang dengan baik dan optimal, maka semua pihak yang berada di sekitar anak baik orang tua, guru dan lingkungan masyarakat lainnya harus dapat menciptakan situasi yang mendukung dalam perkembangan kreativitas siswa.

Masa usia Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya, seperti diketahui usia anak sekolah dasar terjadi pada usia 6 hingga 12 tahun. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada anak Sekolah Dasar yang berada di kelas atas atau tertinggi. Yusuf (dalam Sumanto 2014: 109) menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada diri anak Sekolah Dasar tingkat atas (9 – 12 tahun), yaitu:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Amat tinggi rasa ingin tahunya dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.


(54)

d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e. Pada usia ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.

f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainanan itu mereka suka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada).

Ciri-ciri khas perkembangan anak yang memiliki rentan usia 9-12 tahun ini sudah terlihat kemungkinannya bahwa anak mampu mengembangkan kreativitasnya, seperti yang dijelaskan di atas diantaranya selain anak memiliki perkembangan kognitif, anak juga memiliki perkembangan dalam hal perasaan dan sikapnya yaitu anak yang berada pada rentan usia ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk banyak belajar. Selain itu juga seperti yang disebutkan diatas, anak hingga usia 11 tahun masih membutuhkan orang dewasa disekitarnya untuk menyelesaikan tugas ataupun memenuhi keinginannya. Munandar (2009: 77) mengatakan bahwa untuk membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan juga diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat ataupun talenta mereka. Para orang tua dan guru sangat perlu untuk menciptakan suatu suasana yang


(55)

merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif setiap anak serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai yang dibutuhkan. Terlepas dari adanya dukungan dan dorongan dari orang-orang di sekitar anak, hal terpenting yang diperlukan adalah adanya motivasi intrinsik atau keberanian pada diri anak untuk dapat melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan.

C. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Moegiadi (dalam Winkel, 2010: 29) mendefinisikan bimbingan dalam berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi, tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,


(56)

memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

Rachman Natawidjaja (dalam Winkel, 2010: 29) mengatakan juga bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Berdasarkan uraian beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu untuk dapat mengerti atau memahami diri mereka sendiri dan juga dunia mereka. Selain untuk memahami diri, bimbingan juga diberikan kepada individu agar dapat dipergunakan secara efisien dan efektif serta agar individu mampu menyusun suatu rencana yang realistis kedepannya. Hal ini dilakukan kerena individu telah melihat ataupun mendapatkan gambaran yang diberikan ketika bimbingan.

2. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 111) terdapat beberapa bentuk-bentuk layanan bimbingan yang diantaranya meliputi:


(57)

a. Bimbingan Individual atau Bimbingan Perorangan

Bimbingan ini hanya melayani satu orang konseli saja. Bimbingan individual atau perorangan disalurkan melalui layanan konseling. Konseli yang bertatap muka dengan konselor biasanya untuk membicarakan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh konseli.

b. Bimbingan Kelompok

Bimbingan ini melayani lebih dari satu orang sehingga dapat dikatakan berkelompok, entah kelompok itu kecil, agak besar, atau sangat besar. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dengan membentuk kelompok kecil dalam rangka untuk layanan konseling kelompok.

c. Bimbingan Klasikal

Bimbingan ini dilakukan oleh konselor dan yang diberikan pelayanan jumlahnya sangat besar/banyak. Misalnya konselor mengadakan suatu layanan bimbingan konseling kepada siswa satu kelas ataupun satu sekolah dengan tema atau topik yang sesuai masalah yang dihadapi siswa secara keseluruhan.

Ketiga bentuk layanan bimbingan diatas sangat dibutuhkan oleh konselor dalam membantu konseli mengatasi masalahnya. Apabila seseorang ingin mengutarakan masalahnya namun tidak ingin orang lain mengetahuinya konselor dapat membantunya dengan memberikan bimbingan individual atau perorangan. Begitu juga apabila beberapa orang


(58)

memiliki masalah yang sama, konselor dapat membantu dengan memberikan bimbingan secara kelompok dan juga apabila permasalahan timbul dalam satu kelas, konselor dapat membantu dengan memberikan bimbingan secara klasikal karena sifatnya yang dapat membantu secara menyeluruh.

3. Pengertian Bimbingan Pribadi

Winkel dan Hastuti (2006: 118) mengatakan bahwa bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya.

