E. Skrining Fitokimia
Tujuan dilakukan skrining fitokimia dalam penelitian adalah untuk mengetahui kandungan bioaktif atau kandungan senyawa kimia yang berfungsi
sebagai antibakteri. Pada penelitian, skrining perlu dilakukan untuk mengetahui senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, seperti : alkaloid, polifenol,
flavonoid, tanin, dan lain-lain. Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian adalah uji tabung. Tujuan dilakukan uji tabung adalah untuk
mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam kulit batang pohon petai. Uji tabung yang dilakukan dalam penelitian meliputi uji pendahuluan, uji saponin,
uji flavonoid, uji alkaloid, uji tanin, uji fenolik dan uji terpenoid terdapat pada tabel II. Hasil yang diperoleh Kurniawati 2014 menyatakan bahwa kulit petai
mengandung golongan senyawa kimia seperti alkaloid, terpenoid, saponin, dan tanin yang berpotensi sebagai antibakteri.
Tabel II. Hasil pengamatan uji tabung terhadap larutan uji ekstrak kulit batang pohon petai
No Pengujian
Pengamatan Hasil
1 Uji pendahuluan
Warna lebih pekat +
2 Uji saponin
Tidak terbentuk buihbusa -
3 Uji flavonoid
Warna kuning +
4 Uji alkaloid
Adanya endapan +
5 Uji tanin
Tidak terdapat warna hijau -
6 Uji fenolik
Terdapat warna ungu kehitaman +
7 Uji terpenoid
Terdapat warna merah +
Keterangan : + = mengandung senyawa yang dimaksud ; - = tidak mengandung senyawa yang dimaksud.
1. Uji pendahuluan Uji pendahuluan merupakan uji tahap awal yang menggambarkan
adanya kemungkinan senyawa spesifik seperti flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, fenolik, terpenoid dan sebagainya Arisandi, 1990 cit. Anwar, 2014.
Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit batang pohon petai. Pada uji
pendahuluan Gambar 3, serbuk kulit batang pohon petai yang telah dilarutkan dengan etanol 70 dipanaskan lalu ditambahkan dengan KOH LP
sehingga menghasilkan warna kuning yang lebih intensif kuning pekat. Hal ini menunjukkan bahwa kulit batang pohon petai mengandung kromofor
seperti tanin, flavonoid, alkaloid dan lain-lain.
Sebelum ditambah KOH LP Setelah ditambah KOH LP
Gambar 3. Uji Pendahuluan
2. Uji saponin Saponin merupakan metabolit sekunder yang mengandung gugus gula
terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamnosa atau metilpentosa yang
berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik sapogenin berupa triterpenoid, steroid alkaloid. Saponin bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut air.
Saponin juga bersifat nonpolar karena memiliki gugus hidrofobik yaitu aglikon Suparjo, 2008 cit. Marliana dan Chairul, 2011.
Gugus hidrofil dan hidrofobik ini akan membentuk misel. Ketika misel terbentuk maka gugus hidrofil akan menghadap ke dalam dan gugus
hidrofobik akan menghadap keluar dan fenomena ini tampak seperti busa. Sifat ini menyerupai surfaktansabun yang berfungsi dapat menurunkan
tegangan permukaan antara udara dengan air yang berupa emulsi gas dalam air Robinson, 1995. Hasil yang diperoleh pada uji saponin Gambar 4
adalah tidak terbentuk buih. Dalam uji saponin, tidak terbentuk buih setelah serbuk dilarutkan dalam aquadest kemudian digojog selama 30 detik.
Gambar 4. Uji saponin a sebelum penggojogan; b setelah penggojogan a
b
3. Uji flavonoid Dalam uji flavonoid menurut, penambahan natrium hidroksida akan
melarutkan flavonoid yang merupakan senyawa polifenol yang memiliki sifat asam lemah Kumalasari dan Sulistyani, 2011. Ekstrak yang mengandung
flavonoid ketika ditambahkan dengan natrium hidroksida akan menghasilkan warna kuning Syajid, 2008. Dalam uji ini menunjukkan hasil positif yang
dibuktikan dengan terbentuknya warna kuning. Hasil positif ini menunjukkan bahwa kulit batang pohon petai mengandung flavonoid. Hasil positif
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.
a b
c Gambar 5. Uji Flavonoid a Larutan uji sebelum ditambahkan NaOH dan KCl ; b
Setelah ditambahkan NaOH ; c Setelah ditambahkan KCl 4. Uji alkaloid
Dalam uji alkaloid, hasil positif dibuktikan dengan terbentuknya endapan ketika larutan uji ditambahkan dengan pereaksi Mayer dan
Dragendorff. Larutan uji dilarutkan dengan etanol sebelum dipanaskan. Larutan uji ditunjukkan pada Gambar 6.