Winkel dan Hastuti menambahkan bahwa kegunaan dari ragam bimbingan ini kiranya tidak perlu diuraikan dengan panjang lebar, karena setiap manusia sudah mengetahui dari pengalamannya sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat terselesaikan. Hal yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan kesulitan yang menyangkut diri sendiri, melainkan bagaimanakah sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang ditimbulkan.

Nurihsan (2014: 52) mengatakan bahwa dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta mengembangkan pribadi yang beriman


(59)

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu dalam mengarahkan setiap individu agar mampu mengembangkan, mengatur dan memahami dirinya sendiri untuk menjadi seseorang yang aktif, mandiri, serta kreatif.

4. Tujuan Bimbingan Pribadi

Yusuf dan Nurihsan (2010: 11) mengatakan bahwa bimbingan pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah didirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi dapat diarahkan juga untuk membantu seseorang dalam memahami keadaan didirinya, baik itu kekurangan atau kelebihan maupun potensi-potensi yang bisa dikembangkan dalam mencapai kualitas hidup yang lebih baik.


(60)

5. Ruang Lingkup Layanan Bimbingan Pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, Prayitno (1999) merinci ruang lingkup layanan bimbingan pribadi menjadi tujuh pokok. Dilihat dari ketujuh pokok yang dipaparkan, terdapat lima pokok layanan bimbingan yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan pribadi yang kreatif, sebagai berikut:

a. Pemantapan akan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan.

b. Pemantapan akan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangan pada atau melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

c. Pemantapan akan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha untuk menanggulanginya.

d. Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan.

e. Pemantapan kemampuan dalam mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kelima hal tersebut menyangkut mengenai fungsi layanan bimbingan pribadi yang dapat membangun kreativitas anak. Dengan memberikan layanan bimbingan pribadi kepada anak akan dapat membantu mereka agar lebih terarah dalam


(61)

pemahaman dan pengembangannya baik itu mengenai sikap, kekuatan diri, bakat dan minat, kelemahan diri, pengambilan keputusan serta perencanaan.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas Angket, dan Teknik Analisis Data. A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Furchan (2007: 447) mengatakan bahwa penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, menjelaskan data apa adanya dalam situasi sekarang. Sejalan dengan pengertian seperti diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kreativitas pada siswa SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Ada tiga alasan dipilihnya kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebagai tempat penelitian: (1) SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta mudah untuk dijangkau oleh peneliti, karena sebelumnya pernah peneliti gunakan sebagai tempat untuk peneliti PPL dan peneliti diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, (2) Kedua kelas ini dilibatkan karena masih dalam rentan usia 9-10 tahun yang merupakan siswa Sekolah Dasar


(63)

tingkat tinggi, serta (3) pemilihan kedua kelas ini karena peneliti melihat adanya kesamaan dalam permasalahan yang dihadapi oleh siswanya.

Peneliti menggunakan seluruh populasi siswa di kelas V dan VI. Sugiyono (2012: 117) menjelaskan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, jumlah siswa keseluruhan kelas V dan VI sebanyak 101 anak yang terdapat dari 4 kelas yaitu kelas Va, Vb, VIa dan VIb.

Dalam hal ini peneliti mengambil salah satu kelas dari 4 kelas yang telah disebutkan untuk melakukan uji coba penelitian. Data subjek uji coba penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Data Subjek Uji Coba Penelitian

Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah

Vb 26


(64)

Adapula subjek data penelitian sebagai berikut: Tabel 2

Data Subjek Penelitian

Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah

Va 26

Via 26

Vib 23

Total Siswa 75

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini, struktur angket dalam penelitian ini berisi tentang pernyataan-pernyataan. Menurut Sugiyono (2012: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Taniredja dan Mustafidah (2011: 44) juga menjelaskan bahwa angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Dalam hal ini, angket yang disusun oleh peneliti mengacu kepada prinsip-prinsip skala Guttman. Sugiyono (2012: 139) juga menjelaskan bahwa skala


(65)

Guttman digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Pernyataan yang terdapat dalam angket kreativitas ini terdiri dari pernyataan positif atau favourable dan pernyataan negatif atau unfavourable.

Pernyataan positif atau favorable ialah mendukung atribut/variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan negatif atau unfavorable yaitu pernyataan yang tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Sugiyono (2012: 139) menambahkan bahwa skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist

(οƒ–). Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.

2. Penentuan Skoring

Instrumen penelitian ini menyediakan 2 alternatif jawaban yaitu pilihan (ya) apabila sesuai dengan diri subjek dan pilihan (tidak) apabila tidak sesuai dengan diri subjek. Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket/inventori kreativitas dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang (οƒ–).