Sebelum diuapkan Setelah diuapkan
Gambar 6. Larutan uji pada uji alkaloid Menurut Harbone 1996 dalam uji alkaloid, penambahan HCl
berfungsi untuk melarutkan ekstrak yang mengandung alkaloid karena alkaloid bersifat basa. Hasil positif alkaloid setelah ditambahkan pereaksi Mayer
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih. Endapan putih yang terbentuk merupakan kompleks kalium alkaloid. Dalam pembuatan pereaksi Mayer,
larutan merkurium II klorida ditambah kalium iodide akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium II iodida. Apabila penambahan
kalium iodida terlalu banyak maka akan membentuk kalium tetraiodomerkurat II. Reaksi yang terjadi ketika ditambahkan pereaksi Mayer ditunjukkan pada
Gambar 7. Hasil yang didapatkan dalam uji alkaloid yang ditambahkan dengan pereaksi Mayer ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan adanya
endapan setelah larutan uji ditambah dengan pereaksi Mayer ditunjukkan dengan anak panah.
Gambar 7. Reaksi uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Mayer
Sebelum ditambah Mayer Setelah ditambah Mayer
Gambar 8. Uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Mayer Menurut McMurry 2004, alkaloid memiliki atom nitrogen yang
memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam ketika ditambahkan
dengan pereaksi Dragendorff. Menurut Miroslav 1971 pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan K
+
yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji alkaloid dengan penambahan Dragendorff ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Reaksi pada uji alkaloid dengan penambahan Dragendorff Hasil yang diperoleh setelah ditambahkan pereaksi Dragendorff ditunjukkan
pada Gambar 10.
Sebelum ditambah Dragendorff Setelah ditambah Dragendorff
Gambar 10. Uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Dragendorff Hasil yang diperoleh dalam uji alkaloid adalah adanya endapan ketika
ditambahkan pereaksi Mayer dan Dragendorff sehingga kulit batang pohon petai mengandung alkaloid. Hasil yang diperoleh dalam uji tanin ditunjukkan
pada Gambar 8 dan Gambar 10.
5. Uji tanin Dalam uji ini penambahan larutan FeCl
3
10 bertujuan untuk bereaksi dengan salah satu gugus hidroksi yang terdapat pada senyawa tanin. Tujuan
digunakan pereaksi FeCl
3
secara umum adalah untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk tanin. Hasil positif dari uji tannin setelah penambahan larutan
FeCl
3
ditunjukkan dengan adanya warna hijau Marlinda, Meiske, dan Audy, 2012.
Sebelum ditambah FeCl
3
10 Setelah ditambah FeCl
3
10 Gambar 11. Uji Tanin
Hasil yang diperoleh dalam uji tanin adalah tidak menunjukkan warna hijau ketika ditetesi larutan FeCl
3
10 sehingga kulit batang pohon petai tidak mengandung tanin. Hasil yang diperoleh dalam uji tanin ditunjukkan pada
Gambar 11. 6. Uji fenolik
Larutan uji kulit batang pohon petai direaksikan dengan FeCl
3
1 sehingga menunjukkan hasil positif dengan munculnya warna ungu kehitaman.
Senyawa fenolik memiliki ciri yang khas yaitu membentuk ikatan kompleks dengan besi III klorida berwarna biru atau biru ungu. Kompleks yang
terbentuk diduga senyawa besi III heksa fenolat sehingga hasil positif dari uji ini menunjukkan adanya gugus OH aromatik. Warna yang terbentuk ketika besi
III klorida bereaksi dengan sampel yang diuji. Dalam uji ini, ion Fe
3+
mengalami hibridisasi orbital d
2
sp
3
. Berdasarkan hasil hibridisasi tersebut, ion Fe
3+
mempunyai 6 orbital kosong yang dapat diisi oleh gugus pendonor pasangan electron dimana gugus pendonor pasangan elektron pada senyawa
fenolik berasal dari pasangan elektron bebas dari atom oksigen. Fenolik memiliki fungsi penting dalam transport elektron pada fotosintesis, memiliki
aktivitas sitokinin, pemacu pertumbuhan, mampu menyerap sinar UV serta memiliki aktivitas antiinflamasi Ardiansyah, 2007; Marliana dan Chairul,
2011. Hasil uji fenolik pada penelitian Gambar 12 menunjukkan adanya warna ungu kehitaman setelah ditambahkan dengan larutan FeCl
3
1 sehingga kulit batang pohon mengandung senyawa fenolik.
Gambar 12. Uji Fenolik, larutan uji a belum ditambahkan FeCl
3
1; dan b sudah ditambahkan FeCl
3
1. a
b
7. Uji terpenoid Analisis senyawa dalam uji terpenoid ini berdasarkan pada kemampuan
senyawa membentuk warna ketika bereaksi dengan H
2
SO
4
pekat. Senyawa terpenoid larut dalam kloroform dan akan menghasilkan warna merah ketika
ditambahkan dengan H
2
SO
4
pekat. Hasil dalam uji ini Gambar 13 menunjukkan adanya warna merah yang terdapat pada permukaan larutan uji
sehingga kulit batang pohon petai mengandung terpenoid.
Larutan uji ditambah kloroform
ditambah H
2
SO
4
Gambar 13. Uji Terpenoid
F. Identifikasi Bakteri