Norma skoring yang akan digunakan terhadap pengolahan data ditentukan sebagai berikut:


(66)

Tabel 3 Norma Skoring

Inventori Tingkat Kreativitas Siswa

Alternatif Jawaban Skor

Favourable

Skor

Unfavourable

Ya 1 0

Tidak 0 1

3. Kisi-kisi Angket

Pada penelitian ini, kisi-kisi angket/konstruk instrumen sebagai dasar pembuatan angket. Peneliti menggunakan kisi-kisi angket yang dibuat berdasarkan aspek-aspek kreativitas yang telah diambil dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (Aptitude) dan afektif (Nonaptitude). Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan lebih jauh dalam konstruk instrumen sebagai berikut:


(67)

Tabel 4

Kisi-Kisi Angket Tingkat Kreativitas

No Kreativitas Aspek Indikator Nomer Item Total

Fav Unfav

1. Kognitif/ Aptitude

Keterampilan Berpikir

1.1 Secara lancar mampu mencetuskan banyaknya gagasan-gagasan, jawaban, atau pertanyaan.

1, 2, 3 4, 5, 6 6

1.2 Secara luwes mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

7, 8, 9 10, 11, 12

4

1.3 Mampu unutuk

mengungkapkan ide-ide yang orisinil (baru dan berbeda dari orang lain)

13, 14 15, 16 4

1.4 Menambahkan atau

memperinci detail-detail dari suatu objek/benda, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 17, 18, 19 20, 21, 22 6 Keterampilan menilai

1.5 Menentukan patokan penilaian terhadap diri sendiri dan penilaian terhadap tindakan yang diambil.

23, 24 25, 26 4

1.6 Mampu mengambil keputusan terhadap suatu gagasan/ide, rencana dan juga

melaksanakannya.

27, 28 29, 30 4

2. Afektif/ Nonaptitude

Rasa Ingin tahu 2.1 Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak hal.

31, 32 33, 34 4

2.2 Peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/ meneliti.

35, 36 37, 38 4

Berani mengambil resiko

2.3 Berani saat berhadapan dengan situasi-situasi sulit.

39, 40 41, 42 4

2.4 Tidak takut gagal atau mendapat kritikan.

43, 44 45, 46 4

Menghargai 2.5 Mampu menyikapi segala kritik maupun masukan yang diberikan sebagai suatu hal yang positif.

47, 48 49, 50 4

2.6 Memiliki sikap yang positif pada diri untuk dapat menghargai kemampuan dan bakat-bakat yang sedang berkembang.

51, 52 53, 54 4


(1)

No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 33. Saya berani menghadapi situasi yang sulit, seperti percaya diri

dan tidak takut maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas yang sulit walaupun yang dikerjakan itu belum tentu benar.

34. Saya menuruti kemauan orang tua saya karena takut dimarahi apabila saya melawan.

35. Saya takut ketika disuruh maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang sulit.

36. Saya berani menghadapi kegagalan ketika saya mencoba suatu hal dan mau berusaha memperbaikinya kembali. Misalnya kegagalan dalam membuat prakarya.

37. Saya berani menerima kritikan apabila saya melakukan suatu kesalahan.

38. Ketika saya mengalami kegagalan dalam suatu hal, saya langsung menyerah untuk memperbaikinya.

39. Saya takut mendapat kritik saat saya melakukan kesalahan.

40. Saya merasa bahwa kritikan yang diberikan teman dapat membuat saya semakin berkembang.

41. Saya merasa kritik/masukan yang saya terima malah membuat saya menjadi kurang berkembang.

42. Saya marah ketika orang lain memberikan kritik kepada saya.

43. Saya memiliki bakat yang sangat besar untuk dapat dikembangkan.

44. Saya selalu mensyukuri bakat yang saya miliki.

45. Saya malas memanfaatkan waktu luang dengan sebaik mungkin untuk mengasah kemampuan saya. Contoh: malas dalam

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

46. Saya itu orang yang kurang pandai/bodoh dan kurang memiliki bakat.


(2)

107

Lampiran 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

111

Lampiran 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Aplikasi pengenalan dan pembelajaran alat musik tradisional dan aksara Sunda berbasis android bagi siswa kelas VI di SDN Mekar Biru

1 3 1

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12

Studi tentang identifikasi bakat olahraga pada siswa kelas V Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2008

0 0 47

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14